SINUSITIS MAKSILARIS KRONIK Sophia Laura Longginus Arief T.
SINUSITIS MAKSILARIS KRONIK
Sophia Laura
Longginus Arief T.
PENDAHULUAN Sinusitis merupakan penyakit dengan
presentasi yang signifikan didalam populasi dan dapat menyebabkan morbiditas jangka panjang Sinusitis adalah penyakit multifaktorial.
Penyebab Sinusitis akut adalah Rhinitis Akut, Infeksi Faring seperti Faringitis, Adenoiditis dan tonsilitis akut, selain itu juga dapt disebabkan infeksi rahang atas (dentogen) dan trauma
Diawali dengan sumbatan ostium sinus akibat proses inflamasi pada ostium sinus, kejadian sinusitis ini dipermudah oleh adanya faktor – faktor predisposisi baik lokal maupun sistemik
RUMUSAN MASALAH Bagaimana etiologi dan patofisiologi Sinusitis
Maksilaris Kronik? Bagaimana diagnosa dan penatalaksanaan
Sinusitis Maksilaris Kronik?
TUJUAN Tujuan Umum
Untuk mengetahui Etiologi dan Patofisiologi dari Sinusitis Maksilaris Kronik
Tujuan KhususUntuk memahami bagaimana cara mendiagnosa Sinusitis Maksilaris Kronik serta penatalaksanaannya.
MANFAAT PENULISAN Menambah wawasan mengenai ilmu
kedokteran pada Umumnya dan ilmu telinga hidung dan tenggorokan pada khususnya.
Sebagai proses pembelajaran bagi Dokter Muda yang sedang mengikuti Kepaniteraan Klinik Telinga, Hidung dan Tenggorok.
TINJAUAN PUSTAKA Anatomi Hidung Bagian Luar
Hidung luar berbentuk pyramid dengan pangkal hidung dibagian atas dan puncaknya berada dibawah. Hidung bagian luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat.
Otot – otot ala nasi terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok dilator, terdiri dari muskulus dilator nares (anterior dan posterior), muskulus proserus, kaput angular muskulus kuadratus labil superior dan kelompok konstriktor yang terdiri dari muskulus depressor septi
Anatomi Hidung Bagian DalamHidung bagian dalam dipisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya menjadi cavum nasi kanan dan kavum nasi kiri yang tidak sama ukurannya. Rongga Hidung dilapisi oleh membran mukosa yang melekat erat pada periostium dan perikondrium, sebagian besar mukosa ini mengandung pembuluh darah, kelenjar mukosa dan kelenjar serousa dan ditutupi oleh epitel torak berlapis semu mempunyai silia.
Kavum nasi terdiri dari :1.Dasar Hidung
Dibentuk Oleh Prosesus Palatina os Maksila dan Prosesus horizontal os palatum.
2.Atap HidungTerdiri dari kartilago lateralis superior dan inferior, os nasal prosesus frontalis, os maksila, korpus os etmoid dan korpus os stefoid.
3. Dinding LateralDinding lateral dibentuk oleh permukaan dalam prosesus frontalis os maksila,os lakrimalis, konka superior, konka media, konka inferior, lamina perpendikularis os palatum, dan lamina pterigoideus medial.
4. Konka nasi pada dinding lateral terdapat 4 buah konka, yaitu konka inferior, konka media, konka superior dan konka suprema
5. Meatus nasiDiantara konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang disebut meatus.
6. Dinding medialdinding medial nya adalah septum nasi
TULANG – TULANG PEMBENTUK DINDING LATERAL HIDUNG
1. Nasal2. Frontal3. Etmoid4. Sfenoid5. Maksila6. Prosesus palatina
horizontal7. Konka superior (etmoid)8. Konka media (etmoid)9. Konka inferior10. Foramene sfenopalatina11. Lempeng pterigoid
media12. Hamulus pterigoid
media
MEATUS PADA DINDING LATERAL HIDUNG
Sebuah lapisan tulang kecil menonjol dari tulang etmoid yang menutupi sinus maksila di sebelah lateral dan membentuk sebuah jalur di belakang media. Bagian tulang kecil ini dikenal sebagai prosesus unsinatus.
Anatomi Sinus Paranasal Seluruh sinus dilapisi oleh epitel saluran
pernapasan yang mengalami modifikasi dan mampu menghasilkan mukus dan bersilia,sekret disalurkan ke dalam rongga hidung. Pada orang sehat,sinus terutama berisi udara.
Ada empat pasang sinus paranasal mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga terbentuk rongga di dalam tulang.
Anatomi Sinus Maksilaris Sinus paranasal dalam
kondisi normal mengalirkan sekresi dari mukosa ke daerah yang berbeda dalam kavum nasi. Aliran sekresi sinus sfenoid menuju resesus sfenoetmoid, sinus frontal menuju infundibulum meatus media, sinus etmoid anterior menuju meatus media, sinus etmoid media menuju bulla etmoid dan sinus maksila menuju meatus media.
Anatomi Sinus Maksilaris Dinding anterior sinus ialah permukaan fasial
osmaksila yang disebut fosa kanina, dinding posteriornya adalah permukaan infra-temporal maksila, dinding medialnya ialah dinding lateral rongga hidung dinding superiornya adalah dasar orbita dan dinding inferior ialah prosesus alveolaris dan palatum. Ostium sinus maksila berada disebelah superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui infindibulum etmoid.
Inervasi Sinus maksilaris diinervasi oleh rami maksilaris. Secara rinci, nervus palatina mayor dan nervus infraorbital.
Suplai DarahSinus maksilaris disuplai oleh arteri maxillaris interna. Arteri ini termasuk mempercabangkan arteri infraorbitalis (berjalan bersama nervus infraorbitalis), sphenopalatina rami lateralis, palatina mayor dan arteri alveolaris.
Pembahasan Dari anamnesis didapatkan keluhan utama
sinusitis akut ialah hidung tersumbat disertai nyeri/rasa tekanan pada muka dan ingus purulen, yang sering sekali turun ke tenggorok (post nasal drip). Dapat juga disertai gejala sistemik seperti demam dan lesu. Keluhan nyeri atau rasa tekanan di daerah sinus yang terkena, merupakan ciri khas sinusitis akut, serta kadang-kadang nyeri juga dirasakan di tempat lain (reffered pain). Nyeri pipi, gigi, dahi dan depan telinga menandakan sinusitis maksila
Gejala Mayor dan Minor pada Diagnosis Sinusitis Maksilaris Akut
Gejala Mayor Gejala Minor
Nyeri atau rasa tertekan pada muka Sakit kepala
Kebas atau rasa penuh pada muka Demam (pada sinusitis kronik)
Obstruksi hidung Halitosis
Sekret hidung yang purulen, post nasal drip Kelelahan
Hiposmia atau anosmia Sakit gigi
Demam (hanya pada rinosinusitis akut)
Batuk
Nyeri, rasa tertekan atau rasa penuh pada telinga
Diagnosis ditegakkan dengan dua gejala mayor atau satu gejala mayor ditambah dengan dua gejala minor lebih dari 7 hari
SINUSITIS MAKSILARIS KRONIK Sinusitis maksilaris kronik infeksi pada sinus
maksillaris yang berlangsung selama beberapa bulan atau tahun. Pada sinusitis akut, perubahan patologik membrana mukosa berupa infiltrat polimorfonuklear, kongesti vaskular dan deskuamasi epitel permukaan, yang semuanya reversible. Sedangkan pada sinusitis maksilaris kronik adalah kompleks dan irreversible,epitel permukaan tampak mengalami deskuamasi, regenerasi, atau metaplasia.
Etiologi
RinogenSeringkali sinusitis maksilaris ini dapat disebabkan oleh peradangan melalui hidung, rhinitis, kelainan anatomi hidung, komplikasi akibat trauma,polip dan ca nasofaring.
Dentogen Adanya peradangan periapikal mengakibatkan destruksi dan resorbsi tulang sekitar gigi. Teknik pencabutan yang kurang baik pada gigi P atau M atas akan mengakibatkan terambilnya sebagian dasar sinus yang mengelilingi gigi tersebut. Kebanyakan gigi yang impacted pada rahang atas seperti C, P, dan M, hanya dipisahkan oleh tulang tipis atau hanya lapisan epitel saja terhadap dinding sinus.Dengan demikian pengambilan secara sectional memungkinkan akar masuk kedalam sinus.
Patofisiologi dan Faktor Predisposisi
Kegagalan mengobati sinusitis akut, atau berulang secara adekuat akan menyebabkan regenerasi epitel permukaan bersilia yang tidak lengkap, akibatnya terjadi kegagalan mengeluarkan sekret sinus
Sumbatan drainase dapat pula ditimbulkan perubahan struktur ostium sinus, atau oleh lesi dalam rongga hidung misalnya, hipertrofi adenoid, tumor hidung dan nasofaring, dan suatu septum deviasi.
Siklus dari peristiwa yang berulang yang mengarah pada sinusitis kronik.
Faktor-faktor predisposisi sinusitis maxillaris adalah obstruksi mekanik, rinitis kronis serta rinitis alergi, polusi, udara dingin dan kering, riwayat trauma, menyelam, berenang, naik pesawat, riwayat infeksi pada gigi, infeksi pada faring. Rinitis merupakan faktor predisposisi yang paling penting dalam terbentuknya sinusitis
Gejala Dan Tanda Keluhan sinusitis maksillaris kronik tidak khas
sehingga sulit di diagnosa. Selama eksaserbasi akut, gejala mirip dengan
sinusitis akut; namun diluar masa itu, gejala berupa suatu perasaan penuh pada wajah dan hidung, hipersekresi yang seringkali mukopurulen dan bau.
Hidung biasanya sedikit tersumbat, dan tentunya ada gejala-gejala faktor predisposisi, seperti rinitis alergika yang menetap, dan keluhan – keluhannya yang menonjol.
Pemeriksaan Fisik
Dari rhinoskopi anterior dan rhinoskopi posterior didapatkan pus yang kadang – kadang bercampur darah terutama pada meatus medius.
Saat dipalpasi didapat nyeri yang kadang juga tidak dirasakan.
Mengecek apa ada karies gigi digeraham atas. Transiluminasi tampak gelap pada sinus yang
sakit.
Pemeriksaan Penunjang
• X foto waters didapatkan adanya perselubungan atau kadang – kadang air fluid level di sisi yang sakit.
• Endoskopi nasal : melihat rongga hidung dan meatus medius lebih jelas.
• CT scan : kadang – kadang diperlukan khususnya untuk menyingkirkan kemungkinan keganasan atau bila di siapkan untuk tindakan pembedahan.
Diagnosa Banding
Diagnosa banding dari sinusitis maksilaris kronik adalah :
- Karsinoma sinus maksilaris.- Ozaena.- Benda asing dalam rongga hidung.
Skema penatalaksanaan rinosinusitis kronik dengan atau tanpa polip hidung pada dewasa untuk pelayanan kesehatan primer dan dokter spesialis non THT berdasarkan European Position Paper on Rhinosinusitisnand Nasal Polyps 2007
Penatalaksanaan Konservatif : 1. Antibiotik2. Tetes Hidung Aktif :1. Irigasi 1 minggu/ kali ( jika dalam 5 – 7 x tidak
membaik dilakukan operasi)2. Apabila ada fokal infeksi gigi dilakukan ekstraksi3. Perawatan gigi apabila ada penyebab dentogen.4. Bedah : 5. Nasoantrostomy : membuat fenestra (saluran
penghubung) naso-antral.6. Operasi caldwell luc :
Cadwell luc Insisi di plika ginggivo
labialis/ buccalis. Sinus maksilaris dibuka
melalui fossa canina. Kuret semua mukosa
sinus maksilaris. Buat jendela atau lubang
ke cavum nasi (meatus inferior)
Pasang tampon Boorzalf Irisan di jahit Cabut tampon setelah 2
x 24 jam