1 I. PENDAHULUAAN 1.1. Definisi Metalurgi adalah sain dan teknologi logam. Metalurgi merupakan cakupan praktek dan sain dari; 1) Pengambilan logam dari bijihnya; 2) Pemurnian logam dari oksida-, sulfidanya; 3) Produksi paduan dan meneliti konstitusinya, strukturnya, dan sifat-sifatnya; 4) hubungan sifat-sifat fisik dan mekanik tehadap perlakuan thermal dan thermo mekanik dari logam dan paduannya. Hal penting yang perlu diingat dalam mempelajari Metalurgi, bahwa hamper tidak ditemui suatu objek dalam keihidupan sehari-hari yangtidak memerlukan logam untuk membuanya. Perkakas dan Mesin-mesin, dari mesin ketik sampai mesin mobil, dari jam yang kecil sampai pesawat ruang angkasa, semua objek tersebu sebagian besar terbuat dari logam. 1.2. Sejarah Metalurgi Sejak zaman pra-sejarah, perang antar suku disebabkan memperebutkan tambang dan deposit logam. Disebabkan emas ditemukan dalam keadaan murni alam, maka logam emas adalah yang pertama sekali digunakan oleh manusia, tembaga adalh berikutnya. Lagenda cina (2800 B.C) menyebutkan bahwa kekaisaran cina Shen Nung telah menemukan preses pencairan logam. 1.3. Klasifikasi Metalurgi Bidang Metalurgi dapat dikelompokan ke dalam dua kelompok utama: a. Metalurgi Ekstraktif atau metalurgi kimia
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
I. PENDAHULUAAN
1.1. Definisi
Metalurgi adalah sain dan teknologi logam. Metalurgi merupakan cakupan praktek dan
sain dari; 1) Pengambilan logam dari bijihnya; 2) Pemurnian logam dari oksida-,
sulfidanya; 3) Produksi paduan dan meneliti konstitusinya, strukturnya, dan sifat-sifatnya;
4) hubungan sifat-sifat fisik dan mekanik tehadap perlakuan thermal dan thermo mekanik
dari logam dan paduannya.
Hal penting yang perlu diingat dalam mempelajari Metalurgi, bahwa hamper tidak ditemui
suatu objek dalam keihidupan sehari-hari yangtidak memerlukan logam untuk
membuanya. Perkakas dan Mesin-mesin, dari mesin ketik sampai mesin mobil, dari jam
yang kecil sampai pesawat ruang angkasa, semua objek tersebu sebagian besar terbuat dari
logam.
1.2. Sejarah Metalurgi
Sejak zaman pra-sejarah, perang antar suku disebabkan memperebutkan tambang dan
deposit logam. Disebabkan emas ditemukan dalam keadaan murni alam, maka logam emas
adalah yang pertama sekali digunakan oleh manusia, tembaga adalh berikutnya.
Lagenda cina (2800 B.C) menyebutkan bahwa kekaisaran cina Shen Nung telah
menemukan preses pencairan logam.
1.3. Klasifikasi Metalurgi
Bidang Metalurgi dapat dikelompokan ke dalam dua kelompok utama:
a. Metalurgi Ekstraktif atau metalurgi kimia
2
Ekstraktif metalurgi menyangkut liberasi logam melalui bermacam-macam proses
kimia dari bijihnya sehingga diperoleh logam. Metalurgi ekstraktif juga dirubah dengan
pemurnian logam menjadi logam murni bahan industri.
Metalurgi ekstraktif meliputi penambangan, ekstaksi, pemurnian logam dan paduannya.
b. Metalurgi Fisik
Metalurgi Fisik menyangkut logam dan paduan yang telah dimurnikan melalui proses
metalurgi ekstraktif
Lingkup dari metalurgi fisik adalah mempelajari apa itu logam dan sifat apa yang
dimiliki dan dapat digunakan sebagai material teknik, dan apa yang dapat dilakukan
untuk meghasilkan produk baru atau mengembangkan produk melalui paduan dan
perlakuan panas.
Metalurgi fisik meliputi sifat-sifat, struktur dan sifat-sifat fisik dari logam dan
paduannya sebagaimna juga penggunaannya.
Termasuk dalam topik metalurgi Fisik adahah:
1. Komposisi Kimia dan perlakuan kimia paduan
2. Perlakuan mekanik yaitu suatu operasi yang menyebabkan perubahan bentuk seperti
rolling; drawing; forming; machining.
3. Pengecoran yaitu pembetukan melalui peleburan
4. Perlakuan Panas yaitu pengaruh temperature dan laju pemanasan dan pendinginan
terhadap sifat mekanik
5. Finishing dan metalurgi serbuk.
3
II. SISTEM BESI-KARBON
2.1. Pendahuluan
Paduan besi-karbon yang disimbulkan dengan Fe-C, meliputi baja dan besi cor. Paduan
dengan karbon hingga 2 % (1,7 % C) disebut baja dan padua dengan karbon diatas 2 % disebut
besi cor. Paduan besi-karbo merupakan padua yang sangat pernting dalam industri disebabkan
pemakaian yang sangat luas. Oleh karena itu penting sekali system besi – karbon dipelajari
secara mendetail.
Gambar 2.1. Diagram Fasa Keseimbangan Besi-Karbon.
4
2.2. Besi, Allotrophi
Besi mempunyai sifat yang relatif lunak dan ulet, mempunyai titik cair 1539o C, adalah
logam allotrophik yaitu terdapat lebih dari satu satuan kisi kristal yang tergantung pada
temperature.
Pada temperature ruang besi mempunyai sel satuan BCC, sedangkan pada temperature
diatas 910o
C berubah menjadi FCC, dan kemudian diatas temperature 1400o C berubah
kembali menjadi BCC. Salah satu perubahan terjadi pada temperature 770o C disebut dengan
Curie point pada temperature tersebut peralihan magnetic menjadi non magnetic. Gambar 2.2.
memperlihatkan kurva pendinginan besi murni dengan bentuk allotrophi.
Gambar 2.2. Kurva pendinginan besi murni
Besi mencair diatas temperatur 1539oC, dibawah temperature tersebut membeku membentuk
besi delta dalam bentuk kisi kristal BCC. Pendinginan lebih lanjut hingga 1400oC perubahan
5
phase terjadi dan atom menyusun kembali membentuk Ghamma-iron dengan kisi kristal FCC.
Pendinginan berlanjut perubahan fase terjadi pada temperature 910oC berubah lagi fase
menjadi besi Alpha dengan struktur kristal BCC. Akhirnya pada temperature 768oC, besi
Alpha BCC mejadi magnetic tanpa perubahan dalam struktur kisi.
2.3. Mikro Struktur Besi dan Baja
Jika baja dipanaskan ke temperature Austenit dan diikuti dengan pendinginan dibawah
kondisi berbeda (berbeda laju pendinginan), Austenit pada baja bertranformasi keberbagai
struktur mikro. (Micro Constituent). Mempelajari struktur mikro adalah penting guna
memahami diagram kesetimbangan Fe-C dan diagram TTT. Berbagai micro-constituent
adalah:
a. Austenite adalah larut padat karbon dan/atau elemen paduan lainnya (contoh:Mn;Ni
dll) dalam besi Gamma.
Karbon larut padat intersisial sedangkan Mn; Ni; Cr, larut padat subsitusindengan besi.
Austenit dapat larut maksimum 2% pada temperature 2066 oF. Austenit secara normal
tidak stabil pada temperature kamar. Pada kondisi tertentu mungkin didapatkan
Austenit pada temperatur kama yaitu sebagai Austenit dalam baja austenitic.
b. Ferrite adalah Besi alpha (-Fe)dengan phase BCC, kelarutan carbon yang sangat
terbatas yaitu 0,025%C pada tenperatur 723 oC dan 0,008 %C pada temperature kamar.
Ferrit merupakan struktur yang sangat lunak, liat sangat baik untuk ditempa, seperti
terlihat pada diagram Fe-C.
Tata Surdia (62, 1970) menyebutkan ferite atau besi alpha merupakan larutan padat sela
antara atau “interstitial” dari atom-atom karbon pada besi murni, dimana atom-atom karbon
larut sampai 0,025%. Pada gambar 2.3 ditunjukkan struktur mikro ferrit.
6
Gambar 2.3. Struktur mikro ferrit
Sumber : Avner (235, 1987).
c. Cementite disebut juga Karbida-Besi dengan formula Fe3C, mengandung 6,67 %C
menurut berat. Struktur yang keras dan getas, cementit mempunyai kekuatan tarik yang
rendah yaitu ~ 350 kg/cm2, tetapi mempunyai kuat tekan yang tinggi. Sruktur
kristalnya adala orthorhombic.
d. Ledeburite adalah eutectic mixture dari austenite dan cementite, mengandung
4,3 %C, pada temperature 1130 oCpada diagram Fe-C.
e. Pearlite adalah mikrokonstituen yang dibangun oleh bentuk lamellar dari ferrite dan
cementite. Merupakan hasil dari dekomposisi austenite pada daerah reaksi eutectoid.
Pearlite juga dikenal sebagai eutectoid mixture yang mengandung 0,8 %C dan
terbentuk pada temperature 723 oC.Sifat-sifat besi ini adalah lebih keras dan lebih kuat
dari ferit tetapi kurang ulet dan tidak magnetis, Djarifin Sitinjak (22, 1985).
Bila austenit didinginkan sampai temperatur kritis A1 maka setelah beberapa saat
austenit mulai mengalami transmisi. Untuk baja hipoeutektoid lebih dulu terbentuk
ferrit, pada saat itu komposisi austenit merupakan komposisi dari eutektoid, dan
7
temperaturnya dibawah temperatur kritis, austenit tidak stabil, besi gamma cenderung
berubah menjadi besi alpha. Untuk itu austenit harus mengeluarkan dulu karbon karena
besi alpha tidak mampu melarutkan karbon.
Pembentukan perlit di mulai dengan terbentuknya inti sementit di atas butir
austenit, gambar 2.4
Gambar 2.4. Pertumbuhan butir (lamel) perlit
Atom karbon dari austenit di sekitar inti sementit tadi akan berdisfusi keluar,
bergabung dengan inti sementit yang sudah ada itu, kadar karbon dalam austenit
disekitar sementit menjadi sangat rendah dan akan menjadi ferrit. Keluarnya karbon
dari austenit berlangsung terus, sehingga akan terbentuk lagi sementit ferrit, sementit
dan seterusnya, sehingga diperoleh struktur yang berlapis-lapis (lamelar) yang terjadi
lamel-lamel ferrit dan sementit.
8
Menurut Avner, (268, 1987), pada umumnya perlit terbagi lagi dalam beberapa
bentuk tetapi pada dasarnya terdiri dari struktut ferrit dan simentit seperti ditunjukkan
pada ditunjukkan pada gambar 2.5
Gambar 2.5. Bentuk struktur mikro perlit pada isotermal transformation, (a)
struktur mikro perlit, (b) Perlit kasar (coarse perlit), (c) medium pelit, (d) perlit halus
(fine perlit)
f. Bainite adalah konstituen yang dihasilkan pada baja jika austenit bertransformasi
pada temperature dibawah temperature perlite terbentuk dan diatas temperature
terbentuk martensit pada diagram TTT. Bainit cendrung dihasilkan melalui
Austempering, transformasi isothermal pada temperature dibawah nose TTT-diagram.
Bila besi gamma dipaksa berada pada temperatur dibawah temperatur kritis driving
force yang akan mendorong atom-atom besi gamma, untuk merubah A1, maka ada
posisinya agar menjadi besi alpha. Makin jauh temperaturnya dibawah temperatur kritis
A1 makin besar driving force tersebut, sehingga sebagian dari austenit menjadi ferrit,
9
karena austenit tadinya mengandung banyak karbon sedang ferrit tidak mampu
melarutkan karbon sebanyak itu, maka karbon yang teperangkap ini secara difusi akan
keluar membentuk sementit pada arah/bidang kristalografik tertentu dari ferrit yang
dinamakan bainit.
Gambar 2.6. Proses terbentuknya bainit.
DN. Adnyana (105, 1989), Bainit terbentuk bila austenit didinginkan dengan
cepat sehingga mencapai temperatur tertentu (sekitar 200-400o C) transformasi bainit
ini sebabnya sebagian karena proses difusi dan sebagian lagi karena proses tanpa difusi.
Bainit akan terjadi pada transfortasi isothermal dari austenit pada temperatur
dibawah “hidung”. Pada temperatur yang lebih tinggi diperoleh upper bainite (bainit
atas) yang sering juga disebut feathery bainite karena terlihat mirip bulu ayam,
sedangkan pada temperatur yang lebih rendah diperoleh lower bainit (bainit bawah)
atau disebut juga acicular bainit karena bentuknya seperti sekumpulan jarum-jarum
yang berserakan. Sebenarnya kedua bainit itu juga terdiri dari ferrit dan sementit
walaupun sepintas lalu bainit bawah tampak lebih mirip martensit..
10
Gambar 2.7 Bainit yang terbentuk secara isothermal pada temperatur berbeda (a)
500o C Feathery (upper) bainit, (b) 290
o C, Acicular (lower) bainit.
Bainit tidak berbentuk lamellar seperti perlit tetapi berupa sementite platelet
yang terperangkap dalam ferrit yang sangat halus, kekerasan bainit berkisar antara
Rockwell C 40 – 60, lebih kuat dari perlit, lebih tangguh dan lebih ulet (mempunyai
toughness dan ductility yang lebih tinggi) dari martensite, W. Suherman (11, 1988).
g. Martensite adalah phase metastabil dari baja, terbentuk oleh transformasi austenit
dibawah temperature Ms. Martensit adalah suatu solid solution super jenuh secara
intersisial karbon dalam besi-α dan mempunyai kisi body-centered-tretragonal.
Martensit adalah hasil proses pencelupan cepat (quenching)
Martensit merupakan struktur keras yang terbentuk sewaktu baja dicelup. Martensit
yang terdapat dalam baja celup akan meningkatkan kekerasan dan kekuatan tariknya,
Smallman (446, 1991).
11
Menurut Y. Lakhtin (186, 1957), bahwa temperatur mulai terbentuknya martensi (Ms)
dan akhir pembentukan martensit (Mf) dipengaruhi oleh kadar karbon dari baja, seperti
diperlihatkan pada gambar 2.8.
Gambar 2.8. Temperatur transformasi martensit
Pada gambar 2.9. Mengambarkan susunan atom pada sel satuan austenit (FCC) yang
bertransformasi menjadi BCT. Struktur BCT ini sangat tegang, karena itu struktur ini
sangat keras dan getas. Di bawah Mikroskop struktur BCT yang dinamakan martensit,
tampak seperti jarum-jarum yang tersebar (Gambar 2.10).
12
Gambar 2.9. Struktur kristal BCT
Sumber : Avner (1987, 258).
Gambar 2.10. Struktur mikro martensit (2500x)
Sumber : Avner (258, 1974)
h. Troostite Troostite (Nodular) adalah mixture radial lamellae dari ferrite dan
cementite dan oleh karena itu berbeda dari pearlite hanya pada derjat kehalusan dan
kandungan karbon yang sama seperti dalam austenit troostite terbentuk. Pada perlakuan
13
panas baja, troostite merupakan struktur mikro yang terdiri dari ferrite dan cementite
halus merata hasil dari martensite temper temperature dibawah 450 oC. Juga sebagai
hasil dekomposisi austenit dengan laju pendinginan lebih lambat dari martensi dan
lebih cepat dari pendinginan yang menghasilkan struktur sorbite.
i. Sorbite adalah struktur mikro yang terdiri dari ferrite dan cementit halus merata
Konstituen juga disebut Sorbite Pearlite hasil dekomposisi austenit jika didinginkan
pada laju yang lebih lambat dari laju struktur troostite dan lebih cepat dari laju untuk
pendinginan yang menghasilkan struktur pearlite.yang diperoleh dari tempering
matensite pada temperature diatas 450 oC.
14
III. TRANSFORMASI FASA PADA BAJA
3.1. Transformasi Perubahan Fasa Pada Baja Karbon (hepoeutektoid)
Perubahan fasa yang terjadi sewaktu baja diberikan perlakuan panas berbeda dengan
yang terakhir pada diagram keseimbangan paduan besi karbit. Perbedaan ini disebabkan karena
perbedaan waktu, atau faktor kecepatan pendinginan atau pemanasan, Tata Surdia (76, 1970).
Baja Hepoeutektoid, pada waktu pemanasan mencapai temperatur kritis bawah maka perlit
mulai bertrasportasi menjadi austenit dengan komposisi sekitar 0,8% C, dan pada temperatur
yang lebih tinggi ferit juga mulai menjadi austenit, tetapi austenit yang terjadi ini masih
mengandung karbon yang sedikit. Pada saat temperatur pemanasan baru mencapai temperatur
kritis atas tentu saja masih ada austenit dengan komposisi yang tidak sama satu dengan yang
lainnya. Untuk membuat austenit menjadi lebih homogen maka perlu diberi kesempatan pada
atom-atom untuk berdifusi secara sempurna, artinya pada saat pemanasan perlu diberi holding
time ini banyak tergantung pada laju pemanasan, makin tinggi laju pemanasan maka makin
panjang holding time yang harus diberikan. Pemanasan dengan menggunakan dapur listrik
(laju pemanasan rendah) tidak memerlukan holding time yang lama karena difusi sudah
berlangsung cukup banyak selama pemanasan mendekati temperatur austenit, W. Suherman
(35, 1988). Untuk memperkirakan perubahan fasa yang terjadi dalam perlakuan panas yang
akan digunakan suatu diagram disebut diagram Isothermal transformation atau TTT diagram
lampiran 5, Thelning (6, 1984).
Transfortasi Fasa Pada Pemanasan
Baja hypoeutektoid pada waktu pemanasan tidak dapat diketahui dari diagram fasa
beberapa waktu yang diperlukan untuk berlangsungnya transformasi perlit + ferit menjadi
austetit, dapat diramalkan dari diagram transformasi pemanasannya (gambar 3.1).
15
Gambar. 3.1. Transfortasi struktur sewaktu baja dipanaskan
Sumber : Karl Thelning (7, 1984).
Thelning (10, 1984), menjelaskan untuk baja karbon 0,45% C pada sekitar temperatur
810o C, transformasi dari perlit keaustenit terjadi dengan cepat. Dalam waktu lima detik perlit
sudah bertransformasi menjadi ferit, austenit dan cementit. Dalam waktu sekitar satu menit
karbon akan berdisfusi keferit dan bertransformasi keaustenit, sedangkan comentit baru pada
larut penuh setelah lima jam, Thelning (10, 1984), pada gambar 1.5 terlihat transformasi fasa
untuk baja hipoeutektoid sewaktu dipanaskan.
Transformasi Fasa Pada Pendinginan
Umumnya struktur yang dibentuk sewaktu pendinginan adalah tergantung pada
temperatur transformasi dimulai, Thelning (11, 1984). Untuk mengetahui perubahan fasa yang
terjadi sewaktu pendinginan digunakan diagram transformasi isothermal. Diagram transformasi
isothermal memperlihatkan permulaan dan akhir reaksi dengan waktu sebagai variabel
(lampiran-5) Van Vlack (450, 1989).
16
Pada baja hypoeutektoid seperti baja AISI C1045, Van Vlack (450, 1989), menjelaskan
transformasi isothermal berlangsung cepat dengan waktu kurang dari satu detik, dengan
pendinginan yang cepat ujung kurva yang menunjukkan awal transfomasi akan terlampaui dan
pendinginan baja tidak diiringi dengan terbentuknya karbida dan ferit karena tidak ada
kesempatan bagi atom-atom karbon yang larut dalam austenik untuk mengadakan pergerakan
difusi dan membentuk simentit, fasa yang terbentuk yaitu martensit, Tata Surdia (75, 1970).
Gambar. 3.2. Perubahan struktur dari variasi pendinginan untuk baja 0,45% C
Sumber : Thelning (7, 1984).
Dari gambar tampak bahwa pada temperatur tinggi mulai dan berakhirnya transformasi
memakan waktu yang lebih panjang, makin rendah temperatur transformasi makin pendek
waktu untuk mulai dan berakhirnya transformasi mencapai minimum pada suatu temperatur,
yaitu pada nose (hidung) diagram W. Suherman (28, 1988), mengemukakan pada temperatur
dibawah hidung transformasi menjadi lambat lagi, dan struktur yang dihasilkan tidak lagi
pearlit tetapi bainit. Pada temperatur yang lebih rendah lagi langsung akan terbentuk martensit,
begitu temperatur mencapai Ms (martensite start). Pertumbuhan martensit ini tidak tergantung
17
pada waktu tetapi hanya tergantung pada penurunan temperatur. Makin rendah temperatur
makin banyak austenit yang menjadi martensit dan anggapan selesai pada temperatur Mf
(martensite finish). Tetapi biasanya masih selalu ada sedikit atau banyak, austenit yang tidak
berubah menjadi martensit pada saat temperatur mencapai temperatur kamar. Ini dinamakan
martesit sisa.
Struktur Kristal
Menurut DN. Adnyana (76, 1987), logam, seperti bahan lainnya, terdiri dari susunan
atom-atom, susunan atom-atom dalam kristal logam tersusun secara teratur yang menentukan
struktur kristal dari logam. Susunan atau tumpukan terkecil dari atom-atom tersebut disebut sel
satuan (unit cell). Unit cell tersebut tersusun membentuk balok (tumpukan kubus atau lainnya),
sebagai penyusun dasar dari kristal ada berbagai bentuk sel satuan yang mungkin terjadi dalam
logam (gambar 1.7)
18
Gambar. 3.3. Jenis-jenis unit cell yang terjadi pada berbagai logam
Sumber : William D. Callister (38, 1994).
Susunan Atom Dalam Kristal
Pada logam atom-atom tersusun secara teratur menurut suatu pola tertentu, dinamakan
Kristal, Van Vlack (75, 1979). Pada umumnya kristal logam mempunyai susunan atom tertentu
(gambar 2.1.8). Susunan kristal pada besi yang dikenal dalam logam adalah :
1. Kubus berpusat sisi (muka) atau face centered cubic (FCC).
2. Kubus berpusat badan (dalam) atau body centered cubic (BCC).
19
3. Heksagonal susunan rapat atau hexagonal close pocket (HCP).
Besi termasuk salah satu logam yang mempunyai sifat allotropy. Pada suhu kamar, besi
dan kebanyakan baja memiliki betuk struktur BCC (besi alpha), pada temperatur 920o C
bertransformasi menjadi FCC (besi gamma), pada temperatur 1400o berubah menjadi BCC
(besi delta).
Gambar. 3.4. Susunan atom (a) BCC, (b) FCC, (c) HCP
Sumber : Van Vlack (79, 1989).
Ukuran Butir
Perubahan ukuran butir dan penambahan temperatur (gambar 1.9), ditunjukkan dengan
ukuran lingkaran yang berubah-ubah, Frank T. Sisco (264, 1957). Temperatur dinaikkan secara
20
perlahan-lahan butiran akan mulai halus pada butiran kritis. Butiran-butiran halus akan
sempurna pada temperatur sedikit diatas temperatur kritis. Pada pendinginan ukuran butir ini
tidak dapat balik (proses irreversibel).
Bila austenit didinginkan pada temperatur ruang yang kekerasan dan struktur mikro
yang dihasilkan tergantung pada laju pendinginannya, bila pendinginan lebih lambat dari
critical cooling rate (CCR) akan menghasilkan pearlit dan sementit dan jika didinginkan lebih
cepat dari CCR akan menghasilkan martensit. Ukuran butir akan sama, jika dipanaskan pada
temperatur yang sama tetapi kekerasan tergantung pada laju pendinginan dan sedikit pada
ukuran butir. Baja lunak atau baja keras tergantung pada laju pendinginan, berbutir halus atau
berbutir kasar tergantung pada temperatur dimana baja dipanaskan.
Gambar. 3.5. Pertumbuhan butir austenit pada pemanasan baja
Sumber : Frank T. Sisco, (264, 1957).
21
Ukuran butir baja diklasikasikan oleh standar ASTM (GOST 5639-51) kelas ukuran
butir nomor 1 sampai 8 gambar ukuran butir dapat dilihat pada lampiran 2, Y Lakhtin (166,
1952). Pada sisten ini jumlah butir inchi persegi pada pembesaran 100 kali adalah 2n-1
dimana
n adalah nomor ukuran butir, ukuran butir yang terjadi diatas suhu transformasi adalah ukuran
butir austenit. Tabel 2.1 adalah tabel ASTM nomor ukuran butir perinchi persegi (0,0001
inchi2).
Ukuran butir baja yang halus tidak mudah retak dan mempunyai ketangguhan yang
tinggi pada temperatur rendah. Butiran dengan ukuran yang besar akan mudah terjadi
perpatahan getas.
Tabel 1. Ukuran Butir menurut ASTM
A.S.T.M. Grain Size
Number
Grain Per sq.in at 100x
Avarage Range
1
2
3
4
5
6
7
8
1
2
4
8
16
32
64
128
1 ½ or Less
1 ½ to 3
3 to 6
6 to 12
12 to 14
24 to 48
48 to 96
96 or more
Sumber : Frank T. Sisco (266, 1957)
22
Struktur Mikro
Pada umumnya struktur mikro dari baja tergantung dari kecepatan pendinginan dari
daerah autenit sampai ke suhu kamar, karena perubahan struktur maka dengan sendirinya sifat-
sifat mekanis yang dimiliki juga berubah, Harsono (43, 1991).
Pada saat logam membeku, atom-atomnya mengatur diri secara teratur dan berulang
dalam pola tiga dimensi yang disebut kristal. Kristal-kristal tersebut tumbuh menjadi butiran-
butiran, butiran yang terbentuk disebut struktur mikro.
Baja karbon AISI C1045 adalah tergolong kedalam baja hypoeutektoid karena
mempunyai kadar karbon 0,43 – 0,50%. Pada temperatur kamar baja ini terdiri dari ferit dan
pearlit dengan struktur mikro seperti pada gambar 2.0 dengan pembesaran 500 kali.
Gambar. 3.6. Struktur Mikro Baja AISI C1045
Sumber : Y Lakhtin (206, 1957)
Struktur gambar yang terjadi pada akhir suatu proses laku panas selain ditentukan oleh
komposisi kimia dari logam atau paduan dan proses laku panas yang dialami, juga oleh
struktur/kondisi awal benda kerja. Paduan dengan komposisi kimia yang sama, mengalami
23
proses laku panas yang sama, akan menghasilkan struktur mikro dan sifat yang berbeda bila
struktur/kondisi awal benda. Struktur atau kondisi awal ini banyak ditentukan oleh pengerjaan
atau laku panas yang dialami sebelumnya, Wahid Suherman (1, 1988).
Gambar. 3.7. Curva TTT (Time Temperatur Transformation) untuk baja hypoeutektoid,
0,45% C
Sumber : Avner (292, 1987)
24
IV. PERLAKUAN PANAS
4.1. Definisi
Perlakuan panas merupakan proses yang dilakukan dengan memanaskan dan mendinginkan
suatu logam dalam keadaan padat untuk mendapatkan perubahan fasa (struktur). Perubahan
struktur tersebut akan merubah sifat-sifat mekanis dari logam tersebut, DN. Andyana (72,
1989).
Perlakuan panas bisa didefinisikan sebagai suatu operasi atau kombinasi operasi yang
melibatkan pemamanasan dan pendinginan logam/paduannya dalam keadaan padat untuk
memperoleh kondisi dan sifat-sifat yang diinginkan. (O.P Khanna 292, 1986).
Melalui perlakuan panas yang tepat, tegangan dalam dapat dihilangkan, ukuran butir
diperbesar atau diperkecil, ketangguhan ditingkatkan atau dapat dihasilkan suatu permukaan
yang keras disekeliling inti yang ulet. Untuk memungkinkan perlakuan panas yang tepat,
komposisi kimia baja harus diketahui karena perubahan komposisi kimia khususnya karbon
dapat mengakibatkan perubahan sifat-sifat fisik, BH. Amstead (135, 1985)
4..2. Klasisifikasi Proses Perlakuan Panas
Proses Perlakuan Panas dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Annealing
(a) Stress-relief annealing
(b) Process Annealing
(c) Spheodising Annealing
(d) Full Annealing
2. Normalizing
3. Hardening (penndinginan cepat)
25
4. Tempering
(a) Martempering
(b) Austempering
(c) Maraging
3.3. Kegunaan Perlakuan Panas
Perlakuan Panas dilakukan dengan satu atau lebih manfaat berikut ini:
(a) Meratakan tegangan dalam yang terjadi selama pengerjaan dingin, pengecoran,
penempaan dan lain-lain.
(b) Pengatan dan pengerasan logam
(c) Memperbaiki mampu mesin
(d) Perubahan ukuran butir
(e) Pelunakan logam untuk pengerjaan dingin lebih lanjut seperti pada penarikan kawat
atau pengerolan dinging.
(f) Memperbaiki keuletan dan ketangguhan
(g) Meningkatkan sifat ketahanan panas, aus dan korosi logam
(h) Memperbaiki sifat elektrik dan magnetic logam
(i) Menghomogenkan struktur mikro; merhilangkan efek pengecoran (coring dan
segregation)
(j) Memperhalus partikel perlite, seperti Fe3C pada baja melalui difusi。
4.4. Prinsip Dasar Perlakuan Panas
Semua dasar proses perlakuan panas baja adalah meliputi transformasi atau
dekomposisi Austenit. Hasil dari transformasi tersenbut memperlihatkan perkembangan sifat-
sifat fisik dan mekanik pada baja.
26
Laju pendinginan memegang peranan penting dalam transformasi austenit ke pearlite atau
martensite dan sebagainya.
Perlakuan panas hanya efektif untuk paduan tertentu saja ( contoh: Fe-C;
Aluminium bronze, dan lain-lain), sebab hal ini tergantung dari elemen yang saling larut satu
sama lain secara solid solution (larut padat).
Teori perlakuan panas didasarkan pada prinsip bahwa suatu paduan berubah struktur jika
dipanaskan ke temperature diatas temperature tertentu dan akan mengalami perubahan kembali
bila didinginkan ke temperature kamar. Laju pendinginan adalah faktor penting dalam
pengembangan struktur yang berbeda (lunak atau keras).
Pendinginan lambat sekitar temperatur kritis pada baja akan menghasilkan struktur mikro
pearlite (lunak) sementara pendinginan cepat (tergantung pada komposisi kimia baja) akan
menghasilkan struktur mikro martensit (keras).
Langkan penting dalam proses perlakuan panas adalah sebagai berikut:
(a). Pemanasan (Heating) logam/paduannya ke temperature tertentu.
(b). Penahanan temperature (Holding atau Soaking) pada temperature tersebut
untuk saat tertentu sesuai dengan perubahan yang diinginkan terjadi