Page 1
TUGAS BEDAH MULUT 2
PROSEDUR OK (KAMAR OPERASI)
KELOMPOK 1
Hesti Margaretha Gautami (04101004001)
Dwi Mayang Ayu Ningtyas (04101004002)
Ayu Dwi Putri Lestari (04101004003)
Maisy Aprionasista (04101004004)
Ameliza (04101004005)
Chianche Ongtin (04101004006)
Endah (04101004007)
Syarifah Aisyah (04101004008)
Suci Mandiyasari (04101004009)
Eko Setiawan (04101004010)
Dosen Pembimbing : drg. Djamal Riza, Sp. BM
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2012
Page 2
PROSEDUR OK
A. PENDAHULUAN
Perubahan paradigma kesehatan dan pergeseran epidemiologi penyakit
ditunjukkan dengan meningkatnya tindakan pembedahan serta terus
berkembangnya teknologi mutakhir dalam bidang kedokteran maka kebutuhan
kamar operasi meningkat. Oleh karena itu, hampir seluruh tempat pelayanan
kesehatan, khususnya di Indonesia berupaya sebaik mungkin untuk meningkatkan
mutu pelayanan di berbagai bidang.
Peningkatan mutu rumah sakit dilakukan pada bidang pelayanan yang
sesuai standar dan dilakukan di semua instalasi termasuk bagian kamar operasi
(OK). Hal tersebut untuk menuju ke satu sasaran lebih jauh yaitu quality
assurance (menjaga mutu) dan akreditasi rumah sakit.
Sebagaimana pada negara maju diperoleh data bahwa hampir separuh dari
jumlah pasien yang masuk rumah sakit membutuhkan tindakan pembedahan, baik
untuk bedah umum maupun bedah mulut sehingga kebutuhan kamar operasi (OK)
terus meningkat akhir-akhir ini disebabkan perkembangan teknologi mutakhir
dalam bidang kedokteran dan kedokteran gigi yang telah memungkinkan
dilaksanakannya operasi yang sulit.
Berdasarkan pemikiran singkat di atas, maka sangat diperlukan informasi
yang lebih banyak untuk dapat dijadikan sebagai pedoman pada tata laksana
kamar operasi (OK) dan bangsal bedah mulut.
Page 3
B. SEJARAH KAMAR OPERASI
Dahulu prosedur operasi tidak selalu dilakukan dalam lingkungan khusus
rumah sakit. Ahli bedah melakukan kunjungan rumah kalau dipanggil untuk
memeriksa pasien. Di awal tahun1900an, perawat kamar operasi diminta untuk
menyiapkan kamar atau ruangan yang sesuai yaitu ruangan dengan lalu-lintas
yang minimal dan sedikit suara untuk prosedur operasi-biasanya ruang makan,
tetapi kadang-kadang di dapur. Segalanya dikeluarkan dari kamar, terutama
karpet, gantungan, gambar, dan juga mebel. Kamar diasapi dengan sulfur dioksida
selama 12 jam jika sudah waktunya mau dipakai. Ini dilakukan dengan membakar
3 pon sulfur diperiuk terbuat dari besi untuk tiap-tiap 1000 kaki kubik ruangan.
Jendela dan pintu ditutup serapat mungkin. Ketika pengasapan telah selesai,
tembok dan permukaan disikat dengan karbol 5% atau larutan soda panas. Von
Esmarch menggambarkan pembersihan dinding meliputi proses penggosokan
permukaan dengan roti halus. Dia mendasarkan tindakan ini pada eksperimen
pribadi. Jika waktu tidak cukup untuk dilakukan proses pengasapan/ penyikatan,
ruangan seharusnya telah di penuhi dengan uap dari ceret.
Linen dan handuk yang akan dipakai direbus selama 5 menit di larutan
soda untuk digunakan sebagai spon. Kompor dan oven berguna sebagai alat
sterilisasi. Batu bata tetap di oven untuk digunakan sebagai alat penghangat bagi
pasien anak yang kedinginan. Meja dapur atau ruang makan telah dialasi untuk
digunakan sebagai meja operasi dan ditempatkan di bawah tempat lilin, dengan
kepala mengarah ke jendela. Untuk kerahasiaan, kertas tisu yang berwarna putih
digunakan di dekat jendela dengan memakai adonan tepung. Banyak ahli bedah
mempunyai lampu portable untuk digunakan di dalam rumah yang mempunyai
listrik. Ini sangat berguna di malam hari. Sprei tempat tidur putih dipaku ke semua
tembok sebagai lapisan pelindung.
Lingkungan fisik sangat penting untuk ahli bedah. Suhu kamar harus
dijaga pada suhu di 75 – 80° F dan tambahan alat untuk menghangatkan ruangan,
seperti selimut hangat, botol air panas, dan batu bata hangat dibungkus dengan
kain flanel. Di samping menyiapkan lingkungan, perawat kamar operasi
diharuskan mempunyai 10 galon air steril yang panas dan 10 galon air steril yang
Page 4
dingin yang siap untuk digunakan. Termasuk tugas perawat yaitu menyiapkan
larutan garam steril dengan mendidihkan sebuah wadah besar yang berisi air dan
menambahkan 2 sendok teh garam meja. Campuran direbus selama 30 menit
kemudian disaring dengan menggunakan kapas yang sudah dipanggang sampai
berwarna kecoklatan ke dalam botol steril. Gabus dipergunakan untuk menutup
lubang. Terutama bila larutan disimpan untuk penggunaan yang akan datang,
botol yang telah ditutup direbus selama 20 menit selama 3 hari berurutan. Ini
dipercaya untuk mencegah tumbuhnya spora.
Sebagai kesimpulan dari prosedur pembedahan bahwa perawat kamar
operasi diperlukan untuk membongkar, mendidihkan, mengeringkan, dan
mengepak instrumen ahli bedah ke dalam tasnya. Ruangan dikembalikan ke
keadaan semula dengan melepas atau mebuang lembaran-lembaran dari dinding
dan mengeluarkannya untuk dicuci dan mengembalikan kembali karpet dan mebel
ke posisi semula. Akhirnya perawat kamar operasi meninggalkan ruangan,
keadaanya seperti waktu dia mau menggunakannya.
C. PENGERTIAN KAMAR OPERASI
Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat untuk
melakukan tindakan pembedahan, baik elektif maupun akut, yang membutuhkan
keadaan suci hama (steril). Kamar operasi atau ruang bedah atau yang lebih
dikenal dengan OK singkatan dari bahasa belanda Operation Kamer (OK) sebagai
sebuah unit kerja yang terorganisir sangat komplek dan terintegrasi merupakan
fasilitas untuk melaksanakan kegiatan operasi di suatu rumah sakit yang terdiri
dari :
1. Pelaksana pelayanan kamar operasi (OK) oleh :
a. Tenaga medis
b. Paramedis perawat
c. Paramedis non perawat
2. Ketentuan umum yang harus dipenuhi untuk kamar operasi (OK) :
a. Dipimpin seorang dokter ahli/ dokter atau para medis senior
b. Kepala OK bertanggung jawab kepada Kasi atau Direktur RS
Page 5
c. Petugas OK harus selalu siap selama 24 jam
d. Ruang OK harus selalu dijamin kebersihannya
e. Alat-alat di OK harus selalu tersedia dan siap dipakai lengkap dengan
alat-alat steril dalam tromel
f. Obat-obatan yang dibutuhkan selama operasi dilaksanakan harus selalu
tersedia di OK
g. Surat pernyataan izin (inform concent) untuk melakukan operasi harus
sudah ditandatangani saat pasien masuk OK
h. Dokter/ paramedis/ pasien saat masuk ruang OK harus mengganti
(memakai/ pakaian, alas kaki, khusus di OK)
i. Selain petugas dan pasien yang bersangkutan tidak diperbolehkan masuk
wilayah OK
j. Sebelum di operasi status pasien harus sudah masuk dibagian
administrasi OK untuk diregister
k. Pembersihan OK diharuskan setiap selesai operasi
l. Untuk pembersihan umum dilakukan sekali dalam seminggu.
Gambar 1. Salah satu bentuk kamar operasi
Gambar 2. Bentuk kamar operasi yang lain
Page 6
D. BAGIAN KAMAR OPERASI
Secara umum lingkungan kamar operasi terdiri dari 3 area, yaitu :
1. Area bebas terbatas (unrestricted area)
Pada area ini petugas dan pasien tidak perlu menggunakan pakaian khusus
kamar operasi.
2. Area semi ketat (semi restricted area)
Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar operasi
yang terdiri atas topi, masker, baju dan celana operasi.
3. Area ketat/ terbatas (restricted area).
Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar operasi
lengkap dan melaksanakan prosedur aseptik. Pada area ini petugas wajib
mengenakan pakaian khusus kamar operasi lengkap, yaitu: topi, masker, baju
dan celana operasi serta melaksanakan prosedur aseptik.
Pembagian lainnya, secara khusus area kamar operasi dibagi menjadi:
1. Daerah publik
Daerah yang boleh dimasuki oleh semua orang tanpa syarat khusus.
Misalnya kamar tunggu, gang, emperan depan komplek kamar operasi.
2. Daerah semi publik
Daerah yang bisa dimasuki oleh orang-orang tertentu saja, yaitu petugas.
Dan biasanya diberi tulisan “DILARANG MASUK SELAIN PETUGAS”.
Dan sudah ada pembatasan tentang jenis pakaian yang dikenakan oleh
petugas (pakaian khusus kamar operasi) serta penggunaaan alas kaki khusus
di dalam.
3. Daerah Aseptik
Daerah kamar bedah sendiri yang hanya bisa dimasuki oleh orang yang
langsung ada hubungannya dengan kegiatan pembedahan. Umumnya daerah
Page 7
yang harus dijaga kesucihamaannya. Daerah aseptik dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu:
a. Daerah Aseptik 0
Yaitu lapangan operasi, daerah tempat dilakukannnya pembedahan.
b. Daerah aseptik 1
Yaitu daerah memakai gaun operasi, tempat duduk/ kain steril, tempat
instrumen dan tempat perawat instrumen mengatur dan mempersiapkan
alat.
c. Daerah aseptik 2
Yaitu tempat mencuci tangan, koridor penderita masuk, daerah sekitar
ahli anastesia.
Kamar operasi terdiri dari beberapa ruang baik itu di dalam kamar operasi
maupun di lingkungan kamar operasi, antara lain:
1. Kamar bedah
2. Kamar untuk mencuci tangan
3. Kamar untuk gudang alat-alat instrumen
4. Kamar untuk sterilisasi
5. Kamar untuk ganti pakaian
6. Kamar laboratorium
7. Kamar arsip
8. Kamar pulih sadar (recovery room)
9. Kamar gips
10. Kmaar istirahat
11. Kamar mandi (WC) dan spoelhok (tempat cuci alat)
12. Kantor
13. Gudang
14. Kamar tunggu
15. Ruang sterilisasi
Page 8
E. LOKASI DAN FUNGSI KAMAR OPERASI
1. Lokasi
Prinsip membuat satu ruangan khusus yang terpisah atau bebas. Ruang
bedah harus diletakan pada suatu tempat yang mudah dicapai dari bagian-
bagian lain khususnya unit gawat darurat, unit perawatan intensif, radiologi,
patologi dan unit perawatan bedah. Di kota-kota besar karena gedung rumah
sakitnya bertingkat maka ruang bedah tidak perlu diletakkan di tingkat paling
atas, tapi cukup di lantai 2 atau lantai dasar dengan dilengkapi sistem
penyaringan udara bebas kontaminasi dari luar.
Sistem Zona OK
Gambar 3. Sistem zona OK
Zona 1 : Zona bebas Terbatas (ditandai dengan warna hijau)
Zona 2 : Zona bersih (clean zone) (ditandai dengan warna kuning)
Zona 3 : Zona Semi steril (ditandai dengan warna orange)
Zona 4 : Zona steril (ditandai dengan warna merah)
No Variabel Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4
1 Pakaian Pakaian luar
OK masih
boleh
dipakai.
Pakaian luar
OK masih
boleh
dipakai.
Tidak boleh
Petugas OK
wajib
memakai
pakaian
khusus
lengkap
Tim Operasi
memakai jas
operasi
Petugas OK
memakai
Page 9
Pakaian OK
tidak boleh
lebih luar
dari zona
ini.
lebih dalam
dari zona
ini.
Pergantian
pakaian OK
– pakaian
luar OK
disini.
dengan
masker dan
head cover.
hand scoen.
2 Alas Kaki Alas kaki
OK masih
bisa boleh
lebih dari
zona ini.
Pergantian
alas kaki
luar OK
disini.
Alas kaki
OK tidak
boleh lebih
luar dari
zona ini.
Alas kaki
OK harus
mulai
dilepas
Alas kaki
khusus OK
harus
dilepas
Alas kaki
khusus OK.
3 Bed pasien Boleh
masuk
Hanya
sampai
recorvery
room boleh
masuk
Tidak boleh
masuk
Tidak boleh
masuk
4 Petugas
luar OK
Boleh
masuk
Boleh
masuk
Boleh
masuk
dengan
Boleh masuk
untuk keluar
lagi.
Page 10
memakai
pakaian
khusus dan
masker.
2. Fungsi
Kamar bedah digunakan bersama oleh dua bidang, yaitu bidang bedah dan
anestesi yang merupakan bidang vital karena berkaitan dengan keselamatan
jiwa pasien dan tindakan-tindakan yang dilakukan di kamar bedah selalu ada
melekat unsur resiko yang tak bisa dihindarkan. Kelemahannya merupakan
kegiatan yang sudah rutin dilakukan yang mengakibatkan kurang waspada
dan kurang teliti. Kegiatan kamar operasi dapat dibagi menjadi 3 bagian
besar, yaitu persiapan, operasi, dan pemulihan.
a. Persiapan
Pasien diisolasi sehingga tidak tertular penyakit pasien lain.
Catatan rekam medis pasien yang lengkap dan untuk memperoleh
gambaran perlu mengacu kasus-kasus yang sering terjadi di luar
negeri.
Penyiapan bahan untuk pelaksanaan operasi dicatat dan
diinventarisasi jumlah dan jenis bahan.
Menjaga kebersihan dan kesterilan ruangan.
Penyiapan alat-alat bedah dan pengecekan kelayakan alat monitor
yang digunakan dokter ahli anestesi.
b. Operasi
Selama operasi dilakukan, mungkin saja timbul sesuatu yang tidak dapat
diduga sebelumnya dan selama berlangsung operasi peran penting pada
kegiatan ini adalah dokter bedah dan dokter anestesi dan tenaga non
perawat untuk mencatat rekam medis pasien selama pelaksanaan operasi
sebagai data entry.
c. Pemulihan
Page 11
Pada periode ini pasien masih belum lepas dari faktor resiko karena
banyak sekali kejadian misalnya gangguan pernafasan.
F. ALUR PASIEN, PETUGAS DAN PERALATAN
Berdasarkan alur proses pelayanan pasien untuk sampai di kamar operasi
(OK), asal kedatangannya ada 4 alur yaitu 3 alur dari UGD (Unit Gawat Darurat),
dan 1 alur dari poliklinik (unit rawat jalan). Alur kedatangan pasien dapat
menunjukkan jenis tindakan yang akan dilakukan.
Secara skematik dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Poli Pemeriksaan Ruangan OK (kamar operasi)
Poli Pelayanan spesialis/ non-spesialis
Pemeriksaan Hasil diagnosis untuk pasien yang tidak pulang maka
dilakukan pelayanan lanjutan menjadi pasien Rawat
inap dibawa ke ruangan atau ICU dan pemeriksaan
penunjang.
Ruangan RI/ ICU Hasil diagnosis lanjutan yang diperoleh bedah non
bedah,, untuk Bedah maka dilakukan komunikasi
dengan OK berkaitan dengan penjadwalan
OK Sesuai jadwal menyediakan kebutuhan alat, linen dan
obat/ darah dan tenaga
2. UGD Pemeriksaan Ruangan OK (kamar operasi)
UGD Pelayanan dokter jaga UGD diteruskan pelayanan
spesialis
Pemeriksaan Hasil diagnosis pasien dibarengi dengan tindakan
kegawat daruratan bila pasien tidak pulang maka
dirawat inap ke ruangan atau ICU dilanjutkan
Page 12
pemeriksaan penunjang.
Ruangan RI/ ICU Hasil diagnosis lanjutan yg diperoleh bedah non
bedah, untuk Bedah cito atau elektif bila cito langsung
tindakan ke OK, bila elektif dilakukan komunikasi
dengan OK berkaitan penjadwalan.
OK Sesuai jadwal menyediakan kebutuhan alat, linen dan
obat/darah dan tenaga.
3. UGD Pemeriksaan OK (kamar operasi)
UGD Pelayanan dokter jaga UGD diteruskan pelayanan
spesialis.
Pemeriksaan Hasil diagnosis pasien dibarengi dengan tindakan
kegawatdaruratan bila diperlukan tindakan bedah
secara cito dikomunikasikan dengan OK.
OK Menyediakan kebutuhan alat, linen dan obat/darah dan
tenaga.
4. UGD Pemeriksaan Tindakan pulang/ OK
UGD Pelayanan dokter jaga UGD diteruskan pelayanan
spesialis
Pemeriksaan Hasil diagnosis pasien dibarengi dengan tindakan
kegawatdaruratan bila diperlukan tindakan bedah
secara cito dikomunikasikan dengan OK.
Tindakan Tindakan bedah Kegawat daruratan.
Page 13
1. Alur Pasien
a. Pintu masuk pasien pra dan pasca bedah berbeda.
b. Pintu masuk pasien dan petugas berbeda.
Gambar 4. Alur pelayanan pasien di kamar operasi (OK) kelompok 1
Gambar 5. Alur pelayanan pasien di kamar operasi (OK) kelompok 2
Page 14
2. Alur Petugas
Pintu masuk dan keluar petugas melalui satu pintu.
3. Alur Peralatan
Pintu keluar masuknya peralatan bersih dan kotor berbeda.
G. PERSYARATAN KAMAR OPERASI
Kamar operasi yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Letak
Letak kamar operasi berada ditengah-tengah rumah sakit berdekatan dengan
unit gawat darurat (IRD), ICU dan unit radiologi.
2. Bentuk dan Ukuran
a. Bentuk
Kamar operasi tidak bersudut tajam, lantai, dinding, langit-langit
berbentuk lengkung, warna tidak mencolok.
Lantai dan dinding harus terbuat dari bahan yang rata, kedap air,
mudah dibersihkan dan menampung debu.
b. Ukuran kamar operasi
Minimal 5,6 m x 5,6 m (=29,1 m2)
Khusus/ besar 7,2 m x 7,8 (=56 m2)
3. Sistem Ventilasi
a. Ventilasi kamar operasi harus dapat diatur dengan alat kontrol dan
penyaringan udara dengan menggunakan filter. Idealnya menggunakan
sentral AC.
b. Pertukaran dan sirkulasi udara harus berbeda.
4. Suhu dan Kelembaban
a. Suhu ruangan antara 190 – 220 C.
b. Kelembaban 55 %
Page 15
5. Sistem Penerangan
a. Lampu Operasi
Menggunakan lampu khusus, sehingga tidak menimbulkan panas, cahaya
terang, tidak menyilaukan dan arah sinar mudah diatur posisinya.
b. Lampu Penerangan
Menggunakan lampu pijar putih dan mudah dibersihkan.
6. Peralatan
a. Semua peralatan yang ada di dalam kamar operasi harus beroda dan
mudah dibersihkan.
b. Untuk alat elektrik, petunjuk penggunaaanya harus menempel pada alat
tersebut agar mudah dibaca.
c. Sistem pelistrikan dijamin aman dan dilengkapi dengan elektroda untuk
memusatkan arus listrik mencegah bahaya gas anestesi.
7. Sistem Instalasi Gas Media
Pipa (out let) dan konektor N2O dan oksigen, dibedakan warnanya, dan
dijamin tidak bocor serta dilengkapi dengan system pembuangan/penghisap
udara untuk mencegah penimbunan gas anestesi.
8. Pintu
a. Pintu masuk dan keluar pasien harus berbeda.
b. Pintu masuk dan keluar petugas tersendiri
c. Setiap pintu menggunakan door closer (bila memungkinkan)
d. Setiap pintu diberi kaca pengintai untuk melihat kegiatan kamar tanpa
membuka pintu.
9. Pembagian Area
a. Ada batas tegas antara area bebas terbatas, semi ketat dan area ketat.
b. Ada ruangan persiapan untuk serah terima pasien dari perawat ruangan
kepada perawat kamar operasi.
Page 16
10. Air Bersih
Air bersih harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Tidak berwarna, berbau dan berasa.
b. Tidak mengandung kuman patogen.
c. Tidak mengandung zat kimia.
d. Tidak mengandung zat beracun.
H. PEMBERSIHAN KAMAR OPERASI
Pemeliharaan kamar operasi merupakan proses pembersihan ruang beserta
alat-alat standar yang ada dikamar operasi. Dilakukan teratur sesuai jadwal,
tujuannya untuk mencegah infeksi silang dari atau kepada pasien serta
mempertahankan sterilitas.
Pembersihan kamar operasi ada 5 macam :
1. Pembersihan Harian
Pembersihan rutin yaitu pembersihan sebelum dan sesudah penggunaan
kamar operasi agar siap pakai dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Semua permukaaan peralatan yang terdapat di dalam kamar operasi harus
dibersihkan dengan menggunakan desinfektan atau dapat juga
menggunakan air sabun.
b. Permukaan meja operasi dan matras harus diperiksa dan dibersihkan.
c. Ember tempat sampah harus dibersihkan setiap selesai dipakai, kemudian
pasang plastik yang baru.
d. Semua peralatan yang digunakan untuk pembedahan dibersihkan, antara
lain :
Selang suction dibilas.
Cairan yang ada dalam botol suction dibuang bak penampung tidak
boleh dibuang di ember agar sampah yang ada tidak tercampur
dengan cairan yang berasal dari pasien.
Page 17
Alat anestesi dibersihkan, alat yang terbuat dari karet setelah
dibersihkan direndam dalam cairan desinfektan.
e. Noda-noda yang ada pada dinding harus dibersihkan.
f. Lantai dibersihkan kemudian dipel dengan menggunakan cairan
desinfektan. Air pembilas dalam ember setiap kotor harus diganti dan
tidak boleh untuk kamar operasi yang lain.
g. Lubang angin, kaca jendela dan kusen, harus dibersihkan.
h. Alat tenun bekas pasien dikeluarkan dari kamar operasi. Jika alat tenun
tersebut bekas pasien infeksi, maka penanganannya sesuai prosedur yang
berlaku.
i. Lampu operasi harus dibersihkan setiap hari. Pada waktu membersihkan,
lampu harus dalam keadaan dingin.
j. Alas kaki (sandal) khusus kamar operasi harus dibersihkan setiap hari.
2. Pembersihan Mingguan
a. Dilakukan secara teratur setiap minggu sekali.
b. Semua peralatan yang ada di dalam kamar bedah dikeluarkan dan
diletakkan di koridor/ di depan kamar bedah.
c. Peralatan kamar bedah harus dibersihkan/ dicuci dengan memakai cairan
desinfektan atau cairan sabun. Perhatian harus ditujukan pada bagian
peralatan yang dapat menjadi tempat berakumulasinya sisa organis,
seperti bagian dari meja operasi, dibawah matras.
d. Permukaan dinding dicuci dengan menggunakan air mengalir.
e. Lantai disemprot dengan menggunakan deterjen, kemudian permukaan
lantai disikat. Setelah bersih dikeringkan.
f. Setelah lantai bersih dan kering, peralatan yang sudah dibersihkan dapat
dipindahkan kembali dan diatur kedalam kamar operasi.
3. Pembersihan Sewaktu
Pembersihan sewaktu dilakukan bila kamar operasi digunakan untuk
tindakan pembedahan pada kasus infeksi, dengan ketentuan sebagai berikut :
Page 18
a. Pembersihan kamar operasi secara menyeluruh, meliputi dinding, meja
operasi, meja instrumen dan semua peralatan yang ada di kamar operasi.
b. Instrumen dan alat bekas pakai harus dipindahkan/ tidak boleh campur
dengan alat yang lain sebelum didesinfektan.
c. Pemakaian kamar operasi untuk pasien berikutnya diijinkan setelah
pembersihan secara menyeluruh dan sterilisasi ruangan selesai. Sterilisasi
kamar operasi dapat dengan cara :
Pemakaian sinar ultraviolet, yang dinyalakan selama 24 jam.
Memakai desinfektan yang disemprotkan dengan memakai alat
(foging). Waktu yang dibutuhkan lebih pendek dibandingkan dengan
pemakaian ultraviolet, yaitu kurang lebih 1 jam untuk
menyemprotkan cairan, dan 1 jam kemudian baru dapat dipakai.
d. Hal-hal yang harus diperhatikan pada penanganan pada kasus infeksi dan
penyakit menular adalah :
Keluarga pasien diberi tahu tentang penyakit pasien dan perawatan
yang harus dilaksanakan terhadap pasien tersebut.
Petugas yang menolong pasien harus :
Memakai sarung tangan
Tidak luka atau goresan dikulit atau tergores alat bekas pasien
(seperti jarum suntik)
Memahamai cara penularan penyakit tersebut
Memperhatikan teknik isolasi dan tekhnik aseptik
Jumlah tenaga yang kontak dengan pasien dibatasi/ tertentu dan
selama menangani pasien tidak boleh menolong pasien lain
dalam waktu bersamaan.
Pasang pengumuman di depan kamar operasi yang sedang dipakai
yang menyatakan bahwa dilarang masuk karena ada kasus infeksi.
Bagian anggota tubuh yang akan dan sudah diamputasi dibungkus
rapat dengan kantong plastic tebal yang cukup besar agar bau tidak
menyebar dan menimbulkan infeksi silang.
Ruang tindakan secara periodik dan teratur dilakukan uji
mikrobiologi terhadap debu, maupun terhadap kesehatan yang ada.
Page 19
4. Sterilisasi ruangan
5. Perawatan perlengkapan kamar operasi
a. Meja operasi
b. Meja instrumen
c. Mesin anestesi dengan kelengkapan
d. Meja mayo
e. Lampu operasi
f. Suction pump
g. Diathermi
h. Standard infus
i. Monitor ECG
j. Tempat sampah dengan kelengkapan
I. PENANGANAN LIMBAH
Pembuangan limbah dan penanganan limbah kamar operasi, tergantung
jenis limbah dengan prinsip, limbah padat ditangani terpisah dengan limbah cair :
1. Limbah cair dibuang ditempat khusus yang berisi larutan desinfektan yang
selanjutnya mengalir ketempat pengelolaan limbah cair rumah sakit.
2. Limbah pada/ anggota tubuh ditempatlkan dalam kantong/ tempat tertutup
yang selanjutnya dibakar atau dikubur dirumah sakit sesuai ketentuan yang
berlaku, atau diserahterimakan kepada keluarga pasien bila memungkinkan.
3. Limbah non infeksi yang kering dan basah ditempatkan pada tempat yang
tertutup serta tidak mudah bertebaran dan selanjutnya dibuang ke tempat
pembuangan rumah sakit.
4. Limbah infeksi ditempatkan pada tempat yang tertutup dan tidak mudah
bocor serta diberi label warna merah ”untuk dimusnahkan”.
Page 20
J. PROSEDUR KAMAR OPERASI
Berdasarkan periode waktunya, prosedur pelayanan di kamar operasi terdiri dari :
1. PROSEDUR SEBELUM OPERASI
Persiapan Pasien
a. Diagnosa penyakit pasien yang benar dan tepat dilakukan oleh
dokter yang merawat (yang ahli dalam bidangnya), kemudian
dilaporkan ke dokter OK untuk mempersiapkan dan mengatur
jadwal operasi.
b. Keadaan umum (vital sign) pasien diusahakan dalam keadaan
seoptimal mungkin.
c. Dilakukan pemeriksaan penunjang yang lengkap, meliputi
pemeriksaan laboratorium hematologi, kimia klinik, dan lainnya,
pemeriksaan radiologi, pemeriksaan EKG, dan pemeriksaan lain
yang diperlukan dengan hasil pemeriksaan penunjang dalam batas
normal atau dalam batas toleransi/ aman.
d. Pasien atau keluarga telah menandatangani persetujuan operasi
(inform concent).
e. Untuk pasien yang akan dioperasi dan supaya direncanakan operasi
harus sudah dilaporkan ke kamar operasi (OK) 2 hari sebelumnya
atau sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk mengatur pasien
OK.
f. Persiapan prosedur pasien di ruang perawatan pra-operasi:
Daerah yang akan dioperasi harus dibersihkan dahulu.
Pencukuran dilakukan pada waktu malam menjelang operasi.
Rambut kumis dan rambut didagu harus dicukur, lemak dan
kotoran harus terbebas dari daerah kulit yang akan dioperasi
Sebelum dilakukan anestesi pasien yang akan dioperasi harus
menjaga pola makannya (diet). Jika pasien kekurangan
kekuatannya, maka harus diberi minuman glukosa sebelum
injeksi anestesi dilakukan. Tetapi jika general anestesi yang
Page 21
dipilih, maka pasien disarankan untuk berpuasa selama 4-6 jam
sebelum operasi.
g. Pasien diberitahu untuk dibawa ke kamar operasi (OK).
h. Pakaian pasien diganti di kamar persiapan operasi dengan pakaian
khusus kamar operasi (OK) dan kepala dibungkus.
i. Pasien diperiksa vital sign : tensi, suhu, nadi dan ditulis pada catatan
perawatan.
j. Pasien yang akan dioperasi dimasukkan setelah pencatatan selesai.
Persiapan Tim Bedah
Tim bedah terdiri dari operator (dokter) dan asistennya, dokter
anastesi/ anesthetist, scrub nurse dan circulating nurse. Operator
bertindak sebagai kepala tim, dimana operator memiliki tanggung jawab
dan instruksinya dipatuhi oleh semua anggota tim bedah.
Tugas asisten adalah: a) menjaga kondisi mulut dan kawasan
operasi bersih dari darah, lendir, saliva, dan debris dengan tepat dan
sesuai, b) melakukan retraksi untuk membuka bagian yang dioperasi
dengan tepat, c) memotong sutura, menggunakan mallet, memperhatikan
dinding orofaringeal dan mengingatkan dokter bedah jika terjadi
perubahan atau penyesuaian, d) meminta operator memperhatikan hal-hal
yang seharusnya diperhatikan.
Tugas dokter anestesi meliputi menjaga kadar bius yang sesuai,
memperhatikan kondisi pasien secara konstan, dan memberi tahu kepada
operator jika ada reaksi yang janggal dari pasien. Dokter anastesi harus
memberi tahu operator mengenai kerusakan jalan nafas yang disebabkan
oleh tindakan bedah, sehingga operator dan asistennya dapat mengambil
langkah cepat untuk menghilangkan atau memperbaiki penyebab
obstruksi tersebut.
Tugas scrub nurse meliputi memperhatikan instrumen dan kain
steril, dan persediaan yang tersedia serta layak pakai di meja operasi.
Suster ini harus memberikan instrumen, sponge, dan sutura yang diminta
operator. Suster harus menjaga instrumen operasi dalam keadaan layak
Page 22
pakai dan menyusunnya selama operasi dan terkadang diminta untuk
membantu retraksi.
Circulating nurse mengikatkan baju bedah operator dan asistennya
dari belakang. Suster ini biasanya menyesuaikan letak lampu dan meja
operasi. Sebagai tambahan, suster inilah yang membawa instrumen dan
perlengkapan yang dibutuhkan.
Persiapan Operator atau Petugas
Petugas masuk ke kamar operasi (OK) harus melakukan hal-hal berikut
ini :
a. Mengganti baju dengan baju khusus di kamar ganti pakaian.
Gambar 6. Pakaian klinik
b. Memakai alas kaki khusus dalam OK.
c. Memakai tutup kepala dan rambut tertutup semua.
Gambar 7. Operator memakai tutup kepala dan rambut
terlebih dahulu sebelum operasi.
d. Memakai masker dan sarung tangan.
Page 23
Gambar 8. Operator memakai masker dan sarung tangan
terlebih dahulu sebelum operasi.
e. Membukukan data-data pasien di buku register.
Persiapan operator, antara lain :
a. Dressing operator dan pasien
Operator dan masing-masing asistennya, memakai pakaian katun
bersih yang terdiri dari celana panjang dan baju. Pakaian katun tidak
menghasilkan percikan dari elektrik statis yang dapat berkembang
ketika pakaian nylon atau wool dikenakan. Percikan elektrik statis
dapat menyebabkan ledakan tragis pada ruang operasi. Clean scrub
suits, juga mengeliminasi baju penuh debu dari ruang operasi,
menyediakan kenyamanan untuk operator, dan melindungi pakaian
dokter dari kerusakan.
Dipilih yang lengannya tidak melebihi siku sehingga
memungkinkan tangan dicuci hingga ke siku. Apabila pembedahan
yang dilakukan kemungkinan menyebabkan darah atau saliva
mengotori pakaian, maka dapat digunakan baju dengan lengan
panjang, baik yang dapat digunakan ulang, atau lebih baik lagi bila
digunakan yang disposable. Apabila dipakai baju yang digunakan
ulang, maka sesudah dipakai harus dicuci dengan air panas dan
detergen. Pakaian klinik harus diganti setiap hari apabila tercemar
oleh darah.
Page 24
Selanjutnya operator mengenakan sepasang sepatu atau boots
konduktif disposable. Saat ini peralatan rumah sakit yang baik
memiliki lantai ruang operasi kondiktif khusus untuk mencegah
ledakan atau letupan dan seluruh personel harus menggunakan sol
sepatu konduktif atau boots konduktif khusus yang menutupi seluruh
sepatu jalanan. Hal ini mencegah elektrik statis dari akumulasi pada
operator, yang dapat menghasilkan sebuah percikan ketika dokter
mendekati lingkungan grounded.
b. Teknik mencuci tangan
Teknik mencuci tangan steril adalah mencuci tangan secara steril
(suci hama), khususnya bila akan membantu tindakan pembedahan
atau operasi.
Peralatan yang dibutuhkan untuk mencuci tangan steril adalah
menyediakan bak cuci tangan dengan pedal kaki atau pengontrol
lutut, sabun antimikrobial (non-iritasi, spektrum luas, kerja cepat),
sikat scrub bedah dengan pembersih kuku dari plastik, masker kertas
dan topi atau penutup kepala, handuk steril, pakaian di ruang scrub
dan pelindung mata, penutup sepatu.
Prosedur kerja cara mencuci tangan steril adalah sebagai berikut:
Terlebih dahulu memeriksa adanya luka terpotong atau abrasi
pada tangan dan jari, kemudian melepaskan semua perhiasan
misalnya cincin atau jam tangan.
Menggunakan pakaian bedah sebagai proteksi perawat yaitu:
penutup sepatu, penutup kepala atau topi, masker wajah,pastikan
masker menutup hidung dan mulut anda dengan kencang. Selain
itu juga memakai pelindung mata.
Menyalakan air dengan menggunakan lutut atau kontrol dengan
kaki dan sesuaikan air untuk suhu yang nyaman.
Membasahi tangan dan lengan bawah secara bebas,
mempertahankankan tangan atas berada setinggi siku selama
seluruh prosedur.
Page 25
Menuangkan sejumlah sabun (2 sampai 5 ml) ke tangan dan
menggosok tangan serta lengan sampai dengan 5 cm di atas
siku.
Membersihkan kuku di bawah air mengalir dengan tongkat
oranye atau pengikir. Membuang pengikir setelah selesai
digunakan.
Membasahi sikat dan menggunakan sabun antimikrobial.
Menyikat ujung jari, tangan, dan lengan.
Menyikat kuku tangan sebanyak 15 kali gerakan.
Dengan gerakan sirkular, menyikat telapak tangan dan
permukaan anterior jari 10 kali gerakan.
Menyikat sisi ibu jari 10 kali gerakan dan bagian posterior
ibu jari 10 gerakan.
Menyikat samping dan belakang tiap jari 10 kali gerakan
tiap area, kemudian sikat punggung tangan sebanyak 10 kali
gerakan.
Seluruh penyikatan harus selesai sedikitnya 2 sampai 3
menit, kemudian bilas sikat secara seksama
Dengan tepat mengingat, bagi lengan dalam tiga bagian.
Kemudian mulai menyikat setiap permukaan lengan bawah lebih
bawah dengan gerakan sirkular selama 10 kali gerakan;
menyikat bagian tengah dan atas lengan bawah dengan cara
yang sama setelah selesai menyikat buang sikat yang telah
dipakai.
Dengan tangan fleksi, mencuci keseluruhan dari ujung jari
sampai siku satu kali gerakan, biarkan air mengalir pada siku.
Mengulangi langkah 8 sampai 10 untuk lengan yang lain.
Mempertahankan lengan tetap fleksi, buang sikat kedua dan
mematikan air dengan pedal kaki.
Kemudian mengeringkan dengan handuk steril untuk satu
tangan secara seksama, menggerakan dari jari ke siku dan
mengeringkan dengan gerakan melingkar.
Page 26
Mengulangi metode pengeringan untuk tangan yang lain dengan
menggunakan area handuk yang lain atau handuk steril baru.
Mempertahankan tangan lebih tinggi dari siku dan jauh dari
tubuh anda.
Memasuki ruang operasi dan melindungi tangan dari kontak
dengan objek apa pun.
Gambar 9. Teknik mencuci tangan
c. Pemakaian sarung tangan
Tata Cara Memakai Sarung Tangan tertutup
Teknik sarung tangan tertutup merupakan metode pilihan dalam
mengenakan sarung tangan. Tetapi apabila sarung tangan
dengan cara ini terkontaminasi penggantian dilakukan dengan
menggunakan teknik sarung tangan terbuka. Jika mengunakan
teknik sarung tangan tertutup, semua petugas bedah hendaknya
memperhatikan petunjuk-petunjuk berikut:
Kapan saja anda mengenakan sarung tangan steril, dengan
teknik apapun, perlu diingat bahwa kulit tidak boleh
menyentuh bagian luar sarung tangan untuk menjaga
sterilitasnya.
Dengan tangan tertutup jubah, ambil sarung tangan pertama
dari kemasannya. Jangan biarkan tangan keluar dari kelim
manset jubah.
Page 27
Letakkan sarung tangan pada lengan jubah dan ibu jari
sarung tangan pada ibu jari sarung tangan, dengan jari-jari
menunjuk ke arah siku.
Pegang bagian bawah manset dengan jari-jari tangan yang
terlindungi dari tangan yang akan dipakai sarung tangan.
Pegang bagian atas manset dengan tangan lainnya, yang
terbungkus jubah.
Naikkan manset bagian atas diatas manset jubah dari tangan
yang akan dipakaikan sarung tangan.
Pegang manset sarung tangan dan manset jubah secara
bersamaan dan masukan jari-jari kedalam sarung dan atur
letaknya.
Untuk memakai sarung tangan kedua ulangi cara kedua
sampai ketujuh.
Teknik sarung tangan tertutup adalah cara yang paling
disukai jika harus memakai sarung tangan sendiri.
Bersihkan bubuk pelican dari sarung tangan sebelum
memulai pembedahan.
Tata Cara Teknik Sarung Tangan Terbuka
Jika menggunakan teknik sarung tangan terbuka, semua petugas
harus memperhatikan petunjuk-petunjuk berikut:
Tangan perawat pembantu (scurb nurse) diulurkan sampai
keluar dari manset jubah.
Bungkus kertas dibuka dengan menggunakan kedua tangan.
Pembungkus ini harus di buka sehingga kertas tidak tertutup
rapat dan bila kurang hati-hati akan mengkontaminasi
sarung tangan.
Dengan tangan, angkat sarung tangan dengan memegang
tepi manset yang terlipat daerah ini merupakan daerah
dalam sarung. Pertahankan manset yang terlipat 3inci itu
dan jauhilah dari kemasan.
Page 28
Gambar 10. Teknik sarung tangan terbuka
Sisipkan tangan kita kedalam sarung tangan, dan dengan
hati-hati masukan jari-jari lalu tarik manset sarung tangan
secara bertahap disekelilingnya sehingga lipatan manset
yang 3 inchi itu dapat tetap dipertahankan. Usahakan untuk
menarik manset sarung tangan sampai menutupi manset
jubah.
Angkat sarung tangan kedua dari kemasannya dengan cara
memegang tepi manset oleh tangan kedua. Letakan jari-jari
tangan pertama (yang telah memakai sarung
tangan)dibawah lipatan manset yang berukuran3 inci itu dan
masukan tangan kedua seperti cara ke-4.
Gambar 11. Cara memakai sarung tangan
Page 29
Bila manset sarung tangan di atas manset jubah, balik luruh
lipatan manset sampai menutupi seluruh manset jubah
sehingga hanya tampak bagian sarung tangan yang steril.
Seperti pada pemakaian sarung tangan kedua, letakkan jari-
jari yang telah memakai sarung tangan dibawah manset
sarung tangan, dan balik lipatan manset di atas manset
jubah sehingga tampak sisi tangan yang steril.
Bersihkan bubuk pelican dari sarung tangan sebelum
memulai pembedahan.
Tata Cara Melepaskan Sarung Tangan Yang
Terkontaminasi
Setiap sarung tangan yang sterilitasnya diragukan dianggap
terkontaminasi mintalah circulating nurse untuk
melepaskannya.
Pegang sarung tangan pada permukaan palmar dengan baik
dibawah manset dan lepaskan.
Jangan menyentuh jubah.
Jangan menyentuh kulit tangan.
Jika sarung tangan robek, berhati-hatilah dalam
melepaskannya.
Setelah sarung tangan terkontaminasi dilepaskan, manset
jubah sebaiknya tidak ditarik menutup tangan. Pada saat
memakai sarung tangan kembali, anda harus memakai
teknik sarung tangan terbuka atau anggota tim bedah
lainnya memakaikannya untuk anda.
Page 30
Gambar 12. Cara melepas sarung tangan yang terkontaminasi
d. Masker
Masker digunakan untuk melindungi mukosa oral dari percikan
cairan. Masker bedah dan masker biasa dianggap cukup adekuat
untuk melindungi operator selama prosedur operasi berlangsung.
Masker yang sering digunakan dan baik yaitu masker yang
mengandung fiberglas dan dapat menyaring sampai dengan 95%
partikel yang berukuran 3-5 mikron. Masker juga harus diganti
setiap ganti pasien.
e. Pakaian klinik
Memakai Jubah Operasi
Jubah yang steril dipakai untuk menutup pakaian yang
terkontaminasi yang dapat menyebabkan infeksi dari pasien.
Sebelum jubah steril digunakan, gunakan handuk steril untuk
mengeringkan tangan setelah prosedur cuci tangan selesai.
Tata Cara Memakai Jubah Operasi dan Sarung Tangan
tanpa Bantuan Perawat (Scrub Nurse)
Bila memakai jubah dan sarung tangan tanpa bantuan
perawat, semua petugas RO harus memperhatikan petunjuk-
petunjuk berikut.
Page 31
Sebelum mencuci tangan, buka jubah steril pada permukaan
yang datar. Dengan pinset, letakkan sarung tangan dibalik
pembungkus steril disamping jubah dan kemudian baru
mencuci tangan.
Waktu memasuki ruang operasi, angkat handuk yang
terlipat dari kemasannya tanpa menyentuh sarung tangan
atau bungkus kertas steril
Menjauhlah dari kemasan, buka handuk seluruhnya pegang
handuk agak jauh sehingga tidak terkontaminasi oleh
sentuhan baju atau pakaian yang tidak steril.
Gunakan sebagian handuk untuk mengeringkan satu tangan
dan kemudian diteruskan keatas lengan sampai siku. Jangan
kembali ke daerah yang sudah dikeringkan
Setelah lengan pertama dikeringkan, balikin handuk dan
gunakan sebagian sisanya untuk mengeringkan tangan yang
lain lalu lengan.
Jatuhkan handuk kertas kedalam keranjang sampah atau
keranjang untuk pakaian.
Angkat jubah yang terlipat dari kemasan steril tanpa
menyentuh bungkus sarung tangan atau pembungkus yang
steril. Ingat tangan memang bersih, tapi tidak steril.
Pegang tepi leher yang ada, buka jubah didepan anda tapi
hanya menyentuh bagian dalam jubah. Pastikan anda berada
dalam ruang yang cukup luas untuk membuka jubah tanpa
menyentuh pakaian. Berdirilah jauh dari pintu.
Page 32
Gambar 13. Tata cara memakai jubah operasi tanpa scrub nurse
Temukan lubang lengan pada jubah dan masukan kedua
lengan kedalamnya. Jangan biarkan tangan anda melewati
manset jubah ketika melakukan teknik sarung tangan
tertutup.
Perawat keliling (circulating nurse) yang ada di ruang
operasi akan memegang bagian dalam jubah dan menarik
lengan jubah keatas. Kemudian mengikat tali leher
dibelakang, hanya boleh menyentuh bagian dalam jubah
yang terkontaminasi.
Page 33
Gambar 14. Cara memakai jubah operasi dengan bantuan scrub nurse
Lakukan teknik sarung tangan tertutup.
Setelah anda memakai sarung tangan, berikan pelindung
yang membungkus tali pengikat dari panel belakang kepada
circulating nurse diruang operasi.
Selama perawat tersebut memegang kertas pelindung,
berputarlah 360 derajat kemudian ambil tali dari bungkus
pelindung dan ikat tali pinggang di depan.
Tata Cara Memakai Jubah Dan Sarung Tangan Dengan
Bantuan Perawat
Waktu menggunakan jubah dan sarung tangan dengan bantuan
perawat, semua petugas bedah sebaiknya memperhatikan
pentujuk-petunjuk sebagai berikut:
Setelah anda selesai mencuci tangan, terimalah handuk
yang terbuka dengan satu tangan. Keringkan tangan anda
dengan cara yang sama seperti yang dijelaskan sebelumnya.
Perawat pembantu akan membuka jubah dan menunjukan
lubang lengan pada anda sehingga anda tinggal memasukan
Page 34
lengan kedalam jubah sementara perawat masih
memegangnya. Perawat memakai sarung tangan untuk
perlindungan selama membantu mengenakan jubah kepada
dokter.
Gambar 15. Tata cara memakai jubah dengan bantuan perawat
Tali pinggang dipakai dengan cara yang sama seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, setelah anda memakai sarung tangan.
Bila petugas meninggalkan ruang operasi dengan
menanggalakan jubah dan sarung tangan, maka sebelum masuk
kedaerah steril, harus mencuci tangan lagi selama 5 1/2 menit
sebelum jubah dan sarung tangan dipakai kembali.
Persiapan Alat dan Ruangan
Karena semua pasien yang terinfeksi tidak bisa dengan mudah
diidentifikasi, baik secara historik, pemeriksaan fisik, maupun
laboratorium, maka pencegahan secara rutin sebagai berikut harus
digunakan pada semua pasien. Apabila dilakukan tindakan bedah mulut,
darah yang keluar dan meningkatnya kemungkinan tumbuhnya kuman
oleh karena pemakaian instrumen yang tajam (pemaparan parenteral),
dapat dikurangi hanya dengan tindakan kontrol yang efektif.
Page 35
Ruangan
Dekontaminasi
Kebersihan saja tidaklah cukup untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya kontaminasi silang. Dekontaminasi permukaan-
permukaan yang tersentuh sekresi mulut pasien, instrumen atau
tangan operator biasanya bisa diatasi dengan bahan kimia
antikuman. Semua permukaan kerja yang terkontaminasi,
pertama-tama dilap dengan handuk pengisap untuk
menghilangkan bahan-bahan organik kemudian didesinfeksi
dengan larutan pemutih (clorox diencerkan dalam perbandingan
1:10 sampai dengan 1:100 tergantung bahan organik yang ada).
Hal tersebut dilakukan setiap hari. Pemutih adalah salah satu
bahan anti-kuman yang murah dan efektif, namun perlu
diperhatikan bahwa bahan ini bersifat korosif terhadap logam
khususnya alumunium.
Pelindung permukaan
Kertas dengan lapisan kedap air, alumunium foil atau plastik
yang jernih bisa dipergunakan sebagai penutup permukaan yang
mudah tcrkontiminasi dengan darah atau saliva, yang sulit
didesinfeksi secara efektif misalnya pegangan lampu dan kepala
unit sinar-X. Penutup ini dibuka oleh personel yang
menggunakan sarung tangan pada akhir suatu tindakan
pembedahan, kemudian diganti dengan yang bersih (sesudah
melepas sarung tangan atau mengganti sarung tangan). Selama
prosedur pembedahan, permukaan yang tidak terlindung
misalnya pengontrol kursi atau lampu operasi bisa diatur atau
digunakan tanpa menimbulkan kontaminasi dengan
menggunakan sponge bedah 4x4 dan tangan yang memakai
sarung tangan sebagai barier tambahan. Idealnya pengontrolan
dengan tangan sebaiknya dihindarkan atau dikurangi. Tempat
Page 36
kumur, dispenser untuk sabun dan pengontrol kursi sebaiknya
menggunakan peralatan yang bisa dioperasikan dengan kaki.
Peralatan yang tajam
Peralatan tajam yang biasanya digunakan di dalam prosedur
bedah mulut dan sering terkontaminasi darah dan saliva
misalnya, jarum suntik, jarum jahit, man (blade) skapel, elevator
periosteal, dan elevator akar, dianggap berpotensi untuk
menginfeksi dan harus ditangani dengan cara khusus untuk
mencegah luka yang tidak sengaja. Untuk menghindari kontak
yang tidak diperlukan, semua peralatan disposibel ditempatkan
di dalam wadah yang diletakkan sedekat mungkin dengan
tempat pengguna-annya. Jarum yang kotor jangan
dibengkokkan, dipatahkan/ ditutup, atau dengan kata lain jangan
dipegang dengan tangan. Untuk pengulangan suntikan anestesi
lokal, sebaiknya jarum ditempatkan terbuka di atas tempat yang
steril ketimbang harus melepas tutup jarum sekali lagi. Kunci
keberhasilan penanganan alat-alat tajam yang terkontaminasi
adalah mengurangi frekuensi pemakaiannya sehingga
menurunkan kesempatan terjadinya tusukan atau goresan yang
tidak disengaja. Secara umum, semua alat yang disposibel
diautoklaf dulu sebelum dibuang. Pada kasus perawatan pasien
yang menular, peralatan disposibel dibungkus rangkap dua
sesegera mungkin sesudah digunakan.
Alat
Langkah persiapan alat adalah sebagai berikut:
Menghilangkan debris
Diperlukan ruangan atau tempat terpisah untuk mempersiapkan
peralatan. Bak yang dibuka untuk menyikat alat biasanya
dianggap sudah terkontaminasi dan tidak boleh digunakan untuk
mencuci tangan. Apabila bak cuci tangan yang terpisah tidak
Page 37
ada, maka bak tersebut harus diguyur dan didekontaminasi
dahulu dengan menggunakan desinfektan yang terdapat dalam
EPA. Orang yang menyikat peralatan harus memakai sarung
tangan yang tebal. Semua saliva, darah, atau sisa jaringan
dibersihkan sebelum dilakukan sterilisasi dan desinfeksi.
Dianjurkan memakai pembersih ultrasonik.
Pengemasan peralatan
Membungkus peralatan yang benar, baik menggunakan kain
yang bisa dipakai ulang, atau menggunakan bungkus sekali
pakai ialah dengan dua lapis. Semua peralatan yang berengsel
harus dalam keadaan terbuka. Pengemasan ini dilengkapi
dengan pita indikator yang peka panas atau uap yang dengan
perubahan warnanya bisa menunjukkan bahwa bungkusan
tersebut sudah diautoklaf. Sebaiknya alat dibungkus dalam
plastik jernih yang diklip, diplester, atau direkat dengan pita
indicator. Tanggal dilakukannya autoklaf dicatat pada bagian
luar setiap bungkusan. Peralatan yang dibungkus hanya satu
lapis harus diautoklaf lagi dalam 30 hari, sedangkan yang
dibungkus rangkap dua dapat bertahan sampai enam bulan.
Peralatan siap pakai/ disposable
Sterilitas dapat dengan mudah dipastikan pada keadaan
kritis alat-alat siap pakai. Yang paling penting ialah jarum suntik
yang digunakan untuk anestesi local atau bahan yang lain. Jarum
tersebut terbungkus sendiri-sendiri dan disterilkan, sehingga
dijamin ketajaman dan sterilitasnya. Pemasangan jarum pada
selubungnya jangan dilakukan dengan tangan. Apabila tidak ada
alternatif lain untuk memasang selubung jarum, maka bisa
digunakan hemostat/ needle holder.
Benang dan jarum jahit juga tersedia dalam bentuk siap
pakai. Ini ialah yang disebut armed suture yaitu jarum yang
Page 38
disatukan dengan benang jahitnya. Bilah skapel dan kombinasi
bilah tangkai juga tersedia dalam bentuk steril untuk sekali
pemakaian. Sarung tangan steril baik yang panjang maupun
yang pendek menjamin adanya asepsis dan dibungkus rangkap
dua untuk menjamin bahwa pada waktu pemakaian tidak
terkontaminasi. Sebagian besar agen hemostatik, bahan
pengganti tulang aloplastik, dan material untuk implan tidak
membutuhkan sterilisasi lagi.
Sponge dan bahan-bahan dressing biasanya tersedia dalam
bungkusan steril yang terpisah. Penutup yang steril, idealnya
dengan pelindung plastic digunakan apabila diperkirakan akan
terjadi kontaminasi oleh darah atau saliva. Sebagian peralatan
dibungkus dengan system peel down. Dibungkus rangkap dua
sehingga memungkinkan orang yang tidak menggunakan sarung
tangan membuka dan menyerahkan isinya kepada orang lain
yang sudah memakai sarung tangan atau menaruh isinya di atas
tempat yang steril. Apabila bungkusnya sobek, peralatan
tersebut sebaiknya jangan digunakan. Meskipun bisa diautoklaf,
tidak ada peralatan disposable yang boleh digunakan ulang.
Meja tempat instrumen steril
a. Meja instrumen diatur oleh scrub nurse.
b. Terdiri dari alat-alat yang steril dan semua instrumen yang
dapat digunakan dalam bedah mulut.
c. Meja ini tidak boleh sampai terkontaminasi selama operasi
sedang berjalan.
d. Meja instrumen sebaiknya di tutupi oleh kain steril.
e. Peralatan yang dibutuhkan di transfer ke rak mayo dengan
penjepit instrumen yang steril.
Untuk menentukan tingkat sterilisasi/ desinfeksi yang layak,
maka alat-alat digolongkan sesuai dengan penggunaan dan
aplikasinya, yaitu:
Page 39
1) Alat-alat kritis
Untuk menentukan tingkat sterilisasi/ desinfeksi yang
layak, maka alat-alat digolongkan sesuai dengan penggunaan
dan aplikasinya. Alat-alat kritis ialah alat yang berkontak
langsung dengan daerah steril pada tubuh yaitu semua
struktur atau jaringan yang tertutup kulit/ mukosa, karena
semua ini mudah terserang infeksi. Peralatan kritis harus
steril sebelum digunakan. Termasuk dalam kategori ini yaitu
jarum suntik, scalpel, elevator, bur, tang, jarum jahit, dan
peralatan untuk implantasi (misalnya implan, bahan
aloplastik dan bahan hemostatik). Apabila memungkinkan
sebaiknya peralatan disterilisasi dengan autoklaf.
Kelayakan tingkat sterilitas bisa diuji seminggu sekali
dengan menggunakan peralatan tes spora. Kontrol berikutnya
untuk membuktikan bahwa autoklaf sudah dilakukan ialah
menggunakan indikator yang peka terhadap panas/ uap yang
ditempelkan di luar pembungkus alat. Apabila penggunaan
autoklaf tidak memungkinkan, desinfeksi yang sangat baik
dapat dicapai dengan menggunakan bahan kimia yang
terdaftar pada US Environmental Protection Agency (EPA),
waktu pemaparan tergantung pada instruksi pabrik. Diikuti
dengan pembasuhan menggunakan air steril. Cara lain untuk
mensterilkan ialah dengan merendam dalam air mendidih
selama paling sedikit 10 menit.
2) Alat-alat semi kritis
Peralatan semikritis ialah alat-alat yang bisa bersentuhan
tapi sebenarnya tidak dipergunakan untuk penetrasi ke
membran mukosa mulut. Meskipun terkontaminasi oleh
saliva dan darah, alat tersebut biasanya tidak membawa
kontaminan ke daerah steril di dalam tubuh. Kaca mulut dan
alat lain yang digunakan untuk pemeriksaan dan tes termasuk
dalam kategori ini. Handpiece digunakan untuk bedah mulut
Page 40
idealnya bisa diautoklaf. Jika harus menggunakan handpiece
yang lain, maka setiap selesai pemakaian sebaiknya
dilakukan pengurasan air pendingin 20-30 menit, kemudian
disikat di dalam air dan kotorannya dihilangkan dengan
sabun. Kemudian dengan hati-hati dilap dengan bahan
pengisap yang mengandung bahan antikuman yang terdaftar
di EPA sebagai desinfektan rumah sakit dan
micobakterisidal.
3) Alat-alat non kritis
Yaitu peralatan yang biasanya tidak berkontak dengan
membrane mukosa. Meliputi countertops, pengontrol posisi
kursi, kran yang dioperasikan dengan tangan, dan pengontrol
kotak untuk melihat gambar sinar X. Apabila terkontaminasi
dengan darah, saliva atau kedua-duanya, mula-mula harus
dilap dengan handuk pengisap kemudian didesinfeksi dengan
larutan antikuman yang cocok, misal 5000 ppm (pengenceran
larutan pemutih 1:10, clorox) atau 500 ppm (pengenceran
1:100 sodium hipoklorit). Harus hati-hati karena sodium
hipoklorit korosif terhadap logam.
2. PROSEDUR SELAMA OPERASI
a. Semua petugas yang akan melakukan operasi mencuci tangan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
b. Memakai jas yang steril menurut cara yang berlaku.
c. Memakai sarung tangan sesuai dengan ukuran.
d. Asisten instrumen menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan sesuai dengan
kebutuhan operasi diatas meja instrumen yang sebelumnya dialas dengan
2 lapis kain steril.
e. Asisten operasi mengadakan desinfeksi di daerah operasi menurut
ketentuan yang berlaku.
f. Asisten operasi menutup tubuh pasien dengan doek steril yang
berlubang pada daerah yang akan dioperasi.
Page 41
g. Petugas melakukan sesuai dengan yang dibutuhkan dan memonitor
keadaan pasien kemudian melaporkan ke operator bahwa operasi dapat
dimulai.
h. Operator dan asisten operator melakukan operasi.
i. Petugas yang lain yang tidak ikut serta dalam operasi siap ditempat untuk
keperluan mendadak.
j. Selain itu, ada juga hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam prosedur
perawatan selama operasi, yaitu sebagai berikut.
Mengatur posisi yang sesuai untuk pasien maksudnya dengan
diberikan posisi yang sesuai diperlukan untuk memudahkan operasi
dan juga untuk menjamin keamanan fisiologis pasien. posisi yang
diberikan pada saat operasi disesuaikan dengan kondisi pasien.
Mempertahankan keadaan asepsis selama operasi.
Menjaga kestabilan temperatur pasien artinya temperatur di kamar
operasi dipertahankan pada suhu standar kamar operasi dan
kelembabannya diatur untuk menghambat pertumbuhan bakteri.
Memonitor terjadinya hipertermi malignan artinya monitoring
kejadiannya hipertermi malignan diperlukan untuk mencegah
terjadinya komplikasi berupa kerusakan sistem saraf pusat atau
bahkan kematian. Monitoring secara kontinu diperlukan untuk
menentukan tindakan pencegahan dan penangan sedini mungkin
sehingga tidak menimbulkan komplikasi yang dapat merugikan pasien
Melakukan penutupan luka operasi artinya penutupan luka dilakukan
lapis demi lapis dengan menggunakan benang yang sesuai jenis
jaringan. Penutupan kulit menggunakan benang bedah untuk
mendekatkan tepi luka sampai dengan terjadinya penyembuhan
operasi. Luka yang terkontaminasi dapat terbuka seluruhnya atau
sebagian saja. Ahli bedah memiliki metode dan tipe jahitan atau
penutupan luka berdasarkan daerah operasi, ukuranya,dan dalam luka
operasi serta usia dan kondisi pasien. setelah luka operasi dijahit
kemudian dibalut dengan kain dengan kassa steril untuk mencegah
kontaminasi luka, mengabsorpsi drainage, dan membantu penutupan
Page 42
incisi. Jika penyembuhan luka terjadi tanpa komplikasi, jahitan
biasanya bisa dibuka setelah 7- 10 hari tergantung letak lukanya.
Drainase artinya drain ditempatkan pada luka operasi untuk
mengalirkan darah, serum, debris, dari tempat operasi yang bila tidak
dikeluarkan dapat memperlambat penyembuhan luka dan
menyebabkan terjadinya infeksi.
Memindahkan pasien dari ruang operasi ke ruangan pemulihan/ ICU
artinya sesudah operasi, tim kesehatan atau tim operasi akan
memberikan pasien pakaian yang bersih, kemudian memindahkan
pasien dari meja operasi ke barankard. Selama pembedahan ini tim
pembedahan memberikan salah satu preposisi yaitu dengan terjadinya
kehilangan panas, infeksi respirasi, dan shock, mencegah luka operasi
terkontaminasi serta kenyamanan pasien.
k. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam prosedur perawatan selama
operasi, yaitu :
Kontrol lokal untuk perdarahan
Jika pasien dalam kondisi memuaskan atau stabil perhatikan bagian
yang mengalami perdarahan. Suction dan penerangan yang baik
merupakan persyaratan utama. Apabila bagian yang mengalami
perdarahan sudah ditemukan, lakukan anestesi lokal supaya perawatan
tidak menyakitkan. Bekuan darah yang ada di bersihkan dan
dikeringkan. Apabila perdarahan berasal dari tulang, maka alveolus
diisi dengan sponge gelatin yang dapat diabsorbsi (Gelfoam) atau
sponge kolagen mikrofibrilar (Helistat Avitene).
Kontrol rasa sakit
Pengontrolan rasa sakit sangat tergantung pada dosis dan cara
pemberian obat/ cara kerjasama pasien. Rasa sakit pada awal
pencabutan gigi, terutama sesudah pembedahan untuk gigi erupsi
maupun impaksi, dapat sangat menggangu. Orang dewasa sebaiknya
mulai meminum obat pengontrol rasa sakit sesudah makan tetapi
sebelum timbulnya rasa sakit. Pada 8 jam pertama setelah
Page 43
pembedahan, dosis dewasa untuk obat analgesik non-narkotik atau
narkotik dapat dilipatgandakan. Meskipun kontrol rasa sakit tidak
menimbulkan masalah pada anak-anak, baik karena sifatnya atau sifat
dari prosedur yang dialaminya, suspensi pediatrik yang berisi agen
narkotik atau kombinasi non-narkotik/narkotik dapat digunakan.
Lebih sering dosis resep yang diberikan lebih rendah dari yang
seharusnya karena sikap hati-hati yang timbul akibat seringnya
penyalahgunaan obat.
Kontrol Bakteremia
Resiko yang benar-benar merupakan ancaman bagi pasien yang dapat
menyebabkan bakteremia adalah bila keutuhan mukosa terputus dan
ada perdarahan. Untuk mengurangi ancaman bakteremia digunakan
antibiotik profilaktik pada pasien yang mengalami gangguan
mekanisme pertahanan tubuh pada kondisi-kondisi yang mudah
mengalami serangan infeksi. Pasien dengan kelainan jantung
merupakan kasus terbanyak, cenderung memerlukan perhatian yang
lebih banyak. Termasuk dalam kelompok tersebut adalah pasien
dengan penyakit jantung kongenital, penyakit katup jantung, atau
riwayat pernah terserang demam rematik. Terapi antibiotik profilaksis
untuk pasien-pasien tersebut diarahkan untuk pencegahan endokarditis
bakterial subakut.
Gambar 16. Salah satu contoh prosedur selama operasi
Page 44
3. PROSEDUR SESUDAH OPERASI
a. Operator/ asisten operator setelah selesai operasi membuka doek penutup
pasien.
b. Asisten instrumen operator mengumpulkan kembali alat yang dipakai dan
menghitung apakah sudah cukup jumlahnya dan dimasukkan kembali ke
loyang untuk dicuci.
c. Pasien dibersihkan oleh petugas OK dan dipasangi pakaian.
d. Dipindahkan ke ruang pulih sadar, diawasi pelaksana anestesi dan petugas
pulih sadar, sampai keadaan pasien membaik.
e. Petugas kamar operasi (OK) lainnya membersihkan meja operasi dan alat
lain yang dipakai misal: suction, oksigen dan lain-lain.
f. Setelah keadaan umum pasien baik, pasien dipindahkan ke ruang
perawatan dengan brankar bedah, bersama status pasien.
g. Petugas kamar operasi (OK) mencatat ke dalam buku register.
4. PROSEDUR PENCATATAN
a. Data pasien dicatat dalam buku register kamar OK termasuk nama
pasien, dokter yang merawat pasien.
b. Petugas anestesi mencatat tindakan dan medikasi yang dilakukan selama
operasi.
c. Operator/ asisten operator mencatat laporan operasi di lembar C beserta
tindakan yang dilakukan operator maupun anestesi dan petugas
memindahkan ke buku register OK.
d. Kalau ada permeriksaan patologi anatomi (PA) harus mengisi formulir
untuk permintaan patologi anatomi (PA).
e. Setiap awal bulan petugas administrasi OK membuat laporan kegiatan di
lembar C.
f. Operator menandatangani formulir permintaan permeriksaan patologi
anatomi (PA).
g. Petugas kamar operasi (OK) setiap hari membuat laporan kegiatan
yang akan diserahkan kepala seksi medis/ perawatan.
h. Petugas kamar operasi (OK) membuat laporan inventaris.
Page 45
5. PROSEDUR PENANGANAN PASIEN YANG MENINGGAL SELAMA
OPERASI
a. Dokter dan operator menjelaskan kepada keluarga sehingga dapat
dimengerti dengan jelas.
b. Jenazah disemayamkan sementara 2 jam di ruangan khusus di wilayah
OK.
c. Perawat OK memberitahukan ke petugas kamar jenazah bahwa ada pasien
meningggal di kamar OK.
d. Jenazah dibawa ke kamar jenazah oleh petugas OK ditimbang-terimakan
dengan petugas jenazah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pedersen, Gordon W. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. 1996. Jakarta :
EGC.
2. Miloro, Michael. Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial Surgery
2nd Ed. 2004. London: BC Decker.
3. Akbari, Hakiki. Standar Pelayanan Kamar Operasi. 2009. Cirebon:
Rumah Sakit Budi Luhur.
Page 46
4. Prasetijono, P.S. Tesis “Rancangan Sistem Informasi Pemanfaatan
Kamar Operasi (OK) Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang”.
Semarang: Universitas Diponegoro. 2009.
5. Guwandi, J,SH. Aspek Hukum dan Manajemen Resiko di Kamar Bedah.
1999. Makalah disajikan dalam Lokakarya Perdhaki, Jakarta.
6. Dirjen Yanmed. Pedoman Pelayanan dan Penyelenggaraan Rumah Sakit.
2008. Depkes RI.