Top Banner
Relasi Leksikal dalam Peristilahan Kehewanan: Sebuah Kajian Ekolinguistik Made Sri Satyawati Universitas Udayana [email protected] 1.1 Pendahuluan Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan. Sebagai salah satu unsur kebudayaan, pertumbuhan dan perkembangan bahasa dipengaruhi oleh kebudayaan yang berlaku di daerah tempat bahasa itu digunakan. Kebudayaan yang hidup umumnya sesuai dengan sistem mata pencaharian yang dilakoni oleh penduduk di daerah setempat sehingga bahasa yang hidup pun diwarnai oleh kosa kata yang berkaitan dengan sistem mata pencahariannya. Misalnya dalam suatu daerah, sistem mata pencahariannya adalah bertani, maka bahasa yang hidup didominasi oleh kosa-kata yang berkaitan dengan pertanian. Selain sistem mata pencaharian, agama yang dianut oleh penduduk dalam suatu daerah juga akan mempengaruhi bahasa yang digunakan sehari-hari. Hal itu menyiratkan bahwa kehidupan berbahasa tidak bisa terlepas dari lingkungan tempat hidupnya sehingga tidak bisa diragukan lagi bahwa bahasa dan lingkungan memiliki hubungan yang erat. Keduanya memiliki hubungan yang timbal balik, yaitu bahasa mencerminkan lingkungan dan lingkungan mencerminkan bahasa (Tangkas, 2013:384). Dengan begitu, ciri umum bahasa yang menyatakan bahwa tiap bahasa akan berubah sangat tepat jika dikatakan bahwa perubahan lingkungan mengakibatkan bahasa berubah, terutama dari segi kosa kata yang dipakai. Dengan terkikisnya lingkungan yang menggunakan kata-kata tersebut, maka semakin jarang kata-kata tersebut dipakai dan terdengar sehingga lama kelamaan kata-kata tersebut jarang digunakan, bahkan lambat laun menghilang. Pengikisan bahasa terjadi pula di daerah Bali sehingga beberapa kata-
15

1.1 Pendahuluan - repositori.unud.ac.id file1.1 Pendahuluan Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan. Sebagai salah satu unsur kebudayaan, pertumbuhan dan perkembangan bahasa dipengaruhi

Aug 15, 2019

Download

Documents

vonhan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 1.1 Pendahuluan - repositori.unud.ac.id file1.1 Pendahuluan Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan. Sebagai salah satu unsur kebudayaan, pertumbuhan dan perkembangan bahasa dipengaruhi

Relasi Leksikal dalam Peristilahan Kehewanan: Sebuah Kajian Ekolinguistik

Made Sri Satyawati

Universitas Udayana

[email protected]

1.1 Pendahuluan

Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan. Sebagai salah satu unsur kebudayaan,

pertumbuhan dan perkembangan bahasa dipengaruhi oleh kebudayaan yang berlaku di daerah

tempat bahasa itu digunakan. Kebudayaan yang hidup umumnya sesuai dengan sistem mata

pencaharian yang dilakoni oleh penduduk di daerah setempat sehingga bahasa yang hidup pun

diwarnai oleh kosa kata yang berkaitan dengan sistem mata pencahariannya. Misalnya dalam

suatu daerah, sistem mata pencahariannya adalah bertani, maka bahasa yang hidup didominasi

oleh kosa-kata yang berkaitan dengan pertanian.

Selain sistem mata pencaharian, agama yang dianut oleh penduduk dalam suatu daerah

juga akan mempengaruhi bahasa yang digunakan sehari-hari. Hal itu menyiratkan bahwa

kehidupan berbahasa tidak bisa terlepas dari lingkungan tempat hidupnya sehingga tidak bisa

diragukan lagi bahwa bahasa dan lingkungan memiliki hubungan yang erat. Keduanya memiliki

hubungan yang timbal balik, yaitu bahasa mencerminkan lingkungan dan lingkungan

mencerminkan bahasa (Tangkas, 2013:384). Dengan begitu, ciri umum bahasa yang menyatakan

bahwa tiap bahasa akan berubah sangat tepat jika dikatakan bahwa perubahan lingkungan

mengakibatkan bahasa berubah, terutama dari segi kosa kata yang dipakai. Dengan terkikisnya

lingkungan yang menggunakan kata-kata tersebut, maka semakin jarang kata-kata tersebut

dipakai dan terdengar sehingga lama kelamaan kata-kata tersebut jarang digunakan, bahkan

lambat laun menghilang. Pengikisan bahasa terjadi pula di daerah Bali sehingga beberapa kata-

Page 2: 1.1 Pendahuluan - repositori.unud.ac.id file1.1 Pendahuluan Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan. Sebagai salah satu unsur kebudayaan, pertumbuhan dan perkembangan bahasa dipengaruhi

kata yang berkaitan dengan sistem pencaharian yang pernah dilakukan oleh penduduk sudah

tidak digunakan lagi, bahkan generasi baru sudah tidak mengenal. Misalnya tempat bertelur

ayam. Generasi muda tidak pernah melihat ayam bertelur di dalam bengbengan, mereka hanya

pernah melihat ayam bertelur di dalam kardus sehingga ketika pertanyaan tersebut muncul,

mereka tidak menyebut bengbengan, tetapi kardus. Namun, tidak semua siswa dapat menjawab,

mereka tidak tahu tempat ayam biasanya bertelur karena sekali pun mereka tidak pernah melihat

ayam bertelur sehingga kata yang berkaitan dengan ayam bertelur tidak diketahuinya.

Tulisan ini bertujuan untuk membantu meminimalisasi proses kehilangan kata-kata

karena adanya pergeseran lingkungan. Kata-kata yang akan dikaji adalah kata-kata yang

berkaitan dengan kehewanan dalam guyub tutur bahasa Bali. Kajiannya akan dititikberatkan

pada pengungkapan relasi-relasi leksikal kata-kata sehingga hasil yang akan diperoleh adalah

relasi-relasi leksikon berdasarkan berbagai aspek tinjauan, seperti dewasa dan muda (Saeed,

2000:69).

1.2 Metodologi

Pengumpulan data dalam tulisan ini dilakukan dengan studi pustaka dan wawancara.

Karena tulisan ini merupakan hasil penelitian yang masih bertaraf pemula, pengumpulan dengan

wawancara belum dilakukan secara maksimal hanya untuk memastikan istilah yang ada dalam

buku merupakan istilah yang pernah terpakai. Dalam studi pustaka dan wawancara, dilakukan

juga pencatatan dari hasil yang diperoleh dalam pustaka dan wawancara. Teknik perekaman

tidak dilakukan dengan maksimal karena belum melakukan wawancara yang kompleks yang

berkaitan dengan hal-hal yang detail dari setiap kata.

Page 3: 1.1 Pendahuluan - repositori.unud.ac.id file1.1 Pendahuluan Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan. Sebagai salah satu unsur kebudayaan, pertumbuhan dan perkembangan bahasa dipengaruhi

1.3 Pembahasan

Kajian terhadap relasi leksikon dalam guyub tutur bahasa Bali merupakan kajian

ekolinguistik yang dilihat dari relasi leksikal sehingga teori yang digunakan adalah teori

ekolinguistik yang dipadukan dengan teori semantik tentang relasi leksikal.

1.3.1 Ekolinguistik

Ekolinguistik merupakan sebuah teori yang memayungi penelitian bahasa yang ditautkan

dengan ekologi (Fill and Mühlhäusler. 2001:126). Pada prinsipnya ekolinguistik merupakan

paduan antara linguistik (ilmu bahasa) dan teori ekologi. Mbete (2009: 2) mengungkapkan

bahwa bahasa dan komunitas penuturnya dipandang sebagai organisme yang hidup secara

bersistem dalam suatu kehidupan bersama organisme-organisme lainnya.

Ruang kaji ekolinguistik menurut Haugen (1970) berkaitan dengan sepuluh bidang kaji,

yaitu (1) linguistik historis komparatif; (2) linguistik demografi; (3) sosiolinguistik; (4)

dialinguistik; (5) dialektologi; (6) filologi; (7) linguistik preskriptif; (8) glotopolitik; (9)

etnolinguistik, linguistika antropologi, atau linguistik kultural; dan (10) tipologi bahasa-bahasa di

suatu lingkungan. Uraian ruang kaji di atas menempatkan tulisan ini sebagai kajian

sosiolinguistik yang juga menempatkan bahwa penyebutan sebuah fitur-fitur linguistik yang

terwujud dalam sebuah kata yang digunakan apakah benar atau salah. Lebih lanjut, kelahiran

dan pemahaman teori linguistik dipengaruhi oleh tiga dimensi (Linda dan Bundegaard, 2000:10-

11), yaitu dimensi ideologis, dimensi sosiologis, dan dimensi bilogis. Dimensi Ideologis

dipahami bahwa adanya ideologi dalam suatu masyarakat, seperti ideologi kapitalis sehingga

kehidupan masyarakat akan terkukung dalam budaya kapitalis sehingga kata-kata yang terpakai

lebih banyak berkaitan dengan budaya kapitalis tersebut. Selanjutnya dalam dimensi sosiologis

Page 4: 1.1 Pendahuluan - repositori.unud.ac.id file1.1 Pendahuluan Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan. Sebagai salah satu unsur kebudayaan, pertumbuhan dan perkembangan bahasa dipengaruhi

disebutkan bahwa bahasa merupakan wujud praktis sosial yang bermakna. Dalam dimensi

sosiologis ini disebutkan bahwa adanya aktivitas wacana, dialog, dan diskursus sosial untuk

mewujudkan ideologi tersebut. Terakhir adalah dimensi bilogis. Dimensi bilogis berhubungan

erat dengan diversivitas (keanekaragaman) biota danau, laut, atau darat secara berimbang dalam

ekosistem. Diumpamakan seperti hukum alam, yaitu siapa yang kuat, maka akan tetap hidup dan

menguasai, sedangkan yang lemah akan terpinggirkan. Demikian juga bahasa. Bahasa dari

dimensi bilogis juga akan mengalami perubahan. Hanya kuantitas penggunaannya akan

menjawab apakah bahasa yang hidup akan bertahan atau terpinggirkan. Apabila ada

kekhawatiran seperti itu, maka semestinya bahasa direkam secara leksikon sehingga fitur-fitur itu

tertandakan dan dipahami.

Pemahaman tersebut menggambarkan bahwa peta kaji ekolinguistik adalah sebagai

berikut.

1. Leksikon-leksikon yang bermakna dan berfungsi referensial, yaitu leksikon-leksikon yang

memiliki referensi yang nyata sehingga dapat dilacak dan dapat dibuktikan secara empirik

dan kasad mata.

2. Leksikon-leksikon yang diamati adalah leksikon-leksikon yang berkaitan dengan

lingkungan.

3. Leksikon-leksikon yang dipakai topik kajian adalah leksikon-leksikon yang dapat

dipertanyakan keberadaan dan jumlahnya. Mengapa sejumlah hewan, tumbuhan atau hal lain

yang berkaitan dengan lingkungan sudah tidak ada lagi?

4. Leksikon-leksikon yang berupa ungkapan-ungkapan, metafora, peribahasa, cerita rakyat,

fabel, dogeng merupakan tanda adanya relasi mental manusia dengan lingkungan hidupnya

yang sudah turun-temurun yang dibaliknya tersurat makna tentang khazanah lingkungan.

Page 5: 1.1 Pendahuluan - repositori.unud.ac.id file1.1 Pendahuluan Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan. Sebagai salah satu unsur kebudayaan, pertumbuhan dan perkembangan bahasa dipengaruhi

Penggunaan teori ekolinguistik ini tetap berlandaskan teori sosiolinguistik yang

mengungkapkan bahwa adanya pergeseran dan pemertahanan bahasa yang disebabkan oleh

faktor sosiolinguistis, psikologis, demografis, dan ekonomis (Gunarwan, 2006:102). Asumsi

tersebut menjadi landasan kajian dalam menggali data.

1.3.2 Relasi Leksikal

Ada sejumlah tipe relasi leksikal. Seperti yang diketahui bahwa sebuah leksem khusus

kemungkinan akan memiliki sejumlah relasi leksikal sehingga hal tersebut lebih tepat disebut

sebagai leksikon sebagai network, bukan daftar kata-kata seperti dalam kamus. Tipe-tipe relasi

leksikal adalah homonimi, polisemi, sinonim, antonim, hiponim, meronimi, dan koleksi

keanggotaan. Dalam tulisan ini, kajian ditekankan pada kajian hiponim. Hiponim adalah relasi

(hubungan) inklusi. Sebuah hiponim mencakup makna kata yang lebih umum, seperti (1) dog

‘anjing’ dan cat ‘kucing’ adalah hiponim dari binatang dan (2) sister ‘adik perempuan’ dan

mother ‘ibu’ adalah hiponim dari woman. Istilah yang lebih umum disebut dengan superordinate

atau hipernim. Sebagian besar kosa kata terkait dengan sistem inklusi dan taksonomi yang

dihasilkan membentuk jaringan semantik hirarki seperti yang tergambar di bawah ini.

Bird

crow hawk duck etc

kestrel sparrowhawk etc

Page 6: 1.1 Pendahuluan - repositori.unud.ac.id file1.1 Pendahuluan Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan. Sebagai salah satu unsur kebudayaan, pertumbuhan dan perkembangan bahasa dipengaruhi

Selain itu, adapula relasi leksikal tipe berbeda. Relasi leksikal ini tampak seperti subkasus

khusus taksonomi relasi adult-young, seperti yang terlihat pada contoh berikut.

No. Nama Binatang

Dewasa

(adult)

Arti Nama Anak

Binatang

(young)

Arti

1. dog ‘anjing’ puppy ‘anak anjing’

2. cat ‘kucing’ kitten ‘anak kucing’

3. cow ‘sapi’ calf ‘anak sapi’

4. pig ‘babi’ piglet ‘anak babi’

5. duck ‘bebek’ duckling ‘anak bebek’

6. swan ‘angsa’ ‘cygnet’ ‘anak angsa’

Relasi yang sama berlaku pada pasangan male-female, seperti berikut ini.

No. Nama Binatang

Jantan

Arti Nama Binatang

Betina

Arti

1. dog ‘anjing jantan’ bitch ‘anjing betina’

2. tom ‘kucing jantan’ ?queen ‘kucing betina’

3. bull ‘sapi jantan’ cow ‘sapi betina’

4. hog ‘babi jantan’ sow ‘babi betina’

5. drake ‘bebek jantan’ duck ‘bebek betina’

6. cob ‘ikan tongkol

jantan’

pen ‘ikan tongkol

betina’

Dengan uraian teori di atas, maka berikut ini akan dikaji relasi leksikal kehewanan dalam guyub

tutur bahasa Bali.

1.3.3 Relasi Leksikal dalam Bahasa Bali

Uraian tentang teori ekolinguistik, relasi leksikal dan teori sosiolinguistik

mengungkapkan bahwa bahasa dapat berubah apabila lingkungan tempat hidupnya berubah.

Namun, setiap kata yang berubah berada dalam relasi taksonomi sehingga dapat ditelusuri

keberadaan kata-kata tersebut dengan mudah. Relasi taksonomi yang termudah adalah relasi

Page 7: 1.1 Pendahuluan - repositori.unud.ac.id file1.1 Pendahuluan Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan. Sebagai salah satu unsur kebudayaan, pertumbuhan dan perkembangan bahasa dipengaruhi

leksikal yang menghubungkan dua kutub atau dapat pula membuat superordinatnya atau

hipernimnya.

Berdasarkan analisis data diketahui bahwa dalam bahasa Bali ditemukan khazanah kosa

kata kehewanan yang memiliki dua tipe hubungan tersebut, yaitu taksonomi relasi dua kutub dan

taksonomi relasi hipernim. Kedua tipe tersebut akan dijelaskan dibawah ini.

1.3.3.1 Taksonomi Relasi Dua kutub

Beberapa khazanah kosa kata kehewanan bahasa Bali terkikis dalam perjalanan

waktunya. Lingkungan yang berubah mengakibatkan petani tidak lagi memelihara binatang

seperti umumnya petani dahulu sehingga ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh binatang

tidak tampak oleh mata atau bahkan hilang. Hal itu menyebabkan generasi muda saat ini sangat

sedikit mengetahui khazanah kosa kata yang berkaitan dengan taksonomi relasi dewasa dan

muda; jantan dan betina.

Tabel 1 Taksonomi Relasi Jantan-Betina

No. Nama Binatang

Jantan

Arti Nama Binatang

Betina

Arti

1. celeng ‘babi jantan’ bangkung ‘babi betina’

2. cicing ‘anjing jantan’ kuluk ‘anjing betina’

3. manuk ‘ayam jantan’ pegina ‘ayam betina’

4. cula ‘sapi jantan’ sampi ‘sapi betina’

5. bengkiwe ‘bebek jantan’ bebek ‘bebek betina’

Taksonomi relasi jantan dan betina dalam khazanah kosa kata kehewanan dalam tulisan ini tidak

banyak ditemukan. Namun, besar dugaan masih banyak taksonomi relasi jantan dan betina

dalam bahasa Bali, tetapi kemungkinan lebih dari dua. Hanya saja karena adanya perubahan

lingkungan menyebabkan peneliti kesulitan untuk mencari data. Dalam studi pustaka, ditemukan

Page 8: 1.1 Pendahuluan - repositori.unud.ac.id file1.1 Pendahuluan Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan. Sebagai salah satu unsur kebudayaan, pertumbuhan dan perkembangan bahasa dipengaruhi

babi jantan disebut dengan celeng muani. Padahal untuk babi yang jantan sudah ada kosa kata

yang khusus, yaitu celeng ‘babi jantan’.

Dalam taksonomi relasi dewasa dan muda ditemukan lebih dari dua, yaitu

No. Nama Binatang

Dewasa

(adult)

Arti Nama Anak

Binatang

(young)

Arti

1. cicing ‘anjing’ konyong ‘anak anjing’

3. sampi ‘sapi’ godel ‘anak sapi’

4. celeng/bangkung ‘babi’ kucit ‘anak babi’

5. bebek ‘bebek’ memeri ‘anak bebek’

6. siap ‘ayam’ pitik ‘anak ayam’

7. bojog ‘monyet’ apa ‘anak monyet’

8. bikul ‘tikus’ nyingnying ‘anak tikus’

9. jaran ‘anak kuda’ bebedag ‘anak kuda’

10. kambing ‘kambing; wiwi ‘panak kambing

11. katak ‘katak’ becing ;panak kata’

12. lelipan ‘lelipan; kalimayah ‘anak lelipan’

13. meong ‘kucing’ tai ‘anak kucing'

14. penyu ‘penyu’ tukik ‘panak penyu’

15. kakua ‘kura-kura’ boko ‘panak kura-kura’

Taksonomi relasi dewasa dan muda masih banyak bisa ditemukan walaupun tidak semua

khazanah kosa kata tersebut masih dipakai dalam berkomunikasi. Hal itu dibuktikan dengan

banyaknya anak-anak menyebutkan anak binatang sesuai dengan nama binatang dewasa, seperti

panak sampi, panak celek, dan panak bojog. Pergeseran ini banyak ditemukan di kalangan

generasi muda sehingga banyak anak muda yang tidak tahu nama anak seekor binatang. Hal ini

membuktikan bahwa lingkungan sangat menentukan kebertahan dan pergeseran suatu bahasa.

1.3.3.2 Taksonomi Relasi Hipernimi

Relasi hipernimi ditemukan pula dalam bahasa Bali walaupun beberapa khazanah kosa

kata tersebut tidak dikenal oleh generasi muda dan bahkan terlupakan oleh generasi tua. Hal itu

terjadi karena aktivitas tersebut sudah tidak menjadi aktivitas yang sering ditemukan karena

Page 9: 1.1 Pendahuluan - repositori.unud.ac.id file1.1 Pendahuluan Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan. Sebagai salah satu unsur kebudayaan, pertumbuhan dan perkembangan bahasa dipengaruhi

kebiasaan memelihara binatang sudah sangat jarang ditemukan. Selain karena pekerjaan sudah

tidak menjadi petani, berkurangnya lahan pertanian juga menjadi penyebab hilangnya kebiasaan

memelihara binatang. Apalagi sekarang, rumah-rumah tidak lagi dibangun di atas tanah yang

luas, tetapi dibangun di atas lahan yang sempit sehingga tidak dapat dengan leluasa memelihara

berbagai jenis binatang.

Taksonomi relasi yang ditemukan dalam bahasa Bali adalah sebagai berikut.

badan buron ‘kadang hewan’

bengbengan badan celeng badan sampi sebun

babi ‘babi’

kucit ‘anak babi’ babi ‘babi muda’ celeng ‘babi dewasa’ kaung’ babi jantan’ bangkung ‘babi betina’

siap ‘ayam’

Siap brumbun siap wangkas siap biik siap biing siap sangkur siap olagan siap grungsang siap sandeh

‘ayam warna ‘ayam putih’ ‘ayam ‘ayam ‘ayam tidak ‘ayam yang ‘ayam yang ‘ayam yang

warni’ bintik- merah’ berbulu lehernya tidak bulunya bulunya

bintik ekor’ berbulu’ keriting’ berdiri di

leher’

Taksonimi relasi hipernim untuk hewan, terutama hewan yang dipakai untuk sarana

persembahyangan memiliki taksonomi yang cukup beragam seperti babi dan ayam. Taksonomi

ayam dibagi berdasarkan warna bulu dan jenis bulu ayam, sedangkan taksonomi babi dibagi

berdasarkan umum dan fungsi babi. Dalam taksonomi babi terdapat jenis babi yang disebut kucit

‘anak babi’. Kucit ‘anak babi’ merupakan babi yang baru lahir sampai berumur 3 bulan. Setelah

tiga bulan, babi disebut babi. Ketika babi berumur lebih dari 6 bulan disebut celeng, kaung, dan

bangkung. Celeng adalah babi jantan atau betina yang berfungsi sebagai hewan potong, kaung

Page 10: 1.1 Pendahuluan - repositori.unud.ac.id file1.1 Pendahuluan Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan. Sebagai salah satu unsur kebudayaan, pertumbuhan dan perkembangan bahasa dipengaruhi

adalah babi jantan yang berfungsi sebagai hewan yang mengawini babi betina, sedangkan

bangkung adalah babi betina yang berfungsi untuk dikawini dan memiliki keturunan. Penamaan

terhadap babi seperti ini sudah mulai tidak dikenal oleh generasi muda karena kegiatan beternak

babi tidak lagi dilakukan secara tradisional, tetapi sudah dilakukan oleh pengusaha sehingga

dilaksanakan dengan lebih modern. Hal itu menyebabkan anak-anak tidak pernah melihat jenis-

jenis babi seperti itu.

Relasi hipernim kadang hewan merupakan salah satu relasi yang mengandung khazanah

kosa kata yang tidak umum bagi para generasi muda sehingga ketika dalam pelajaran sekolah

ada pertanyaan tentang tempat ayam bertelur, mereka tidak bisa menjawab. Seperti diungkapkan

di atas, pertanyaan itu dijawab dengan sederhana, yaitu kardus karena yang mereka lihat ayam

bertelur dan tidur di dalam kardus.

1.3.4 Dimensi Ideologis, Sosiologis, dan Biologis

Relasi-relasi leksikal yang diperlihatkan oleh data bahasa adalah relasi leksikal yang

mengandung makna ideologis diversiti fungsional, yaitu keberagaman fungsional. Keberagaman

fungsional dapat dilihat dari segi sosiolinguistik memperlihatkan bahwa relasi leksikal yang

muncul sebagai akibat kebutuhan sosial yang sudah dimaknai secara tersendiri, yaitu ayam dan

babi dari segi sosial merupakan sarana persembahyang. Kedua dimensi itu akan tetap dapat

dipertahankan apabila lingkungan biologis tetap bertahan. Agar lebih jelas, uraian yang lebih

lengkap dapat dilihat sebagai berikut. Warna bulu ayam membedakan fungsinya dalam

penyelenggaraan upacara di Bali. Kebutuhan ayam dengan berbagai jenis tersebut masih tetap

dilakukan. Namun kondisinya hampir sama dengan babi, ayam tidak lagi diperlihara secara

tradisional oleh penduduk, tetapi sudah dipelihara oleh para peternak ayam sehingga para

Page 11: 1.1 Pendahuluan - repositori.unud.ac.id file1.1 Pendahuluan Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan. Sebagai salah satu unsur kebudayaan, pertumbuhan dan perkembangan bahasa dipengaruhi

generasi muda tidak mengetahui bahwa terdapat berbagai jenis ayam. Penyebutan ayam bagi

generasi muda tidak lagi berdasarkan warna, tetapi secara umum saja, yaitu ayam sehingga

ketika melihat ayam yang sedikit aneh , misalnya tidak memiliki bulu di leher, mereka tidak akan

menyebut siap olagan, tetapi ayam aneh.

1.3.5 Tipe dan Fungsi konstituen yang Membangun Khazanah Kosa Kata Kehewanan

dalam Sintaksis

Taksonomi relasi hipernim merupakan relasi yang terdiri atas konstituen yang berkategori

nomina, baik berupa kata maupun frasa. Konstituen yang berupa kata adalah sebagai berikut.

Contoh:

(1) siap ‘ayam’

(2) babi ‘babi’

(3) bengbengan ‘kandangan ayam’

(4) bengkiwe ‘bebek jantan’

(5) bikul ‘tikus’

(6) jaran ‘kuda’

(7) meong ‘kucing’

(8) bojog ‘monyet’

(9) tai ‘anak kucing’

(10) becing ‘anak katak’

Contoh (1) sampai dengan (10) merupakan konstituen yang berupa kata. Kesepuluh contoh

tersebut dalam tataran fungsi sintaksis dapat menduduki fungsi Subjek, Objek, Pelengkap,

Predikat, Keterangan, dan Oblik. Hal tersebut dapat dilihat pada uraian berikut.

Page 12: 1.1 Pendahuluan - repositori.unud.ac.id file1.1 Pendahuluan Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan. Sebagai salah satu unsur kebudayaan, pertumbuhan dan perkembangan bahasa dipengaruhi

(11) Siap-e ma-taluh di bengbengan-ne.

ayam-def pref-telur prep kadang ayam-def

‘Ayam bertelur di kandangnya’

(12) Dokar-e paid-e teken jaran.

‘Dokar-def tarik-suf obl kuda

‘Dokarnya ditarik oleh kuda.’

(13) Panak bojog madan tai.

Anak monyet pref-nama tai

‘Anak monyet bernama tai.’

(14) Ia n-ampah celeng.

Dia pref-potong babi

‘Dia memotong babi.’

(15) Ento jaran.

Dem kuda

‘Itu adalah kuda.’

Selain berupa kata, taksonomi jenis ini dapat pula berupa frasa, yaitu berupa frasa nomina.

(16) siap selem ‘ayam hitam’

(17) badan celeng ‘kandang babi’

(18) siap brumbun ‘ayam berbulu warna-warni’

(19) siap grungsang ‘ayam berbulu keriting’

(20) siap olagan ‘ayam tanpa bulu di leher’

Konstituen-konstituen dari (16) sampai dengan (20) merupakan konstituen yang berupa frasa.

Masing-masing frasa memiliki inti berupa nomina, yaitu siap ‘ayam’ dan bada

‘kandang/tempat’, sedangkan konstituen yang lain merupakan modifikator sehingga konstruksi

ini disebut frasa nomina endosentrik, yaitu frasa yang memiliki inti. Frasa nomina-frasa nomina

ini dapat mengisi tataran-tataran sintaksis, seperti Subjek dan Objek, Pelengkap, Keterangan, dan

Oblik, sedangkan sebagai pengisi Predikat belum bisa dipastikan keberadaan sehingga perlu

Page 13: 1.1 Pendahuluan - repositori.unud.ac.id file1.1 Pendahuluan Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan. Sebagai salah satu unsur kebudayaan, pertumbuhan dan perkembangan bahasa dipengaruhi

pengetesan yang lebih detail dan mendalam. Fungsi dalam tataran sintaksis dapat dilihat dalam

contoh berikut.

(1) Siap olagan-ne tusing bisa me-keber.

ayam olagan-def tidak bisa pref-terbang

‘Ayam yang tidak berbulu dileher itu tidak bisa terbang.’

(2) I Bapa m-ersih- ang badan celeng-e.

Art ayah pref-bersih-suf kandang babi-def

‘Bapak membersihkan kandang babi.’

(3) Ento madan siap grungsang.

dem pref-adan ayam grungsang

‘Itu namanya ayam grungsang.’

(4) Jijih-e amah-a teken i siap selem.

Biji padi-def makan-suf obl art ayam hitam

‘Biji padinya dimakan oleh ayam hitam.’

Contoh-contoh tersebut memperlihatkan frasa-frasa nomina menduduki fungsi dalam tataran

sintaksis, yanitu Subjek dalam (1), Objek dalam (2), Pelengkap dalam (3), dan Oblik/keterangan

dalam (4).

1.4 Simpulan

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam bahasa Bali terdapat berbagai

taksonomi mengenai hewan, baik berupa kandang maupun jenis-jenis binatang. Dari taksonomi

relasi dua kutub dan relasi hipernim diketahui bahwa banyak khazanah kosa kata kehewanan

yang dimiliki oleh bahasa Bali. Kosa kata tersebut sudah mulai kurang/tidak dikenal oleh

generasi mudah. Dari relasi dua kutub diketahui adanya relasi jantan dan betina sehingga ada

yang bernama manuk ‘ayam jantan’ dan pegina ‘ayam betina, sedangkan dari relasi hipernim

terdapat berbagai nama untuk ayam, seperti siap selem, siap brumbun, dan siap olagan. Dalam

konstruksi sintaksis, diketahui bahwa konstituen tersebut berbentuk kata dan frasa nomina yang

Page 14: 1.1 Pendahuluan - repositori.unud.ac.id file1.1 Pendahuluan Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan. Sebagai salah satu unsur kebudayaan, pertumbuhan dan perkembangan bahasa dipengaruhi

dapat menduduki berbagai fungsi tataran sintaksis, seperti Subjek, Objek, Pelengkap,

Keterangan, Oblik, dan Predikat.

DAFTAR PUSTAKA

Fill, Alvin and Peter Mühlhäusler (eds). 2001. The Ecolinguistics Reader. Language Ecology

and Evironmental. London and New York: Continuum.

Haugen, E. (1972a). “The Ecology of Language”. dalam Dil, A.S. (ed) The Ecology of

Language: Essays by Einar Haugen. Stanford: Stanford University Press.

Haugen, E. (1972b). “The Ecology of Language”. Dalam Fill, A. dan Muhlhausler, P. The

Ecolinguistics Reader: Language, Ecology, and Environment. London: Continuum.

Koetjaraningrat, 1990. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Mbete, Aron Meko. 2009. Refleksi Ringan tentang Problematika Keetnikan dan Kebahasaan

dalam Perspektif Ekolinguistik. Denpasar: Universitas Udayana.

Saeed, John I. 2000. Semantics. Oxford: Blackwell Publisher Ltd.

Tangkas, Putu Reland dafincy. “Metafora Kepadian Guyub Tutur Bahasa Kodi, Sumba Barat

Daya”. Prosiding Seminar Internasional Austronesia dan Non-Austronesia ke-6.

Denpasar: Udayana University Press.

Page 15: 1.1 Pendahuluan - repositori.unud.ac.id file1.1 Pendahuluan Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan. Sebagai salah satu unsur kebudayaan, pertumbuhan dan perkembangan bahasa dipengaruhi