68 Lampiran 1. Prosedur Kerja Uji Kualitas Kimia dan Fisik Air Limbah Tahu 1. Uji BOD (Biological Oxygen Demand) a. Sampel yang besifat asam dinetralkan pada pH 7,0 ± 10 dengan menggunakan asam atau basa. b. Tentukan konsentrasi klor aktif untuk sampel yang diduga mengandung sisa klor aktif (yang dapat menghalangi proses mikrobiologis) sampel yang diduga mengandung zat beracun. c. Turunkan kadar oksigen dengan cara pengocokan pada sampel yang mengandung oksigen melebihi kejenuhannya (terlalu jenuh). Keadaan tersebut dapat terjadi pada sampel yang ditumbuhi ganggang. d. Pengenceran sampel, jumlah oksigen dalam botol terbatas maksimum 9 mg O 2 /l tersedia, dan sebaiknya oksigen terlarut pada akhir masa inkubasi antara 3 dan 6 mg O 2 /l, maka sampel perlu diencerkan. e. Botol-botol BOD (sampel dan blanko) disimpan dalam inkubator (suhu 20 o C ± 10 o C) selama kira-kira 1 jam. Setelah 1 jam botol tersebut dibuka sebentar lalu diisi dengan air pengencer sehingga di dalam botol tertutup tidak ada gelembung udara. f. Simpan terus dalam inkubator (suhu 20 o C ± 10 o C) selama 5 hari, separuh dari jumlah botol-botol BOD tersebut dan separuhnya dikeluarkan untuk analisa oksigen. g. Perhitungan BOD
22
Embed
1. Uji BOD Biological Oxygen Demand)etheses.uin-malang.ac.id/484/11/09620061 Lampiran.pdf68 Lampiran 1. Prosedur Kerja Uji Kualitas Kimia dan Fisik Air Limbah Tahu 1. Uji BOD (Biological
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
68
Lampiran 1. Prosedur Kerja Uji Kualitas Kimia dan Fisik Air Limbah Tahu
1. Uji BOD (Biological Oxygen Demand)
a. Sampel yang besifat asam dinetralkan pada pH 7,0 ± 10 dengan
menggunakan asam atau basa.
b. Tentukan konsentrasi klor aktif untuk sampel yang diduga mengandung
sisa klor aktif (yang dapat menghalangi proses mikrobiologis) sampel
yang diduga mengandung zat beracun.
c. Turunkan kadar oksigen dengan cara pengocokan pada sampel yang
mengandung oksigen melebihi kejenuhannya (terlalu jenuh). Keadaan
tersebut dapat terjadi pada sampel yang ditumbuhi ganggang.
d. Pengenceran sampel, jumlah oksigen dalam botol terbatas
maksimum 9 mg O2/l tersedia, dan sebaiknya oksigen terlarut pada
akhir masa inkubasi antara 3 dan 6 mg O2/l, maka sampel perlu
diencerkan.
e. Botol-botol BOD (sampel dan blanko) disimpan dalam inkubator
(suhu 20o
C ± 10 o
C) selama kira-kira 1 jam. Setelah 1 jam botol
tersebut dibuka sebentar lalu diisi dengan air pengencer sehingga di
dalam botol tertutup tidak ada gelembung udara.
f. Simpan terus dalam inkubator (suhu 20 o
C ± 10 o
C) selama 5 hari,
separuh dari jumlah botol-botol BOD tersebut dan separuhnya
dikeluarkan untuk analisa oksigen.
g. Perhitungan BOD
69
Untuk menghitung BOD yang ada dalam limbah maka rumus yang
digunakan Alaerts dan Santika,(1997) :
BOD5 20
= ( X0 – X5 ) – ( B0 – B5 ) ( 1- P )
P
Keterangan:
BOD20
5 = sebagai mg O2/ℓ
X0 = OT (oksigen terlarut) sampai pada saat t = 0 (mg O2/ℓ)
X5 = OT sampai pada saat t = 5 hari (mg O2/ℓ)
B0 = OT blanko pada saat t = 0 (mg O2/ℓ)
B5 = OT blanko pada saat t = 5 hari (mg O2/ℓ)
P = derajat pengenceran
2. Uji DO (Dissolved Oxygen)
a. Masukkan sejumlah 20 ml sampel dan tambahkan 2 ml larutan mangan
ke dalam botol. Tambahkan 2 ml larutan alkali Iodida azida
b. Botol ditutup kembali dengan hati-hati kemudian dikocok dengan cara
membolak – balik botol
c. Biarkan gumpalan mengendap selama 10 menit
d. Tambahkan 2 ml H2SO4 pekat pada sisa larutan yang mengendap
e. Botol digoyangkan dengan hati-hati sehingga semua endapan melarut
f. Seluruh isi botol dituangkan secara kuantitatif ke dalam erlenmeyer 500
ml
g. Iodin yang dihasilkan dari kegiatan tersebut dititrasi dengan
Na-thiosulfat 0,025 N sehingga terjadi warna coklat muda
70
h. Tambahkan indikator pati sebanyak 1 ml sehingga timbul warna biru.
Kemudian lanjutkan titrasi sampai warna biru hilang pertama kali
i. Perhitungan nilai DO
OT = a × N × 8000
V- 4
Keterangan :
OT : mg/l
A : Volum titrasi
N : N-Na – thiosulfat
V : Volum sampel
3. Uji pH
pH meter dihubungkan dengan elektroda kaca dan elektroda
referensi. Pilih jenis elektroda sesuai dengan pH meter. Pada pH meter ada
skala yang menyatakan hasil pengukuran beda potensial. Putar tombol
pengukuran untuk memilih skala pH atau mV. Karena alat ini selalu
memerlukan 10 s/d 20 menit pemanasan maka alat tetap dihidupkan selama
mungkin. Alat dibiarkan dalam keadaan stanby, pH meter digunakan dengan
elektroda terendam larutan sampel atau buffer. Dengan melihat tombol koreksi
suatu sistem pengukuran pH baik dalam potensiometer maupun elektroda dapat
disesuaikan dengan suhu yang ada dalam larutan. Analisis standardisasi
dilakukan setiap 4 jam sekali karena analisa banyak (Alaerts dan Santika, 1997
4. Uji TSS
71
a. Panaskan Filter kertas biasa didalam oven pada suhu ± 105 0
C selama 1
jam. Dinginkan dalam desikator selama 15 menit dan kemudian
timbang dengan cepat. Pemanasan biasanya cukup 1 jam. Namun,
pemanasan perlu diulang sampai didapatkan berat yang konstan atau
kehilangan berat sesudah pemanasan ulang kurang dari 0,5 mg.
b. Sampel yang sudah dikocok merata, sebanyak 100 ml dipindahkan
dengan menggunakan pipet, ke dalam alat penyaringan atau cawan
Gooch, yang sudah ada filter kertas didalamnya. Kemudian saring
dengan sistem vakuum.
c. Filter kertas diambil dari alat penyaring dengan hati-hati dan kemudian
ditempatkan diatas jaring- jaring yang diletakkan pada cawan lalu (bila
memakai cawan Gooch, filter beserta cawan Gooch) dimasukkan dalam
oven untuk dipanaskan pada suhu 105 0 C, selama 1 jam. Dinginkan
dalam desikator kemudian ditimbang dengan cepat. Ulangi pemanasan
dan penimbangan sampai beratnya konstan atau berkurangnya berat
sesudah pemanasan ulang, kurang dari 0,5 mg.
d. Agar supaya hasil analisa teliti , harap dibuat duplikat.
e. Perhitungan Analisa TSS yaitu :
Mg/l zat tersuspensi = ( a – b ) × 1000
c
dimana
a = berat filter dan residu sesudah pemanasan 105 0 C (mg).
b = berat filter kering (sudah dipanaskan 105 0 C ) (mg).