MAKALAH KONSERVASI II PULPOTOMI DAN KAPING PULPA DIRECT DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 KELAS GENAP Agung Triasmo 10/299637/KG/08720 Aulida Arum M 11/311440/KG/08788 Fadhil Muhammad 11/311447/KG/08790 Sari Ambarwati 11/311450/KG/08792 Nisaul Afifah 11/311474/KG/08794 Mira Hidayanti 11/311482/KG/08796 Fitria Avriliyanti 11/311497/KG/08798 Premia Utianty 11/311536/KG/08800 Astriana Wahyu C 11/311611/KG/08804 Atfirani Tri Sukma 11/311644/KG/08806 Henny Anggraeni 11/311669/KG/08808 Gusti Fathoni F 11/311684/KG/8810 Gilang Jati Pamungkas 11/311746/KG/8812 Syelvi Agustin 11/311789/KG/08814
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MAKALAH KONSERVASI II
PULPOTOMI DAN KAPING PULPA DIRECT
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1 KELAS GENAP
Agung Triasmo 10/299637/KG/08720
Aulida Arum M 11/311440/KG/08788
Fadhil Muhammad 11/311447/KG/08790
Sari Ambarwati 11/311450/KG/08792
Nisaul Afifah 11/311474/KG/08794
Mira Hidayanti 11/311482/KG/08796
Fitria Avriliyanti 11/311497/KG/08798
Premia Utianty 11/311536/KG/08800
Astriana Wahyu C 11/311611/KG/08804
Atfirani Tri Sukma 11/311644/KG/08806
Henny Anggraeni 11/311669/KG/08808
Gusti Fathoni F 11/311684/KG/8810
Gilang Jati Pamungkas 11/311746/KG/8812
Syelvi Agustin 11/311789/KG/08814
Kristika Maharani 11/311844/KG/8816
Mika Cendy 11/311871/KG/08818
Ela Novitasari K 11/311938/KG/08820
Nurul Imanda Syafjon 11/311942/KG/08822
Pipit Rezita Aprilliani 11/311985/KG/08824
Athistya Diska Pr11/312001/KG/08826
Rita Kumaladewi D 11/312026/KG/08828
Khalifa Unsa M 11/312057/KG/08830
Priske Pramadima P 11/312057/KG/08832
Brian Arista Marzuq 11/312214/KG/08834
Norma Dias L 11/312225/KG/08836
Drita Maya Hapsari 11/312234/KG/08838
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
PEMBAHASAN
PULPOTOMI
I.1 PENGERTIAN PULPOTOMI
Pulpotomi merupakan perawatan yang hanya mengambil jaringan pulpa terinfeksi
pada kamar pulpa, dan mempertahankan jaringan pulpa vital dalam saluran akar. Pada gigi
yang immature, perkembangan akar akan terus berlanjut apabila pulpa dalam saluran akar
dipertahankan tetap sehat. Pulpotomi dapat dilakukan pada gigi dengan pulpa terbuka tidak
lebih dari 72 jam. Berdasarkan penelitian, membuktikan bahwa ukuran pulpa yang terbuka
serta waktu antara terjadinya trauma dengan perawatan dan sempurnanya pembentukan akar
merupakan salah satu hal yang tidak terlalu penting untuk dapat mencapai perawatan
pulpotomi yang optimal..
I.2 INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI
A. Indikasi Pulpotomi
Pulpotomi harus dilakukan hanya pada gigi yang sehat, pulpa hiperemik atau
terinflamasi ringan, seperti gigi permanen anterior pada anak dengan apeks terbuka lebar,
yang mengalami fraktur waktu olahraga atau kecelakaan mobil, atau gigi posterior anak
dengan apeks terbuka lebar, yang mempunyai pembukaan karies kecil yang asimtomatik.
Pada gigi permanen anak-anak yang melibatkan pulpa dengan apeks akarnya belum terbentuk
sempurna (Grossman, 1995).
Alasan utama mengapa terapi pulpa vital yang harus dilakukan pada gigi fraktur
dengan pulpa terbuka adalah untuk mempertahankan kevitalan jaringan pulpa. Ini terutama
penting pada gigi yang belum tumbuh sempurna yang jika pembentukan akarnya dapat terus
berlangsung akan menghasilkan gigi yang lebih kuat dan lebih tahan terhadap fraktur
daripada gigi dengan dinding akar yang menjadi tipis (Walton, 2008).
Indikasi pulpotomi menurut Tarigan (2004) adalah sebagai berikut:
1. Pulpa vital, bebas dari pernanahan atau tanda nekrosis lainnya.
2. Pulpa terbuka karena faktor mekanis selama preparasi kavitas yang kurang hati-hati
atau tidak sengaja.
3. Pulpa terbuka karena trauma dan sudah lebih dari dua jam, tetapi belum melebihi 24
jam, tanpa terlihat adanya infeksi pada bagian periapeks.
4. Gigi masih dapat diperbaiki dan minimal didukung lebih dari dua pertiga panjang
akar.
5. Tidak ada kehilangan tulang pada bagian interradikal.
6. Pada gigi posterior yang eksterpasi pulpa sulit dilakukan.
7. Apeks akar belum tertutup sempurna.
8. Usia tidak lebih dari 20 tahun.
Menurut Bergenholtz (2010) indikasi pulpotomi diterangkan
berdasarkan gambar disamping. Pada gambar a menunjukan
gambaran pulpotomi parsial yang diindikasikan pada eksposur
traumatik atau terbukanya pulpa akibat karies dan tidak ada tanda
patologi baik secara klinik maupun radiografi.
Sedangkan pada gambar b menunjukan gambaran indikasi pulpotomi
yang diindikasikan pada adanya simptom yang terlihat baik secara
klinik dan atau radiografi yang menunjukan inflamasi pada pulpa
koronal.
Selain itu, juga ada indikasi pulpotomi pada gigi decidui yaitu sebagai berikut:
1. Gigi yang bisa dikembalikan (restorable),
2. Tidak ada riwayat nyeri yang spontan,
3. Tidak ada abses atau sinus dalam hubungan gigi tersebut,
4. Tidak ada resorpsi internal,
5. Tidak ada bukti radiografi dari kehilangan tulang pada bagian interradikular.
B. Kontra Indikasi Pulpotomi
Kontraindikasi pulpotomi menurut Tarigan (2004) adalah sebagai berikut:
1. Sakit jika diperkusi atau dipalpasi.
2. Ada radiolusen pada daerah periapeks atau interadikular.
3. Mobilitas patologik.
4. Terdapat nanah pada pulpa yang terbuka
5. Pada pasien yang kesehatannya kurang baik.
6. Pada pasien berusia diatas 20 tahun.
Selain kontraindikasi yang disebutkan diatas, Grossman (1995) menambahkan beberapa
kontraindikasi lain dari pulpotomi yaitu,
1. Tindakan yang membutuhkan ekstirpasi pulpa dan obsturasi dikontraindikasikan
karena akar belum matang/imatur, dan foramen masih terbuka lebar, dan ekstraksi
tidak dibenarkan karena mempengaruhi erupsi gigi disebelahnya dan perkembangan
lengkung gigi.
2. Foramen yang terbuka merupakan kontraindikasi untuk terapi saluran akar dan harus
ditangguhkan sampai foramen menjadi matang/dewasa.
3. Pasien yang menderita pulpitis ireversibel.
4. Terdapat daerah radiolusen pada area periapeks atau interradikular yang dapat
disebabkan karena perluasan penyakit pulpa ke dalam jaringan periapikal, dan
penyempitan kamar pulpa atau saluran akar (kalsifikasi).
Selain itu, juga terdapat kontraindikasi pulpotomi pada gigi decidui yang sebagian besar
merupakan kebalikan dari indikasinya yaitu sebagai berikut:
1. Gigi yang sudah tidak bisa dikembalikan (unrestorable),
2. Terdapat rasa nyeri yang spontan,
3. Terdapat abses atau sinus,
4. Terdapat bukti radiografi dari kehilangan tulang pada bagian interradikular dan
resorpsi internal,
5. Sudah dekat waktu erupsi gigi permanan, dan
6. Adanya perdarahan pulpa yang tidak berhenti.
I.3 JENIS-JENIS PULPOTOMI
Pulpotomi terbagi atas pulpotomi parsial dan pulpotomi servikal. Pulpotomi parsial
biasanya dilakukan jika pulpa terbuka disebabkan preparasi kavitas. Disini pulpa dalam
kamar pulpa tidak diganggu, masih dalam keadaan utuh, sedangkan pada pulpotomi servikal,
keseluruhan pulpa pada kavum pulpa sampai orifisium dibuang, kemudian diletakkan
Ca(OH)2 di lantai pulpa, menutupi seluruh orifisium. Biasanya pulpotomi servikal ini
dilakukan terutama bila foramen apikal masih belum sempurna pertumbuhannya (Tarigan,
2004).
1. Pulpotomi Parsial
Menurut American Association of Endodontists Glossary pulpotomi sebagian
didefinisikan sebagai penghilangan sebagian kecil pulpa koronal vital yang berarti
mempertahankan (preserving) jaringan pulpa koronal dan radikular yang tersisa
untuk melanjutkan perkembangan fisiologis dan pembentukan root end. Pulpotomi
sebagian disebut juga dengan Cvek pulpotomy (Berg, 2013).
Pengambilan daerah tersebut sangat minimal karena jaringan pulpa
mempunyai vaskularisasi yang baik, dan dapat memberikan reaksi pertahanan
terhadap kontaminasi bakteri (Fauziah, 2008). Pulpotomi parsial adalah perawatan
dengan teknik amputasi jaringan pulpa dan dentin 1-2 mm apikal dari lokasi pulpa
terbuka. Perawatan pulpotomi parsial berguna untuk mempertahankan vitalitas
pulpa pada kasus trauma dimana gigi mengalami pulpa terbuka (Cahyono, 2007).
Pulpotomi sebagian diindikasikan untuk traumatic pulp exposure atau pulpa
yang terpapar karena lesi karies yang dalam (Bergenholtz, 2010). Selain itu,
diindikasikan pada pulpa masih vital, jika dilihat gambaran radiografi nya normal,
perdarahan terkontrol dan pada perawatan restorasi kecil sampai moderate (Berg,
2013). Teknik pulpotomi parsial memerlukan pertimbangan dalam pemilihan
kasusnya, kondisi yang perlu dipertimbangkan adalah apakah tingkat penyembuhan
pulpa masih baik atau tidak (Cahyono, 2007).
Kontraindikasi pulpotomi parsial adalah gigi yang pernah mengalami rasa
sakit yang spontan, rasa sakit yang terus menerus, terdapat eksudat dari pulpa
terbuka, dan gambaran radiografis yang menunjukkan adanya kelainan pulpa
(Cahyono, 2007).
Pulpotomi sebagian lebih dipilih dalam perawatan kaping pulpa karena lebih
banyak kemungkinan untuk mengontrol permukaan yang terluka, mencegah
pembekuan darah ekstrapulpa, untuk mendapatkan retensi yang cukup pentupan
luka dan tight seal dan juga mencegah infeksi bakteri. (Koch, 2009)
Gigi dengan pulpa terbuka yang kecil dan suplai darah yang baik memiliki
tingkat kesembuhan jaringan pulpa yang tinggi. Pada perawatan pulpotomi parsial
lama waktu pulpa terbuka bukan merupakan faktor utama dalam menentukan
kondisi pulpa, karena vaskularisasi pulpa yang baik memiliki mekanisme
pertahanan terhadap kontaminasi bakteri. Mekanisme pertahanan yang dimaksud,
adalah reaksi inflamasi (Cahyono, 2007).
2. Complete pulpotomy/ Servikal Pulpotomi
Complete pulpotomy (juga dikenal sebagai servikal pulpotomi) merupakan
suatu pembuangan jaringan pulpa di koronal dan penempatan wound dressing di
saluran orifice. Prosedur ini akan menyebabkan terjadinya pembentukan dentin pada
gigi permanen yang imatur dan obliterasi saluran akar. Pada perawatan ini, sebaiknya
juga diikuti terapi endodontik yang komplit saat perkembangan akar sudah sempurna
(Fong, 2002). Pulpotomi servikal diindikasikan ketika pulpa diperkirakan mengalami
inflamasi pada pulpa koronal yang dalam. Karena bahan dressing akan diletakkan di
pulpa yang terinflamasi, pulpotomi servikal merupakan kontraindikasi pada gigi
mature (Hargreaves, 2011).
I.4 KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN
Beberapa keuntungan prosedur perawatan pulpotomi adalah :
Hanya mengambil jaringan pulpa yang terinfeksi saja pada kamar pulpa dan dapat
mempertahankan pulpa vital yang berada di saluran akar.
Bahan yang digunakan untuk pulpotomi adalah kalsium hidroksida. Kalsium
hidroksida mempunyai peranan dalam merangsang odontoblas, sehingga
membentuk dentin reparative untuk membentuk jembatan yang menutup dan
melindungi dentin.
Pulpotomi dengan bahan kalsium hidroksida juga dapat membentuk selapis tipis
jaringan koagulasi nekrosis karena bahan ini mempunyai derajat iritasi yang
rendah pada pulpa dan dapat merangsang formasi pertahanan jaringan keras.
Bila perawatan pulpotomi gagal dapat dilakukan perawatan pulpektomi.
Memiliki prognosis yang lebih baik daripada pulpa kaping.
Sedangkan kerugian dari perawatan pulpotomi adalah :
Beresiko menyebabkan resorbsi internal pada pulpa setelah perawatan pulpotomi.
Apabila pengaplikasiannya salah maka dapat menyebabkan micro leakage atau
kebocoran mikro, sehingga dapat mengiritasi jaringan pulpa yang masih sehat
dibawahnya.
Tidak dapat digunakan pada pasien yang mengalami pulpitis irreversible.
I.5 ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan selama perawatan pulpootomi yaitu:
1. Isolasi gigi rubber dam
2. Buang atap pulpa round bur low speed
3. Buang pulpa bagian korona ekskavator atau round bur low speed
4. Kaping dengan kalsium hidroksida atau MTA
5. Base semen ionomer kaca
Bahan yang digunakan untuk perawatan pulpotomi yaitu:
1. Pasta Formocresol
Indikasi
Pulpotomi formokresol diindikasikan untuk perawatan gigi sulung yang pulpanya
terlibat,dengan manifestasi klinis perubahan inflamatori yang terbatas pada pulpa mahkota
atau pembukaan mekanis pada waktu prosedur operatif. Dikontraindikasikan pada gigi sulung
yang luar biasa sensitif terhadap panas dan dingin (sakit spontan terutama pada malam hari);
sensitif terhadap perkusi atau palpasi karena suatu penyakit pulpa; secara klinis atauradiografi
menunjukkan tanda-tanda infeksi apikal atau resorpsi akar; serta perdarahan yang berlebihan
dari radicular stumps setelah amputasi.
Isi bahan Formocresol:
Formaldehyde soln (37%)
In 60/20 glycerine and water 60%
Cresol 40%
- Keuntungan dari formocresol:
Terjadi devitalisasi dari jaringan yang rusak dan mikroorganisme yang menyerang, tidak
toksik dan kurang iritasi dibandingkan obat-obatan yang digunakan dalam teknik
sebelumnya.
- Kekurangan:
Kekurangan teknik formocresol yaitu terjadi suatu peradangan kronis di bagian yang lebih
dalam dari saluran akar.
2. Ca(OH)2
Kalsium hidroksida digunakan karena kemampuannya membentuk jembatan dan memelihara
vitalitas sisa pulpa. Kalsium hidroksida, yang diperkenalkan oleh Herman pada tahun 1930,
tersedia dalam powder kering, suatu pasta yang dicampur dengan air, atau suatu pasta yang
dikemas secara komersial. Serbuk kalsium hidroksida dapat digunakan sendiri atau dengan
suatu bahan radiopak, seperti barium sulfat, agar campuran lebih dapat dilihat pada radiograf.
Indikasi
Diindikasikan pada gigi permanen anak-anak yang melibatkan pulpa dengan apeks akarnya
belum terbentuk sempurna. Foramen yang terbuka merupakan kontraindikasi untuk terapi
saluran akar dan harus ditangguhkan sampai foramen menjadi matang/dewasa. Prosedur