Top Banner
TUGAS BEDAH MULUT 2 PROSEDUR OK (KAMAR OPERASI) KELOMPOK 1 Hesti Margaretha Gautami (04101004001) Dwi Mayang Ayu Ningtyas (04101004002) Ayu Dwi Putri Lestari (04101004003) Maisy Aprionasista (04101004004) Ameliza (04101004005) Chianche Ongtin (04101004006) Endah (04101004007) Syarifah Aisyah (04101004008) Suci Mandiyasari (04101004009) Eko Setiawan (04101004010) Dosen Pembimbing : drg. Djamal Riza, Sp. BM FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
68

1. Prosedur Ok

Dec 14, 2014

Download

Documents

kh@risma
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 1. Prosedur Ok

TUGAS BEDAH MULUT 2

PROSEDUR OK (KAMAR OPERASI)

KELOMPOK 1

Hesti Margaretha Gautami (04101004001)

Dwi Mayang Ayu Ningtyas (04101004002)

Ayu Dwi Putri Lestari (04101004003)

Maisy Aprionasista (04101004004)

Ameliza (04101004005)

Chianche Ongtin (04101004006)

Endah (04101004007)

Syarifah Aisyah (04101004008)

Suci Mandiyasari (04101004009)

Eko Setiawan (04101004010)

Dosen Pembimbing : drg. Djamal Riza, Sp. BM

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2012

Page 2: 1. Prosedur Ok

PROSEDUR OK

A. PENDAHULUAN

Perubahan paradigma kesehatan dan pergeseran epidemiologi penyakit

ditunjukkan dengan meningkatnya tindakan pembedahan serta terus

berkembangnya teknologi mutakhir dalam bidang kedokteran maka kebutuhan

kamar operasi meningkat. Oleh karena itu, hampir seluruh tempat pelayanan

kesehatan, khususnya di Indonesia berupaya sebaik mungkin untuk meningkatkan

mutu pelayanan di berbagai bidang.

Peningkatan mutu rumah sakit dilakukan pada bidang pelayanan yang

sesuai standar dan dilakukan di semua instalasi termasuk bagian kamar operasi

(OK). Hal tersebut untuk menuju ke satu sasaran lebih jauh yaitu quality

assurance (menjaga mutu) dan akreditasi rumah sakit.

Sebagaimana pada negara maju diperoleh data bahwa hampir separuh dari

jumlah pasien yang masuk rumah sakit membutuhkan tindakan pembedahan, baik

untuk bedah umum maupun bedah mulut sehingga kebutuhan kamar operasi (OK)

terus meningkat akhir-akhir ini disebabkan perkembangan teknologi mutakhir

dalam bidang kedokteran dan kedokteran gigi yang telah memungkinkan

dilaksanakannya operasi yang sulit.

Berdasarkan pemikiran singkat di atas, maka sangat diperlukan informasi

yang lebih banyak untuk dapat dijadikan sebagai pedoman pada tata laksana

kamar operasi (OK) dan bangsal bedah mulut.

Page 3: 1. Prosedur Ok

B. SEJARAH KAMAR OPERASI

Dahulu prosedur operasi tidak selalu dilakukan dalam lingkungan khusus

rumah sakit. Ahli bedah melakukan kunjungan rumah kalau dipanggil untuk

memeriksa pasien. Di awal tahun1900an, perawat kamar operasi diminta untuk

menyiapkan kamar atau ruangan yang sesuai yaitu ruangan dengan lalu-lintas

yang minimal dan sedikit suara untuk prosedur operasi-biasanya ruang makan,

tetapi kadang-kadang di dapur. Segalanya dikeluarkan dari kamar, terutama

karpet, gantungan, gambar, dan juga mebel. Kamar diasapi dengan sulfur dioksida

selama 12 jam jika sudah waktunya mau dipakai. Ini dilakukan dengan membakar

3 pon sulfur diperiuk terbuat dari besi untuk tiap-tiap 1000 kaki kubik ruangan.

Jendela dan pintu ditutup serapat mungkin. Ketika pengasapan telah selesai,

tembok dan permukaan disikat dengan karbol 5% atau larutan soda panas. Von

Esmarch menggambarkan pembersihan dinding meliputi proses penggosokan

permukaan dengan roti halus. Dia mendasarkan tindakan ini pada eksperimen

pribadi. Jika waktu tidak cukup untuk dilakukan proses pengasapan/ penyikatan,

ruangan seharusnya telah di penuhi dengan uap dari ceret.

Linen dan handuk yang akan dipakai direbus selama 5 menit di larutan

soda untuk digunakan sebagai spon. Kompor dan oven berguna sebagai alat

sterilisasi. Batu bata tetap di oven untuk digunakan sebagai alat penghangat bagi

pasien anak yang kedinginan. Meja dapur atau ruang makan telah dialasi untuk

digunakan sebagai meja operasi dan ditempatkan di bawah tempat lilin, dengan

kepala mengarah ke jendela. Untuk kerahasiaan, kertas tisu yang berwarna putih

digunakan di dekat jendela dengan memakai adonan tepung. Banyak ahli bedah

mempunyai lampu portable untuk digunakan di dalam rumah yang mempunyai

listrik. Ini sangat berguna di malam hari. Sprei tempat tidur putih dipaku ke semua

tembok sebagai lapisan pelindung.

Lingkungan fisik sangat penting untuk ahli bedah. Suhu kamar harus

dijaga pada suhu di 75 – 80° F dan tambahan alat untuk menghangatkan ruangan,

seperti selimut hangat, botol air panas, dan batu bata hangat dibungkus dengan

kain flanel. Di samping menyiapkan lingkungan, perawat kamar operasi

diharuskan mempunyai 10 galon air steril yang panas dan 10 galon air steril yang

Page 4: 1. Prosedur Ok

dingin yang siap untuk digunakan. Termasuk tugas perawat yaitu menyiapkan

larutan garam steril dengan mendidihkan sebuah wadah besar yang berisi air dan

menambahkan 2 sendok teh garam meja. Campuran direbus selama 30 menit

kemudian disaring dengan menggunakan kapas yang sudah dipanggang sampai

berwarna kecoklatan ke dalam botol steril. Gabus dipergunakan untuk menutup

lubang. Terutama bila larutan disimpan untuk penggunaan yang akan datang,

botol yang telah ditutup direbus selama 20 menit selama 3 hari berurutan. Ini

dipercaya untuk mencegah tumbuhnya spora.

Sebagai kesimpulan dari prosedur pembedahan bahwa perawat kamar

operasi diperlukan untuk membongkar, mendidihkan, mengeringkan, dan

mengepak instrumen ahli bedah ke dalam tasnya. Ruangan dikembalikan ke

keadaan semula dengan melepas atau mebuang lembaran-lembaran dari dinding

dan mengeluarkannya untuk dicuci dan mengembalikan kembali karpet dan mebel

ke posisi semula. Akhirnya perawat kamar operasi meninggalkan ruangan,

keadaanya seperti waktu dia mau menggunakannya.

C. PENGERTIAN KAMAR OPERASI

Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat untuk

melakukan tindakan pembedahan, baik elektif maupun akut, yang membutuhkan

keadaan suci hama (steril). Kamar operasi atau ruang bedah atau yang lebih

dikenal dengan OK singkatan dari bahasa belanda Operation Kamer (OK) sebagai

sebuah unit kerja yang terorganisir sangat komplek dan terintegrasi merupakan

fasilitas untuk melaksanakan kegiatan operasi di suatu rumah sakit yang terdiri

dari :

1. Pelaksana pelayanan kamar operasi (OK) oleh :

a. Tenaga medis

b. Paramedis perawat

c. Paramedis non perawat

2. Ketentuan umum yang harus dipenuhi untuk kamar operasi (OK) :

a. Dipimpin seorang dokter ahli/ dokter atau para medis senior

b. Kepala OK bertanggung jawab kepada Kasi atau Direktur RS

Page 5: 1. Prosedur Ok

c. Petugas OK harus selalu siap selama 24 jam

d. Ruang OK harus selalu dijamin kebersihannya

e. Alat-alat di OK harus selalu tersedia dan siap dipakai lengkap dengan

alat-alat steril dalam tromel

f. Obat-obatan yang dibutuhkan selama operasi dilaksanakan harus selalu

tersedia di OK

g. Surat pernyataan izin (inform concent) untuk melakukan operasi harus

sudah ditandatangani saat pasien masuk OK

h. Dokter/ paramedis/ pasien saat masuk ruang OK harus mengganti

(memakai/ pakaian, alas kaki, khusus di OK)

i. Selain petugas dan pasien yang bersangkutan tidak diperbolehkan masuk

wilayah OK

j. Sebelum di operasi status pasien harus sudah masuk dibagian

administrasi OK untuk diregister

k. Pembersihan OK diharuskan setiap selesai operasi

l. Untuk pembersihan umum dilakukan sekali dalam seminggu.

Gambar 1. Salah satu bentuk kamar operasi

Gambar 2. Bentuk kamar operasi yang lain

Page 6: 1. Prosedur Ok

D. BAGIAN KAMAR OPERASI

Secara umum lingkungan kamar operasi terdiri dari 3 area, yaitu :

1. Area bebas terbatas (unrestricted area)

Pada area ini petugas dan pasien tidak perlu menggunakan pakaian khusus

kamar operasi.

2. Area semi ketat (semi restricted area)

Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus  kamar operasi

yang terdiri atas topi, masker, baju dan celana operasi.

3. Area ketat/ terbatas (restricted area).

Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar operasi

lengkap dan melaksanakan prosedur aseptik. Pada area ini petugas wajib

mengenakan pakaian khusus kamar operasi lengkap, yaitu: topi, masker, baju

dan celana operasi serta melaksanakan prosedur aseptik.

Pembagian lainnya, secara khusus area kamar operasi dibagi menjadi:

1. Daerah publik

Daerah yang boleh dimasuki oleh semua orang tanpa syarat khusus.

Misalnya kamar tunggu, gang, emperan depan komplek kamar operasi.

2. Daerah semi publik

Daerah yang bisa dimasuki oleh orang-orang tertentu saja, yaitu petugas.

Dan biasanya diberi tulisan “DILARANG MASUK SELAIN PETUGAS”.

Dan sudah ada pembatasan tentang jenis pakaian yang dikenakan oleh

petugas (pakaian khusus kamar operasi) serta penggunaaan alas kaki khusus

di dalam.

3. Daerah Aseptik

Daerah kamar bedah sendiri yang hanya bisa dimasuki oleh orang yang

langsung ada hubungannya dengan kegiatan pembedahan. Umumnya daerah

Page 7: 1. Prosedur Ok

yang harus dijaga kesucihamaannya. Daerah aseptik dibagi menjadi 3 bagian,

yaitu:

a. Daerah Aseptik 0

Yaitu lapangan operasi, daerah tempat dilakukannnya pembedahan.

b. Daerah aseptik 1

Yaitu daerah memakai gaun operasi, tempat duduk/ kain steril, tempat

instrumen dan tempat perawat instrumen mengatur dan mempersiapkan

alat.

c. Daerah aseptik 2

Yaitu tempat mencuci tangan, koridor penderita masuk, daerah sekitar

ahli anastesia.

Kamar operasi terdiri dari beberapa ruang baik itu di dalam kamar operasi

maupun di lingkungan kamar operasi, antara lain:

1. Kamar bedah

2. Kamar untuk mencuci tangan

3. Kamar untuk gudang alat-alat instrumen

4. Kamar untuk sterilisasi

5. Kamar untuk ganti pakaian

6. Kamar laboratorium

7. Kamar arsip

8. Kamar pulih sadar (recovery room)

9. Kamar gips

10. Kmaar istirahat

11. Kamar mandi (WC) dan spoelhok (tempat cuci alat)

12. Kantor

13. Gudang

14. Kamar tunggu

15. Ruang sterilisasi

Page 8: 1. Prosedur Ok

E. LOKASI DAN FUNGSI KAMAR OPERASI

1. Lokasi

Prinsip membuat satu ruangan khusus yang terpisah atau bebas. Ruang

bedah harus diletakan pada suatu tempat yang mudah dicapai dari bagian-

bagian lain khususnya unit gawat darurat, unit perawatan intensif, radiologi,

patologi dan unit perawatan bedah. Di kota-kota besar karena gedung rumah

sakitnya bertingkat maka ruang bedah tidak perlu diletakkan di tingkat paling

atas, tapi cukup di lantai 2 atau lantai dasar dengan dilengkapi sistem

penyaringan udara bebas kontaminasi dari luar.

Sistem Zona OK

Gambar 3. Sistem zona OK

Zona 1 : Zona bebas Terbatas (ditandai dengan warna hijau)

Zona 2 : Zona bersih (clean zone) (ditandai dengan warna kuning)

Zona 3 : Zona Semi steril (ditandai dengan warna orange)

Zona 4 : Zona steril (ditandai dengan warna merah)

No Variabel Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4

1 Pakaian Pakaian luar

OK masih

boleh

dipakai.

Pakaian luar

OK masih

boleh

dipakai.

Tidak boleh

Petugas OK

wajib

memakai

pakaian

khusus

lengkap

Tim Operasi

memakai jas

operasi

Petugas OK

memakai

Page 9: 1. Prosedur Ok

Pakaian OK

tidak boleh

lebih luar

dari zona

ini.

lebih dalam

dari zona

ini.

Pergantian

pakaian OK

– pakaian

luar OK

disini.

dengan

masker dan

head cover.

hand scoen.

2 Alas Kaki Alas kaki

OK masih

bisa boleh

lebih dari

zona ini.

Pergantian

alas kaki

luar OK

disini.

Alas kaki

OK tidak

boleh lebih

luar dari

zona ini.

Alas kaki

OK harus

mulai

dilepas

Alas kaki

khusus OK

harus

dilepas

Alas kaki

khusus OK.

3 Bed pasien Boleh

masuk

Hanya

sampai

recorvery

room boleh

masuk

Tidak boleh

masuk

Tidak boleh

masuk

4 Petugas

luar OK

Boleh

masuk

Boleh

masuk

Boleh

masuk

dengan

Boleh masuk

untuk keluar

lagi.

Page 10: 1. Prosedur Ok

memakai

pakaian

khusus dan

masker.

2. Fungsi

Kamar bedah digunakan bersama oleh dua bidang, yaitu bidang bedah dan

anestesi yang merupakan bidang vital karena berkaitan dengan keselamatan

jiwa pasien dan tindakan-tindakan yang dilakukan di kamar bedah selalu ada

melekat unsur resiko yang tak bisa dihindarkan. Kelemahannya merupakan

kegiatan yang sudah rutin dilakukan yang mengakibatkan kurang waspada

dan kurang teliti. Kegiatan kamar operasi dapat dibagi menjadi 3 bagian

besar, yaitu persiapan, operasi, dan pemulihan.

a. Persiapan

Pasien diisolasi sehingga tidak tertular penyakit pasien lain.

Catatan rekam medis pasien yang lengkap dan untuk memperoleh

gambaran perlu mengacu kasus-kasus yang sering terjadi di luar

negeri.

Penyiapan bahan untuk pelaksanaan operasi dicatat dan

diinventarisasi jumlah dan jenis bahan.

Menjaga kebersihan dan kesterilan ruangan.

Penyiapan alat-alat bedah dan pengecekan kelayakan alat monitor

yang digunakan dokter ahli anestesi.

b. Operasi

Selama operasi dilakukan, mungkin saja timbul sesuatu yang tidak dapat

diduga sebelumnya dan selama berlangsung operasi peran penting pada

kegiatan ini adalah dokter bedah dan dokter anestesi dan tenaga non

perawat untuk mencatat rekam medis pasien selama pelaksanaan operasi

sebagai data entry.

c. Pemulihan

Page 11: 1. Prosedur Ok

Pada periode ini pasien masih belum lepas dari faktor resiko karena

banyak sekali kejadian misalnya gangguan pernafasan.

F. ALUR PASIEN, PETUGAS DAN PERALATAN

Berdasarkan alur proses pelayanan pasien untuk sampai di kamar operasi

(OK), asal kedatangannya ada 4 alur yaitu 3 alur dari UGD (Unit Gawat Darurat),

dan 1 alur dari poliklinik (unit rawat jalan). Alur kedatangan pasien dapat

menunjukkan jenis tindakan yang akan dilakukan.

Secara skematik dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Poli Pemeriksaan Ruangan OK (kamar operasi)

Poli Pelayanan spesialis/ non-spesialis

Pemeriksaan Hasil diagnosis untuk pasien yang tidak pulang maka

dilakukan pelayanan lanjutan menjadi pasien Rawat

inap dibawa ke ruangan atau ICU dan pemeriksaan

penunjang.

Ruangan RI/ ICU Hasil diagnosis lanjutan yang diperoleh bedah non

bedah,, untuk Bedah maka dilakukan komunikasi

dengan OK berkaitan dengan penjadwalan

OK Sesuai jadwal menyediakan kebutuhan alat, linen dan

obat/ darah dan tenaga

2. UGD Pemeriksaan Ruangan OK (kamar operasi)

UGD Pelayanan dokter jaga UGD diteruskan pelayanan

spesialis

Pemeriksaan Hasil diagnosis pasien dibarengi dengan tindakan

kegawat daruratan bila pasien tidak pulang maka

dirawat inap ke ruangan atau ICU dilanjutkan

Page 12: 1. Prosedur Ok

pemeriksaan penunjang.

Ruangan RI/ ICU Hasil diagnosis lanjutan yg diperoleh bedah non

bedah, untuk Bedah cito atau elektif bila cito langsung

tindakan ke OK, bila elektif dilakukan komunikasi

dengan OK berkaitan penjadwalan.

OK Sesuai jadwal menyediakan kebutuhan alat, linen dan

obat/darah dan tenaga.

3. UGD Pemeriksaan OK (kamar operasi)

UGD Pelayanan dokter jaga UGD diteruskan pelayanan

spesialis.

Pemeriksaan Hasil diagnosis pasien dibarengi dengan tindakan

kegawatdaruratan bila diperlukan tindakan bedah

secara cito dikomunikasikan dengan OK.

OK Menyediakan kebutuhan alat, linen dan obat/darah dan

tenaga.

4. UGD Pemeriksaan Tindakan pulang/ OK

UGD Pelayanan dokter jaga UGD diteruskan pelayanan

spesialis

Pemeriksaan Hasil diagnosis pasien dibarengi dengan tindakan

kegawatdaruratan bila diperlukan tindakan bedah

secara cito dikomunikasikan dengan OK.

Tindakan Tindakan bedah Kegawat daruratan.

Page 13: 1. Prosedur Ok

1. Alur Pasien

a. Pintu masuk pasien pra dan pasca bedah berbeda.

b. Pintu masuk pasien dan petugas berbeda.

Gambar 4. Alur pelayanan pasien di kamar operasi (OK) kelompok 1

Gambar 5. Alur pelayanan pasien di kamar operasi (OK) kelompok 2

Page 14: 1. Prosedur Ok

2. Alur Petugas

Pintu masuk dan keluar petugas melalui satu pintu.

3. Alur Peralatan

Pintu keluar masuknya peralatan bersih dan kotor berbeda.

G. PERSYARATAN KAMAR OPERASI

Kamar operasi yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Letak

Letak kamar operasi berada ditengah-tengah rumah sakit berdekatan dengan

unit gawat darurat (IRD), ICU dan unit radiologi.

2. Bentuk dan Ukuran

a. Bentuk

Kamar operasi tidak bersudut tajam, lantai, dinding, langit-langit

berbentuk lengkung, warna tidak mencolok.

Lantai dan dinding harus terbuat dari bahan yang rata, kedap air,

mudah dibersihkan dan menampung debu.

b. Ukuran kamar operasi

Minimal 5,6 m x 5,6 m (=29,1 m2)

Khusus/ besar 7,2 m x 7,8 (=56 m2)

3. Sistem Ventilasi

a. Ventilasi kamar operasi harus dapat diatur dengan alat kontrol dan

penyaringan udara dengan menggunakan filter. Idealnya menggunakan

sentral AC.

b. Pertukaran dan sirkulasi udara harus berbeda.

4. Suhu dan Kelembaban

a. Suhu ruangan antara 190 – 220 C.

b. Kelembaban 55 %

Page 15: 1. Prosedur Ok

5. Sistem Penerangan

a. Lampu Operasi

Menggunakan lampu khusus, sehingga tidak menimbulkan panas, cahaya

terang, tidak menyilaukan dan arah sinar mudah diatur posisinya.

b. Lampu Penerangan

Menggunakan lampu pijar putih dan mudah dibersihkan.

6. Peralatan

a. Semua peralatan yang ada di dalam kamar operasi harus beroda dan

mudah dibersihkan.

b. Untuk alat elektrik, petunjuk penggunaaanya harus menempel pada alat

tersebut agar mudah dibaca.

c. Sistem pelistrikan dijamin aman dan dilengkapi dengan elektroda untuk

memusatkan arus listrik mencegah bahaya gas anestesi.

7. Sistem Instalasi Gas Media

Pipa (out let) dan konektor N2O dan oksigen, dibedakan warnanya, dan

dijamin tidak bocor serta dilengkapi dengan system pembuangan/penghisap

udara untuk mencegah penimbunan gas anestesi.

8. Pintu

a. Pintu masuk dan keluar pasien harus berbeda.

b. Pintu masuk dan keluar petugas tersendiri

c. Setiap pintu menggunakan door closer (bila memungkinkan)

d. Setiap pintu diberi kaca pengintai untuk melihat kegiatan kamar tanpa

membuka pintu.

9. Pembagian Area

a. Ada batas tegas antara area bebas terbatas, semi ketat dan area ketat.

b. Ada ruangan persiapan untuk serah terima pasien dari perawat ruangan

kepada perawat kamar operasi.

Page 16: 1. Prosedur Ok

10. Air Bersih

Air bersih harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Tidak berwarna, berbau dan berasa.

b. Tidak mengandung kuman patogen.

c. Tidak mengandung zat kimia.

d. Tidak mengandung zat beracun.

H. PEMBERSIHAN KAMAR OPERASI

Pemeliharaan kamar operasi merupakan proses pembersihan ruang beserta

alat-alat standar yang ada dikamar operasi. Dilakukan teratur sesuai jadwal,

tujuannya untuk mencegah infeksi silang dari atau kepada pasien serta

mempertahankan sterilitas.

Pembersihan kamar operasi ada 5 macam :

1. Pembersihan Harian

Pembersihan rutin yaitu pembersihan sebelum dan sesudah penggunaan

kamar operasi agar siap pakai dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Semua permukaaan peralatan yang terdapat di dalam kamar operasi harus

dibersihkan dengan menggunakan desinfektan atau dapat juga

menggunakan air sabun.

b. Permukaan meja operasi dan matras harus diperiksa dan dibersihkan.

c. Ember tempat sampah harus dibersihkan setiap selesai dipakai, kemudian

pasang plastik yang baru.

d. Semua peralatan yang digunakan untuk pembedahan dibersihkan, antara

lain :

Selang suction dibilas.

Cairan yang ada dalam botol suction dibuang bak penampung tidak

boleh dibuang di ember agar sampah yang ada tidak tercampur

dengan cairan yang berasal dari pasien.

Page 17: 1. Prosedur Ok

Alat anestesi dibersihkan, alat yang terbuat dari karet setelah

dibersihkan direndam dalam cairan desinfektan.

e. Noda-noda yang ada pada dinding harus dibersihkan.

f. Lantai dibersihkan kemudian dipel dengan menggunakan cairan

desinfektan. Air pembilas dalam ember setiap kotor harus diganti dan

tidak boleh untuk kamar operasi yang lain.

g. Lubang angin, kaca jendela dan kusen, harus dibersihkan.

h. Alat tenun bekas pasien dikeluarkan dari kamar operasi. Jika alat tenun

tersebut bekas pasien infeksi, maka penanganannya sesuai prosedur yang

berlaku.

i. Lampu operasi harus dibersihkan setiap hari. Pada waktu membersihkan,

lampu harus dalam keadaan dingin.

j. Alas kaki (sandal) khusus kamar operasi harus dibersihkan setiap hari.

2. Pembersihan Mingguan

a. Dilakukan secara teratur setiap minggu sekali.

b. Semua peralatan yang ada di dalam kamar bedah dikeluarkan dan

diletakkan di koridor/ di depan kamar bedah.

c. Peralatan kamar bedah harus dibersihkan/ dicuci dengan memakai cairan

desinfektan atau cairan sabun. Perhatian harus ditujukan pada bagian

peralatan yang dapat menjadi tempat berakumulasinya sisa organis,

seperti bagian dari meja operasi, dibawah matras.

d. Permukaan dinding dicuci dengan menggunakan air mengalir.

e. Lantai disemprot dengan menggunakan deterjen, kemudian permukaan

lantai disikat. Setelah bersih dikeringkan.

f. Setelah lantai bersih dan kering, peralatan yang sudah dibersihkan dapat

dipindahkan kembali dan diatur kedalam kamar operasi.

3. Pembersihan  Sewaktu

Pembersihan sewaktu dilakukan  bila kamar operasi digunakan untuk

tindakan pembedahan pada kasus infeksi, dengan ketentuan sebagai berikut :

Page 18: 1. Prosedur Ok

a. Pembersihan kamar operasi secara menyeluruh, meliputi dinding, meja

operasi, meja instrumen dan semua peralatan yang ada di kamar operasi.

b. Instrumen dan alat bekas pakai harus dipindahkan/ tidak boleh campur

dengan alat yang lain sebelum didesinfektan.

c. Pemakaian kamar operasi untuk pasien berikutnya diijinkan setelah

pembersihan secara menyeluruh dan sterilisasi ruangan selesai. Sterilisasi

kamar operasi dapat dengan cara :

Pemakaian sinar ultraviolet, yang dinyalakan selama 24 jam.

Memakai desinfektan yang disemprotkan dengan memakai alat

(foging). Waktu yang dibutuhkan lebih pendek dibandingkan dengan

pemakaian ultraviolet, yaitu kurang lebih 1 jam untuk

menyemprotkan cairan, dan 1 jam kemudian baru dapat dipakai.

d. Hal-hal yang harus diperhatikan pada penanganan pada kasus infeksi dan

penyakit menular adalah :

Keluarga pasien diberi tahu tentang penyakit pasien dan perawatan

yang harus dilaksanakan terhadap pasien tersebut.

Petugas yang menolong pasien harus :

Memakai sarung tangan

Tidak luka atau goresan dikulit atau tergores alat bekas pasien

(seperti jarum suntik)

Memahamai cara penularan penyakit tersebut

Memperhatikan teknik isolasi dan tekhnik aseptik

Jumlah tenaga yang kontak dengan pasien dibatasi/ tertentu dan

selama menangani pasien tidak boleh menolong pasien lain

dalam waktu bersamaan.

Pasang pengumuman di depan kamar operasi yang sedang dipakai

yang menyatakan bahwa dilarang masuk karena ada kasus infeksi.

Bagian anggota tubuh yang akan dan sudah diamputasi dibungkus

rapat dengan kantong plastic tebal yang cukup besar agar bau tidak

menyebar dan menimbulkan infeksi silang.

Ruang tindakan secara periodik dan teratur dilakukan uji

mikrobiologi terhadap debu, maupun terhadap kesehatan yang ada.

Page 19: 1. Prosedur Ok

4. Sterilisasi ruangan

5. Perawatan perlengkapan kamar operasi

a. Meja operasi

b. Meja instrumen

c. Mesin anestesi dengan kelengkapan

d. Meja mayo

e. Lampu operasi

f. Suction pump

g. Diathermi

h. Standard infus

i. Monitor ECG

j. Tempat sampah dengan kelengkapan

I. PENANGANAN LIMBAH

Pembuangan limbah dan penanganan limbah kamar operasi, tergantung

jenis limbah dengan prinsip, limbah padat ditangani terpisah dengan limbah cair :

1. Limbah cair dibuang ditempat khusus yang berisi larutan desinfektan yang

selanjutnya mengalir ketempat pengelolaan limbah cair rumah sakit.

2. Limbah pada/ anggota tubuh ditempatlkan dalam kantong/ tempat tertutup

yang selanjutnya dibakar atau dikubur dirumah sakit sesuai ketentuan yang

berlaku, atau diserahterimakan kepada keluarga pasien bila memungkinkan.

3. Limbah non infeksi yang kering dan basah ditempatkan pada tempat yang

tertutup serta tidak mudah bertebaran dan selanjutnya dibuang ke tempat

pembuangan rumah sakit.

4. Limbah infeksi ditempatkan pada tempat yang tertutup dan tidak mudah

bocor serta diberi label warna merah ”untuk dimusnahkan”.

Page 20: 1. Prosedur Ok

J. PROSEDUR KAMAR OPERASI

Berdasarkan periode waktunya, prosedur pelayanan di kamar operasi terdiri dari :

1. PROSEDUR SEBELUM OPERASI

Persiapan Pasien

a. Diagnosa penyakit pasien yang benar dan tepat dilakukan oleh

dokter yang merawat (yang ahli dalam bidangnya), kemudian

dilaporkan ke dokter OK untuk mempersiapkan dan mengatur

jadwal operasi.

b. Keadaan umum (vital sign) pasien diusahakan dalam keadaan

seoptimal mungkin.

c. Dilakukan pemeriksaan penunjang yang lengkap, meliputi

pemeriksaan laboratorium hematologi, kimia klinik, dan lainnya,

pemeriksaan radiologi, pemeriksaan EKG, dan pemeriksaan lain

yang diperlukan dengan hasil pemeriksaan penunjang dalam batas

normal atau dalam batas toleransi/ aman.

d. Pasien atau keluarga telah menandatangani persetujuan operasi

(inform concent).

e. Untuk pasien yang akan dioperasi dan supaya direncanakan operasi

harus sudah dilaporkan ke kamar operasi (OK) 2 hari sebelumnya

atau sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk mengatur pasien

OK.

f. Persiapan prosedur pasien di ruang perawatan pra-operasi:

Daerah yang akan dioperasi harus dibersihkan dahulu.

Pencukuran dilakukan pada waktu malam menjelang operasi.

Rambut kumis dan rambut didagu harus dicukur, lemak dan

kotoran harus terbebas dari daerah kulit yang akan dioperasi

Sebelum dilakukan anestesi pasien yang akan dioperasi harus

menjaga pola makannya (diet). Jika pasien kekurangan

kekuatannya, maka harus diberi minuman glukosa sebelum

injeksi anestesi dilakukan. Tetapi jika general anestesi yang

Page 21: 1. Prosedur Ok

dipilih, maka pasien disarankan untuk berpuasa selama 4-6 jam

sebelum operasi.

g. Pasien diberitahu untuk dibawa ke kamar operasi (OK).

h. Pakaian pasien diganti di kamar persiapan operasi dengan pakaian

khusus kamar operasi (OK) dan kepala dibungkus.

i. Pasien diperiksa vital sign : tensi, suhu, nadi dan ditulis pada catatan

perawatan.

j. Pasien yang akan dioperasi dimasukkan setelah pencatatan selesai.

Persiapan Tim Bedah

Tim bedah terdiri dari operator (dokter) dan asistennya, dokter

anastesi/ anesthetist, scrub nurse dan circulating nurse. Operator

bertindak sebagai kepala tim, dimana operator memiliki tanggung jawab

dan instruksinya dipatuhi oleh semua anggota tim bedah.

Tugas asisten adalah: a) menjaga kondisi mulut dan kawasan

operasi bersih dari darah, lendir, saliva, dan debris dengan tepat dan

sesuai, b) melakukan retraksi untuk membuka bagian yang dioperasi

dengan tepat, c) memotong sutura, menggunakan mallet, memperhatikan

dinding orofaringeal dan mengingatkan dokter bedah jika terjadi

perubahan atau penyesuaian, d) meminta operator memperhatikan hal-hal

yang seharusnya diperhatikan.

Tugas dokter anestesi meliputi menjaga kadar bius yang sesuai,

memperhatikan kondisi pasien secara konstan, dan memberi tahu kepada

operator jika ada reaksi yang janggal dari pasien. Dokter anastesi harus

memberi tahu operator mengenai kerusakan jalan nafas yang disebabkan

oleh tindakan bedah, sehingga operator dan asistennya dapat mengambil

langkah cepat untuk menghilangkan atau memperbaiki penyebab

obstruksi tersebut.

Tugas scrub nurse meliputi memperhatikan instrumen dan kain

steril, dan persediaan yang tersedia serta layak pakai di meja operasi.

Suster ini harus memberikan instrumen, sponge, dan sutura yang diminta

operator. Suster harus menjaga instrumen operasi dalam keadaan layak

Page 22: 1. Prosedur Ok

pakai dan menyusunnya selama operasi dan terkadang diminta untuk

membantu retraksi.

Circulating nurse mengikatkan baju bedah operator dan asistennya

dari belakang. Suster ini biasanya menyesuaikan letak lampu dan meja

operasi. Sebagai tambahan, suster inilah yang membawa instrumen dan

perlengkapan yang dibutuhkan.

Persiapan Operator atau Petugas

Petugas masuk ke kamar operasi (OK) harus melakukan hal-hal berikut

ini :

a. Mengganti baju dengan baju khusus di kamar ganti pakaian.

Gambar 6. Pakaian klinik

b. Memakai alas kaki khusus dalam OK.

c. Memakai tutup kepala dan rambut tertutup semua.

Gambar 7. Operator memakai tutup kepala dan rambut

terlebih dahulu sebelum operasi.

d. Memakai masker dan sarung tangan.

Page 23: 1. Prosedur Ok

Gambar 8. Operator memakai masker dan sarung tangan

terlebih dahulu sebelum operasi.

e. Membukukan data-data pasien di buku register.

Persiapan operator, antara lain :

a. Dressing operator dan pasien

Operator dan masing-masing asistennya, memakai pakaian katun

bersih yang terdiri dari celana panjang dan baju. Pakaian katun tidak

menghasilkan percikan dari elektrik statis yang dapat berkembang

ketika pakaian nylon atau wool dikenakan. Percikan elektrik statis

dapat menyebabkan ledakan tragis pada ruang operasi. Clean scrub

suits, juga mengeliminasi baju penuh debu dari ruang operasi,

menyediakan kenyamanan untuk operator, dan melindungi pakaian

dokter dari kerusakan.

Dipilih yang lengannya tidak melebihi siku sehingga

memungkinkan tangan dicuci hingga ke siku. Apabila pembedahan

yang dilakukan kemungkinan menyebabkan darah atau saliva

mengotori pakaian, maka dapat digunakan baju dengan lengan

panjang, baik yang dapat digunakan ulang, atau lebih baik lagi bila

digunakan yang disposable. Apabila dipakai baju yang digunakan

ulang, maka sesudah dipakai harus dicuci dengan air panas dan

detergen. Pakaian klinik harus diganti setiap hari apabila tercemar

oleh darah.

Page 24: 1. Prosedur Ok

Selanjutnya operator mengenakan sepasang sepatu atau boots

konduktif disposable. Saat ini peralatan rumah sakit yang baik

memiliki lantai ruang operasi kondiktif khusus untuk mencegah

ledakan atau letupan dan seluruh personel harus menggunakan sol

sepatu konduktif atau boots konduktif khusus yang menutupi seluruh

sepatu jalanan. Hal ini mencegah elektrik statis dari akumulasi pada

operator, yang dapat menghasilkan sebuah percikan ketika dokter

mendekati lingkungan grounded.

b. Teknik mencuci tangan

Teknik mencuci tangan steril adalah mencuci tangan secara steril

(suci hama), khususnya bila akan membantu tindakan pembedahan

atau operasi.

Peralatan yang dibutuhkan untuk mencuci tangan steril adalah

menyediakan bak cuci tangan dengan pedal kaki atau pengontrol

lutut, sabun antimikrobial (non-iritasi, spektrum luas, kerja cepat),

sikat scrub bedah dengan pembersih kuku dari plastik, masker kertas

dan topi atau penutup kepala, handuk steril, pakaian di ruang scrub

dan pelindung mata, penutup sepatu.

Prosedur kerja cara mencuci tangan steril adalah sebagai berikut:

Terlebih dahulu memeriksa adanya luka terpotong atau abrasi

pada tangan dan jari, kemudian melepaskan semua perhiasan

misalnya cincin atau jam tangan.

Menggunakan pakaian bedah sebagai proteksi perawat yaitu:

penutup sepatu, penutup kepala atau topi, masker wajah,pastikan

masker menutup hidung dan mulut anda dengan kencang. Selain

itu juga memakai pelindung mata.

Menyalakan air dengan menggunakan lutut atau kontrol dengan

kaki dan sesuaikan air untuk suhu yang nyaman.

Membasahi tangan dan lengan bawah secara bebas,

mempertahankankan tangan atas berada setinggi siku selama

seluruh prosedur.

Page 25: 1. Prosedur Ok

Menuangkan sejumlah sabun (2 sampai 5 ml) ke tangan dan

menggosok tangan serta lengan sampai dengan 5 cm di atas

siku.

Membersihkan kuku di bawah air mengalir dengan tongkat

oranye atau pengikir. Membuang pengikir setelah selesai

digunakan.

Membasahi sikat dan menggunakan sabun antimikrobial.

Menyikat ujung jari, tangan, dan lengan.

Menyikat kuku tangan sebanyak 15 kali gerakan.

Dengan gerakan sirkular, menyikat telapak tangan dan

permukaan anterior jari 10 kali gerakan.

Menyikat sisi ibu jari 10 kali gerakan dan bagian posterior

ibu jari 10 gerakan.

Menyikat samping dan belakang tiap jari 10 kali gerakan

tiap area, kemudian sikat punggung tangan sebanyak 10 kali

gerakan.

Seluruh penyikatan harus selesai sedikitnya 2 sampai 3

menit, kemudian bilas sikat secara seksama

Dengan tepat mengingat, bagi lengan dalam tiga bagian.

Kemudian mulai menyikat setiap permukaan lengan bawah lebih

bawah dengan gerakan sirkular selama 10 kali gerakan;

menyikat bagian tengah dan atas lengan bawah dengan cara

yang sama setelah selesai menyikat buang sikat yang telah

dipakai.

Dengan tangan fleksi, mencuci keseluruhan dari ujung jari

sampai siku satu kali gerakan, biarkan air mengalir pada siku.

Mengulangi langkah 8 sampai 10 untuk lengan yang lain.

Mempertahankan lengan tetap fleksi, buang sikat kedua dan

mematikan air dengan pedal kaki.

Kemudian mengeringkan dengan handuk steril untuk satu

tangan secara seksama, menggerakan dari jari ke siku dan

mengeringkan dengan gerakan melingkar.

Page 26: 1. Prosedur Ok

Mengulangi metode pengeringan untuk tangan yang lain dengan

menggunakan area handuk yang lain atau handuk steril baru.

Mempertahankan tangan lebih tinggi dari siku dan jauh dari

tubuh anda.

Memasuki ruang operasi dan melindungi tangan dari kontak

dengan objek apa pun.

Gambar 9. Teknik mencuci tangan

c. Pemakaian sarung tangan

Tata Cara Memakai Sarung Tangan tertutup

Teknik sarung tangan tertutup merupakan metode pilihan dalam

mengenakan sarung tangan. Tetapi apabila sarung tangan

dengan cara ini terkontaminasi penggantian dilakukan dengan

menggunakan teknik sarung tangan terbuka. Jika mengunakan

teknik sarung tangan tertutup, semua petugas bedah hendaknya

memperhatikan petunjuk-petunjuk berikut:

Kapan saja anda mengenakan sarung tangan steril, dengan

teknik apapun, perlu diingat bahwa kulit tidak boleh

menyentuh bagian luar sarung tangan untuk menjaga

sterilitasnya.

Dengan tangan tertutup jubah, ambil sarung tangan pertama

dari kemasannya. Jangan biarkan tangan keluar dari kelim

manset jubah.

Page 27: 1. Prosedur Ok

Letakkan sarung tangan pada lengan jubah dan ibu jari

sarung tangan pada ibu jari sarung tangan, dengan jari-jari

menunjuk ke arah siku.

Pegang bagian bawah manset dengan jari-jari tangan yang

terlindungi dari tangan yang akan dipakai sarung tangan.

Pegang bagian atas manset dengan tangan lainnya, yang

terbungkus jubah.

Naikkan manset bagian atas diatas manset jubah dari tangan

yang akan dipakaikan sarung tangan.

Pegang manset sarung tangan dan manset jubah secara

bersamaan dan masukan jari-jari kedalam sarung dan atur

letaknya.

Untuk memakai sarung tangan kedua ulangi cara kedua

sampai ketujuh.

Teknik sarung tangan tertutup adalah cara yang paling

disukai jika harus memakai sarung tangan sendiri.

Bersihkan bubuk pelican dari sarung tangan sebelum

memulai pembedahan.

Tata Cara Teknik Sarung Tangan Terbuka

Jika menggunakan teknik sarung tangan terbuka, semua petugas

harus memperhatikan petunjuk-petunjuk berikut:

Tangan perawat pembantu (scurb nurse) diulurkan sampai

keluar dari manset jubah.

Bungkus kertas dibuka dengan menggunakan kedua tangan.

Pembungkus ini harus di buka sehingga kertas tidak tertutup

rapat dan bila kurang hati-hati akan mengkontaminasi

sarung tangan.

Dengan tangan, angkat sarung tangan dengan memegang

tepi manset yang terlipat daerah ini merupakan daerah

dalam sarung. Pertahankan manset yang terlipat 3inci itu

dan jauhilah dari kemasan.

Page 28: 1. Prosedur Ok

Gambar 10. Teknik sarung tangan terbuka

Sisipkan tangan kita kedalam sarung tangan, dan dengan

hati-hati masukan jari-jari lalu tarik manset sarung tangan

secara bertahap disekelilingnya sehingga lipatan manset

yang 3 inchi itu dapat tetap dipertahankan. Usahakan untuk

menarik manset sarung tangan sampai menutupi manset

jubah.

Angkat sarung tangan kedua dari kemasannya dengan cara

memegang tepi manset oleh tangan kedua. Letakan jari-jari

tangan pertama (yang telah memakai sarung

tangan)dibawah lipatan manset yang berukuran3 inci itu dan

masukan tangan kedua seperti cara ke-4.

Gambar 11. Cara memakai sarung tangan

Page 29: 1. Prosedur Ok

Bila manset sarung tangan di atas manset jubah, balik luruh

lipatan manset sampai menutupi seluruh manset jubah

sehingga hanya tampak bagian sarung tangan yang steril.

Seperti pada pemakaian sarung tangan kedua, letakkan jari-

jari yang telah memakai sarung tangan dibawah manset

sarung tangan, dan balik lipatan manset di atas manset

jubah sehingga tampak sisi tangan yang steril.

Bersihkan bubuk pelican dari sarung tangan sebelum

memulai pembedahan.

Tata Cara Melepaskan Sarung Tangan Yang

Terkontaminasi

Setiap sarung tangan yang sterilitasnya diragukan dianggap

terkontaminasi mintalah circulating nurse untuk

melepaskannya.

Pegang sarung tangan pada permukaan palmar dengan baik

dibawah manset dan lepaskan.

Jangan menyentuh jubah.

Jangan menyentuh kulit tangan.

Jika sarung tangan robek, berhati-hatilah dalam

melepaskannya.

Setelah sarung tangan terkontaminasi dilepaskan, manset

jubah sebaiknya tidak ditarik menutup tangan. Pada saat

memakai sarung tangan kembali, anda harus memakai

teknik sarung tangan terbuka atau anggota tim bedah

lainnya memakaikannya untuk anda.

Page 30: 1. Prosedur Ok

Gambar 12. Cara melepas sarung tangan yang terkontaminasi

d. Masker

Masker digunakan untuk melindungi mukosa oral dari percikan

cairan. Masker bedah dan masker biasa dianggap cukup adekuat

untuk melindungi operator selama prosedur operasi berlangsung.

Masker yang sering digunakan dan baik yaitu masker yang

mengandung fiberglas dan dapat menyaring sampai dengan 95%

partikel yang berukuran 3-5 mikron. Masker juga harus diganti

setiap ganti pasien.

e. Pakaian klinik

Memakai Jubah Operasi

Jubah yang steril dipakai untuk menutup pakaian yang

terkontaminasi yang dapat menyebabkan infeksi dari pasien.

Sebelum jubah steril digunakan, gunakan handuk steril untuk

mengeringkan tangan setelah prosedur cuci tangan selesai.

Tata Cara Memakai Jubah Operasi dan Sarung Tangan

tanpa Bantuan Perawat (Scrub Nurse)

Bila memakai jubah dan sarung tangan tanpa bantuan

perawat, semua petugas RO harus memperhatikan petunjuk-

petunjuk berikut.

Page 31: 1. Prosedur Ok

Sebelum mencuci tangan, buka jubah steril pada permukaan

yang datar. Dengan pinset, letakkan sarung tangan dibalik

pembungkus steril disamping jubah dan kemudian baru

mencuci tangan.

Waktu memasuki ruang operasi, angkat handuk yang

terlipat dari kemasannya tanpa menyentuh sarung tangan

atau bungkus kertas steril

Menjauhlah dari kemasan, buka handuk seluruhnya pegang

handuk agak jauh sehingga tidak terkontaminasi oleh

sentuhan baju atau pakaian yang tidak steril.

Gunakan sebagian handuk untuk mengeringkan satu tangan

dan kemudian diteruskan keatas lengan sampai siku. Jangan

kembali ke daerah yang sudah dikeringkan

Setelah lengan pertama dikeringkan, balikin handuk dan

gunakan sebagian sisanya untuk mengeringkan tangan yang

lain lalu lengan.

Jatuhkan handuk kertas kedalam keranjang sampah atau

keranjang untuk pakaian.

Angkat jubah yang terlipat dari kemasan steril tanpa

menyentuh bungkus sarung tangan atau pembungkus yang

steril. Ingat tangan memang bersih, tapi tidak steril.

Pegang tepi leher yang ada, buka jubah didepan anda tapi

hanya menyentuh bagian dalam jubah. Pastikan anda berada

dalam ruang yang cukup luas untuk membuka jubah tanpa

menyentuh pakaian. Berdirilah jauh dari pintu.

Page 32: 1. Prosedur Ok

Gambar 13. Tata cara memakai jubah operasi tanpa scrub nurse

Temukan lubang lengan pada jubah dan masukan kedua

lengan kedalamnya. Jangan biarkan tangan anda melewati

manset jubah ketika melakukan teknik sarung tangan

tertutup.

Perawat keliling (circulating nurse) yang ada di ruang

operasi akan memegang bagian dalam jubah dan menarik

lengan jubah keatas. Kemudian mengikat tali leher

dibelakang, hanya boleh menyentuh bagian dalam jubah

yang terkontaminasi.

Page 33: 1. Prosedur Ok

Gambar 14. Cara memakai jubah operasi dengan bantuan scrub nurse

Lakukan teknik sarung tangan tertutup.

Setelah anda memakai sarung tangan, berikan pelindung

yang membungkus tali pengikat dari panel belakang kepada

circulating nurse diruang operasi.

Selama perawat tersebut memegang kertas pelindung,

berputarlah 360 derajat kemudian ambil tali dari bungkus

pelindung dan ikat tali pinggang di depan.

Tata Cara Memakai Jubah Dan Sarung Tangan Dengan

Bantuan Perawat

Waktu menggunakan jubah dan sarung tangan dengan bantuan

perawat, semua petugas bedah sebaiknya memperhatikan

pentujuk-petunjuk sebagai berikut:

Setelah anda selesai mencuci tangan, terimalah handuk

yang terbuka dengan satu tangan. Keringkan tangan anda

dengan cara yang sama seperti yang dijelaskan sebelumnya.

Perawat pembantu akan membuka jubah dan menunjukan

lubang lengan pada anda sehingga anda tinggal memasukan

Page 34: 1. Prosedur Ok

lengan kedalam jubah sementara perawat masih

memegangnya. Perawat memakai sarung tangan untuk

perlindungan selama membantu mengenakan jubah kepada

dokter.

Gambar 15. Tata cara memakai jubah dengan bantuan perawat

Tali pinggang dipakai dengan cara yang sama seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya, setelah anda memakai sarung tangan.

Bila petugas meninggalkan ruang operasi dengan

menanggalakan jubah dan sarung tangan, maka sebelum masuk

kedaerah steril, harus mencuci tangan lagi selama 5 1/2 menit

sebelum jubah dan sarung tangan dipakai kembali.

Persiapan Alat dan Ruangan

Karena semua pasien yang terinfeksi tidak bisa dengan mudah

diidentifikasi, baik secara historik, pemeriksaan fisik, maupun

laboratorium, maka pencegahan secara rutin sebagai berikut harus

digunakan pada semua pasien. Apabila dilakukan tindakan bedah mulut,

darah yang keluar dan meningkatnya kemungkinan tumbuhnya kuman

oleh karena pemakaian instrumen yang tajam (pemaparan parenteral),

dapat dikurangi hanya dengan tindakan kontrol yang efektif.

Page 35: 1. Prosedur Ok

Ruangan

Dekontaminasi

Kebersihan saja tidaklah cukup untuk mengurangi kemungkinan

terjadinya kontaminasi silang. Dekontaminasi permukaan-

permukaan yang tersentuh sekresi mulut pasien, instrumen atau

tangan operator biasanya bisa diatasi dengan bahan kimia

antikuman. Semua permukaan kerja yang terkontaminasi,

pertama-tama dilap dengan handuk pengisap untuk

menghilangkan bahan-bahan organik kemudian didesinfeksi

dengan larutan pemutih (clorox diencerkan dalam perbandingan

1:10 sampai dengan 1:100 tergantung bahan organik yang ada).

Hal tersebut dilakukan setiap hari. Pemutih adalah salah satu

bahan anti-kuman yang murah dan efektif, namun perlu

diperhatikan bahwa bahan ini bersifat korosif terhadap logam

khususnya alumunium.

Pelindung permukaan

Kertas dengan lapisan kedap air, alumunium foil atau plastik

yang jernih bisa dipergunakan sebagai penutup permukaan yang

mudah tcrkontiminasi dengan darah atau saliva, yang sulit

didesinfeksi secara efektif misalnya pegangan lampu dan kepala

unit sinar-X. Penutup ini dibuka oleh personel yang

menggunakan sarung tangan pada akhir suatu tindakan

pembedahan, kemudian diganti dengan yang bersih (sesudah

melepas sarung tangan atau mengganti sarung tangan). Selama

prosedur pembedahan, permukaan yang tidak terlindung

misalnya pengontrol kursi atau lampu operasi bisa diatur atau

digunakan tanpa menimbulkan kontaminasi dengan

menggunakan sponge bedah 4x4 dan tangan yang memakai

sarung tangan sebagai barier tambahan. Idealnya pengontrolan

dengan tangan sebaiknya dihindarkan atau dikurangi. Tempat

Page 36: 1. Prosedur Ok

kumur, dispenser untuk sabun dan pengontrol kursi sebaiknya

menggunakan peralatan yang bisa dioperasikan dengan kaki.

Peralatan yang tajam

Peralatan tajam yang biasanya digunakan di dalam prosedur

bedah mulut dan sering terkontaminasi darah dan saliva

misalnya, jarum suntik, jarum jahit, man (blade) skapel, elevator

periosteal, dan elevator akar, dianggap berpotensi untuk

menginfeksi dan harus ditangani dengan cara khusus untuk

mencegah luka yang tidak sengaja. Untuk menghindari kontak

yang tidak diperlukan, semua peralatan disposibel ditempatkan

di dalam wadah yang diletakkan sedekat mungkin dengan

tempat pengguna-annya. Jarum yang kotor jangan

dibengkokkan, dipatahkan/ ditutup, atau dengan kata lain jangan

dipegang dengan tangan. Untuk pengulangan suntikan anestesi

lokal, sebaiknya jarum ditempatkan terbuka di atas tempat yang

steril ketimbang harus melepas tutup jarum sekali lagi. Kunci

keberhasilan penanganan alat-alat tajam yang terkontaminasi

adalah mengurangi frekuensi pemakaiannya sehingga

menurunkan kesempatan terjadinya tusukan atau goresan yang

tidak disengaja. Secara umum, semua alat yang disposibel

diautoklaf dulu sebelum dibuang. Pada kasus perawatan pasien

yang menular, peralatan disposibel dibungkus rangkap dua

sesegera mungkin sesudah digunakan.

Alat

Langkah persiapan alat adalah sebagai berikut:

Menghilangkan debris

Diperlukan ruangan atau tempat terpisah untuk mempersiapkan

peralatan. Bak yang dibuka untuk menyikat alat biasanya

dianggap sudah terkontaminasi dan tidak boleh digunakan untuk

mencuci tangan. Apabila bak cuci tangan yang terpisah tidak

Page 37: 1. Prosedur Ok

ada, maka bak tersebut harus diguyur dan didekontaminasi

dahulu dengan menggunakan desinfektan yang terdapat dalam

EPA. Orang yang menyikat peralatan harus memakai sarung

tangan yang tebal. Semua saliva, darah, atau sisa jaringan

dibersihkan sebelum dilakukan sterilisasi dan desinfeksi.

Dianjurkan memakai pembersih ultrasonik.

Pengemasan peralatan

Membungkus peralatan yang benar, baik menggunakan kain

yang bisa dipakai ulang, atau menggunakan bungkus sekali

pakai ialah dengan dua lapis. Semua peralatan yang berengsel

harus dalam keadaan terbuka. Pengemasan ini dilengkapi

dengan pita indikator yang peka panas atau uap yang dengan

perubahan warnanya bisa menunjukkan bahwa bungkusan

tersebut sudah diautoklaf. Sebaiknya alat dibungkus dalam

plastik jernih yang diklip, diplester, atau direkat dengan pita

indicator. Tanggal dilakukannya autoklaf dicatat pada bagian

luar setiap bungkusan. Peralatan yang dibungkus hanya satu

lapis harus diautoklaf lagi dalam 30 hari, sedangkan yang

dibungkus rangkap dua dapat bertahan sampai enam bulan.

Peralatan siap pakai/ disposable

Sterilitas dapat dengan mudah dipastikan pada keadaan

kritis alat-alat siap pakai. Yang paling penting ialah jarum suntik

yang digunakan untuk anestesi local atau bahan yang lain. Jarum

tersebut terbungkus sendiri-sendiri dan disterilkan, sehingga

dijamin ketajaman dan sterilitasnya. Pemasangan jarum pada

selubungnya jangan dilakukan dengan tangan. Apabila tidak ada

alternatif lain untuk memasang selubung jarum, maka bisa

digunakan hemostat/ needle holder.

Benang dan jarum jahit juga tersedia dalam bentuk siap

pakai. Ini ialah yang disebut armed suture yaitu jarum yang

Page 38: 1. Prosedur Ok

disatukan dengan benang jahitnya. Bilah skapel dan kombinasi

bilah tangkai juga tersedia dalam bentuk steril untuk sekali

pemakaian. Sarung tangan steril baik yang panjang maupun

yang pendek menjamin adanya asepsis dan dibungkus rangkap

dua untuk menjamin bahwa pada waktu pemakaian tidak

terkontaminasi. Sebagian besar agen hemostatik, bahan

pengganti tulang aloplastik, dan material untuk implan tidak

membutuhkan sterilisasi lagi.

Sponge dan bahan-bahan dressing biasanya tersedia dalam

bungkusan steril yang terpisah. Penutup yang steril, idealnya

dengan pelindung plastic digunakan apabila diperkirakan akan

terjadi kontaminasi oleh darah atau saliva. Sebagian peralatan

dibungkus dengan system peel down. Dibungkus rangkap dua

sehingga memungkinkan orang yang tidak menggunakan sarung

tangan membuka dan menyerahkan isinya kepada orang lain

yang sudah memakai sarung tangan atau menaruh isinya di atas

tempat yang steril. Apabila bungkusnya sobek, peralatan

tersebut sebaiknya jangan digunakan. Meskipun bisa diautoklaf,

tidak ada peralatan disposable yang boleh digunakan ulang.

Meja tempat instrumen steril

a. Meja instrumen diatur oleh scrub nurse.

b. Terdiri dari alat-alat yang steril dan semua instrumen yang

dapat digunakan dalam bedah mulut.

c. Meja ini tidak boleh sampai terkontaminasi selama operasi

sedang berjalan.

d. Meja instrumen sebaiknya di tutupi oleh kain steril.

e. Peralatan yang dibutuhkan di transfer ke rak mayo dengan

penjepit instrumen yang steril.

Untuk menentukan tingkat sterilisasi/ desinfeksi yang layak,

maka alat-alat digolongkan sesuai dengan penggunaan dan

aplikasinya, yaitu:

Page 39: 1. Prosedur Ok

1) Alat-alat kritis

Untuk menentukan tingkat sterilisasi/ desinfeksi yang

layak, maka alat-alat digolongkan sesuai dengan penggunaan

dan aplikasinya. Alat-alat kritis ialah alat yang berkontak

langsung dengan daerah steril pada tubuh yaitu semua

struktur atau jaringan yang tertutup kulit/ mukosa, karena

semua ini mudah terserang infeksi. Peralatan kritis harus

steril sebelum digunakan. Termasuk dalam kategori ini yaitu

jarum suntik, scalpel, elevator, bur, tang, jarum jahit, dan

peralatan untuk implantasi (misalnya implan, bahan

aloplastik dan bahan hemostatik). Apabila memungkinkan

sebaiknya peralatan disterilisasi dengan autoklaf.

Kelayakan tingkat sterilitas bisa diuji seminggu sekali

dengan menggunakan peralatan tes spora. Kontrol berikutnya

untuk membuktikan bahwa autoklaf sudah dilakukan ialah

menggunakan indikator yang peka terhadap panas/ uap yang

ditempelkan di luar pembungkus alat. Apabila penggunaan

autoklaf tidak memungkinkan, desinfeksi yang sangat baik

dapat dicapai dengan menggunakan bahan kimia yang

terdaftar pada US Environmental Protection Agency (EPA),

waktu pemaparan tergantung pada instruksi pabrik. Diikuti

dengan pembasuhan menggunakan air steril. Cara lain untuk

mensterilkan ialah dengan merendam dalam air mendidih

selama paling sedikit 10 menit.

2) Alat-alat semi kritis

Peralatan semikritis ialah alat-alat yang bisa bersentuhan

tapi sebenarnya tidak dipergunakan untuk penetrasi ke

membran mukosa mulut. Meskipun terkontaminasi oleh

saliva dan darah, alat tersebut biasanya tidak membawa

kontaminan ke daerah steril di dalam tubuh. Kaca mulut dan

alat lain yang digunakan untuk pemeriksaan dan tes termasuk

dalam kategori ini. Handpiece digunakan untuk bedah mulut

Page 40: 1. Prosedur Ok

idealnya bisa diautoklaf. Jika harus menggunakan handpiece

yang lain, maka setiap selesai pemakaian sebaiknya

dilakukan pengurasan air pendingin 20-30 menit, kemudian

disikat di dalam air dan kotorannya dihilangkan dengan

sabun. Kemudian dengan hati-hati dilap dengan bahan

pengisap yang mengandung bahan antikuman yang terdaftar

di EPA sebagai desinfektan rumah sakit dan

micobakterisidal.

3) Alat-alat non kritis

Yaitu peralatan yang biasanya tidak berkontak dengan

membrane mukosa. Meliputi countertops, pengontrol posisi

kursi, kran yang dioperasikan dengan tangan, dan pengontrol

kotak untuk melihat gambar sinar X. Apabila terkontaminasi

dengan darah, saliva atau kedua-duanya, mula-mula harus

dilap dengan handuk pengisap kemudian didesinfeksi dengan

larutan antikuman yang cocok, misal 5000 ppm (pengenceran

larutan pemutih 1:10, clorox) atau 500 ppm (pengenceran

1:100 sodium hipoklorit). Harus hati-hati karena sodium

hipoklorit korosif terhadap logam.

2. PROSEDUR SELAMA OPERASI

a. Semua petugas yang akan melakukan operasi mencuci tangan sesuai

dengan peraturan yang berlaku.

b. Memakai jas yang steril menurut cara yang berlaku.

c. Memakai sarung tangan sesuai dengan ukuran.

d. Asisten instrumen menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan sesuai dengan

kebutuhan operasi diatas meja instrumen yang sebelumnya dialas dengan

2 lapis kain steril.

e. Asisten operasi mengadakan desinfeksi  di daerah  operasi menurut

ketentuan yang berlaku.

f. Asisten operasi  menutup  tubuh  pasien  dengan  doek  steril yang

berlubang pada daerah yang akan dioperasi.

Page 41: 1. Prosedur Ok

g. Petugas melakukan sesuai dengan yang dibutuhkan dan memonitor

keadaan pasien kemudian melaporkan ke operator bahwa operasi dapat

dimulai.

h. Operator dan asisten operator melakukan operasi.

i. Petugas yang lain yang tidak ikut serta dalam operasi siap ditempat untuk

keperluan mendadak.

j. Selain itu, ada juga hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam prosedur

perawatan selama operasi, yaitu sebagai berikut.

Mengatur posisi yang sesuai untuk pasien maksudnya dengan

diberikan posisi yang sesuai diperlukan untuk memudahkan operasi

dan juga untuk menjamin keamanan fisiologis pasien. posisi yang

diberikan pada saat operasi disesuaikan dengan kondisi pasien.

Mempertahankan keadaan asepsis selama operasi.

Menjaga kestabilan temperatur pasien artinya temperatur di kamar

operasi dipertahankan pada suhu standar kamar operasi dan

kelembabannya diatur untuk menghambat pertumbuhan bakteri.

Memonitor terjadinya hipertermi malignan artinya monitoring

kejadiannya hipertermi malignan diperlukan untuk mencegah

terjadinya komplikasi berupa kerusakan sistem saraf pusat atau

bahkan kematian. Monitoring secara kontinu diperlukan untuk

menentukan tindakan pencegahan dan penangan sedini mungkin

sehingga tidak menimbulkan komplikasi yang dapat merugikan pasien

Melakukan penutupan luka operasi artinya penutupan luka dilakukan

lapis demi lapis dengan menggunakan benang yang sesuai jenis

jaringan. Penutupan kulit menggunakan benang bedah untuk

mendekatkan tepi luka sampai dengan terjadinya penyembuhan

operasi. Luka yang terkontaminasi dapat terbuka seluruhnya atau

sebagian saja. Ahli bedah memiliki metode dan tipe jahitan atau

penutupan luka berdasarkan daerah operasi, ukuranya,dan dalam luka

operasi serta usia dan kondisi pasien. setelah luka operasi dijahit

kemudian dibalut dengan kain dengan kassa steril untuk mencegah

kontaminasi luka, mengabsorpsi drainage, dan membantu penutupan

Page 42: 1. Prosedur Ok

incisi. Jika penyembuhan luka terjadi tanpa komplikasi, jahitan

biasanya bisa dibuka setelah 7- 10 hari tergantung letak lukanya.

Drainase artinya drain ditempatkan pada luka operasi untuk

mengalirkan darah, serum, debris, dari tempat operasi yang bila tidak

dikeluarkan dapat memperlambat penyembuhan luka dan

menyebabkan terjadinya infeksi.

Memindahkan pasien dari ruang operasi ke ruangan pemulihan/ ICU

artinya sesudah operasi, tim kesehatan atau tim operasi akan

memberikan pasien pakaian yang bersih, kemudian memindahkan

pasien dari meja operasi ke barankard. Selama pembedahan ini tim

pembedahan memberikan salah satu preposisi yaitu dengan terjadinya

kehilangan panas, infeksi respirasi, dan shock, mencegah luka operasi

terkontaminasi serta kenyamanan pasien.

k. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam prosedur perawatan selama

operasi, yaitu :

Kontrol lokal untuk perdarahan

Jika pasien dalam kondisi memuaskan atau stabil perhatikan bagian

yang mengalami perdarahan. Suction dan penerangan yang baik

merupakan persyaratan utama. Apabila bagian yang mengalami

perdarahan sudah ditemukan, lakukan anestesi lokal supaya perawatan

tidak menyakitkan. Bekuan darah yang ada di bersihkan dan

dikeringkan. Apabila perdarahan berasal dari tulang, maka alveolus

diisi dengan sponge gelatin yang dapat diabsorbsi (Gelfoam) atau

sponge kolagen mikrofibrilar (Helistat Avitene).

Kontrol rasa sakit

Pengontrolan rasa sakit sangat tergantung pada dosis dan cara

pemberian obat/ cara kerjasama pasien. Rasa sakit pada awal

pencabutan gigi, terutama sesudah pembedahan untuk gigi erupsi

maupun impaksi, dapat sangat menggangu. Orang dewasa sebaiknya

mulai meminum obat pengontrol rasa sakit sesudah makan tetapi

sebelum timbulnya rasa sakit. Pada 8 jam pertama setelah

Page 43: 1. Prosedur Ok

pembedahan, dosis dewasa untuk obat analgesik non-narkotik atau

narkotik dapat dilipatgandakan. Meskipun kontrol rasa sakit tidak

menimbulkan masalah pada anak-anak, baik karena sifatnya atau sifat

dari prosedur yang dialaminya, suspensi pediatrik yang berisi agen

narkotik atau kombinasi non-narkotik/narkotik dapat digunakan.

Lebih sering dosis resep yang diberikan lebih rendah dari yang

seharusnya karena sikap hati-hati yang timbul akibat seringnya

penyalahgunaan obat.

Kontrol Bakteremia

Resiko yang benar-benar merupakan ancaman bagi pasien yang dapat

menyebabkan bakteremia adalah bila keutuhan mukosa terputus dan

ada perdarahan. Untuk mengurangi ancaman bakteremia digunakan

antibiotik profilaktik pada pasien yang mengalami gangguan

mekanisme pertahanan tubuh pada kondisi-kondisi yang mudah

mengalami serangan infeksi. Pasien dengan kelainan jantung

merupakan kasus terbanyak, cenderung memerlukan perhatian yang

lebih banyak. Termasuk dalam kelompok tersebut adalah pasien

dengan penyakit jantung kongenital, penyakit katup jantung, atau

riwayat pernah terserang demam rematik. Terapi antibiotik profilaksis

untuk pasien-pasien tersebut diarahkan untuk pencegahan endokarditis

bakterial subakut.

Gambar 16. Salah satu contoh prosedur selama operasi

Page 44: 1. Prosedur Ok

3. PROSEDUR SESUDAH OPERASI

a. Operator/ asisten operator setelah selesai operasi membuka doek penutup

pasien.

b. Asisten instrumen operator mengumpulkan kembali alat yang dipakai dan

menghitung apakah sudah cukup jumlahnya dan dimasukkan kembali ke

loyang untuk dicuci.

c. Pasien dibersihkan oleh petugas OK dan dipasangi pakaian.

d. Dipindahkan ke ruang pulih sadar, diawasi pelaksana anestesi dan petugas

pulih sadar, sampai keadaan pasien membaik.

e. Petugas kamar operasi (OK) lainnya membersihkan meja operasi dan alat

lain yang dipakai misal: suction, oksigen dan lain-lain.

f. Setelah keadaan umum pasien baik, pasien dipindahkan ke ruang

perawatan dengan brankar bedah, bersama status pasien.

g. Petugas kamar operasi (OK) mencatat ke dalam buku register.

4. PROSEDUR PENCATATAN

a. Data  pasien  dicatat  dalam  buku  register  kamar  OK  termasuk nama

pasien, dokter yang merawat pasien.

b. Petugas anestesi mencatat tindakan dan medikasi yang dilakukan selama

operasi.

c. Operator/ asisten operator mencatat laporan operasi di lembar C beserta

tindakan yang dilakukan operator maupun anestesi dan petugas

memindahkan ke buku register OK.

d. Kalau ada permeriksaan patologi anatomi (PA) harus mengisi formulir

untuk permintaan patologi anatomi (PA).

e. Setiap awal bulan petugas administrasi OK membuat laporan kegiatan di

lembar C.

f. Operator menandatangani formulir permintaan permeriksaan patologi

anatomi (PA).

g. Petugas  kamar operasi  (OK) setiap hari membuat  laporan  kegiatan

yang akan diserahkan kepala seksi medis/ perawatan.

h. Petugas kamar operasi (OK) membuat laporan inventaris.

Page 45: 1. Prosedur Ok

5. PROSEDUR PENANGANAN PASIEN YANG MENINGGAL SELAMA

OPERASI

a. Dokter dan operator menjelaskan kepada keluarga sehingga dapat

dimengerti dengan jelas.

b. Jenazah disemayamkan sementara 2 jam di ruangan khusus di wilayah

OK.

c. Perawat OK memberitahukan ke petugas kamar jenazah bahwa ada pasien

meningggal di kamar OK.

d. Jenazah dibawa ke kamar jenazah oleh petugas OK ditimbang-terimakan

dengan petugas jenazah.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pedersen, Gordon W. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. 1996. Jakarta :

EGC.

2. Miloro, Michael. Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial Surgery

2nd Ed. 2004. London: BC Decker.

3. Akbari, Hakiki. Standar Pelayanan Kamar Operasi. 2009. Cirebon:

Rumah Sakit Budi Luhur.

Page 46: 1. Prosedur Ok

4. Prasetijono, P.S. Tesis “Rancangan Sistem Informasi Pemanfaatan

Kamar Operasi (OK) Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang”.

Semarang: Universitas Diponegoro. 2009.

5. Guwandi, J,SH. Aspek Hukum dan Manajemen Resiko di Kamar Bedah.

1999. Makalah disajikan dalam Lokakarya Perdhaki, Jakarta.

6. Dirjen Yanmed. Pedoman Pelayanan dan Penyelenggaraan Rumah Sakit.

2008. Depkes RI.