Top Banner
SUPLEMEN 2 PANDUAN KELEMBAGAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL SUPLEMEN PEDOMAN E-KKP3K Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan
51

02 Suplemen Kelembagaan

Jan 21, 2017

Download

Documents

phungthuy
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 02 Suplemen Kelembagaan

iPanduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

SUPLEMEN 2PaNdUaN KELEMbagaaN KawaSaN KoNSErvaSi PErairaN,

PESiSir daN PULaU-PULaU KEciL

SUPLEMEN PEDOMAN E-KKP3K

Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Kementerian Kelautan dan Perikanan

Page 2: 02 Suplemen Kelembagaan

ii Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil iiiPanduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

SUPLEMEN 2PaNDUaN KELEMbagaaN KawaSaN KoNSErvaSI PEraIraN,

PESISIr DaN PULaU-PULaU KEcIL

PENgarah:Menteri Kelautan dan Perikanan

Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

PENaNggUNg Jawab:agus Dermawan – Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan

PENyUSUN:Syamsul bahri Lubis

SurajiNilfa rasyidM. Saefudin

Dyah retno wulandariririn widiastutik

Tendy Kuhajaasri S. Kenyo h

Muschan ashariantung r. Jannahahmad Sofiullah

yusuf arief afandiM. Khazaliagdalena

Dipersilahkan mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan mencantumkan sumber sitasi.

©2014Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan

Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau KecilKementerian Kelautan dan Perikanan

gedung Mina bahari III Lantai 10Jalan Medan Merdeka Timur No 16 Jakarta Pusat 10110

Telp./Fax: (021) 3522045, Surel: [email protected] resmi: http://kkji.kp3k.kkp.go.id

KaTa PENgaNTar

Buku ini disusun untuk menjelaskan aspek kelembagaan kawasan konservasi yang tercantum dalam Keputusan Direktur Jenderal KP3K Nomor Kep. 44/KP3K/2012 tentang Pedoman Teknis Evauasi Efektivitas Pengelolaan kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (E-KKP3K). Panduan

Penyusunan ini merupakan bagian dari seri panduan suplemen E-KKP3K yang terdiri atas: Panduan Identifikasi, Panduan rencana Pengelolaan dan Zonasi, Panduan Kelembagaan, Panduan Sarana dan Prasarana, Panduan Pendanaan, Panduan Penetapan, Panduan Penataan batas; Panduan Monitoring biofisik (Sumberdaya Kawasan); dan Panduan Monitoring Sosial budaya dan Ekonomi.

Kami mengucapkan puji syukur kepada allah Subhanallahuwata’ala atas terselesaikannya penyusunan panduan ini. apresiasi dan penghargaan yang tinggi kami sampaikan kepada para pihak yang telah membantu penyusunan, pembahasan hingga terselesaikannya buku panduan ini terutama kepada LSM mitra yang tergabung dalam konsorsium Marine Protected area governance (cI, cTc, TNc, wcS , wwF) serta pihak lain yang tidak disebutkan satu per satu. Semoga bermanfaat.

Jakarta, 2014Tim Penyusun,

Page 3: 02 Suplemen Kelembagaan

iv Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil vPanduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

8. LAMPirAN 3 .................................................................................................................................... 80

Struktur organisasi balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (bKKPN) berdasarkan

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan republik Indonesia Nomor Per. 23/

Men/2008 Tentang organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kawasan

Konservasi Perairan Nasional

9. LAMPirAN 4 .................................................................................................................................... 81

Struktur organisasi Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional (LKKPN) berdasarkan

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan republik Indonesia Nomor Per. 23/

Men/2008 Tentang organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kawasan

Konservasi Perairan Nasional

10. LAMPirAN 5 .................................................................................................................................... 82

Peraturan walikota batam Nomor 31 Tahun 2010 Tentang Pembentukan Unit

Pengelola Teknis Kawasan Konservasi Laut Pada Dinas Kelautan Perikanan Peternakan

Dan Kehutanan Kota batam

11. LAMPirAN 6 .................................................................................................................................... 91

Keputusan walikota batam Nomor Kpts,72/bkd-Pk/Iv2011 Tentang Pengangkatan

Kepala Dan Kepala Sub bagian Unit Pengelola Teknis Di Lingkungan Kota batam

DAftAr tAbEL

Tabel 1 Uraian Untuk Peringkat 2 (Level Kuning) .................................................................. 6

Tabel 2 Uraian Untuk Peringkat 3 (Level hijau) ...................................................................... 14

Tabel 3 Uraian Untuk Peringkat 4 (Level biru) ........................................................................ 17

Tabel 4 Jenis Dan Tingkat Kompetensi Personil .................................................................... 19

dafTar iSi

1. PENDAhULUAN .............................................................................................................................. 1

1.1 Latar belakang ............................................................................................................................ 1

1.2 Tujuan ............................................................................................................................................ 1

2. UNit OrgANiSASi PENgELOLA DAN SDM....................................................................... 3

2.1 Pengertian ................................................................................................................................... 3

2.2 Uraian rinci ................................................................................................................................. 5

2.2.1 Kuning ................................................................................................................................ 5

2.2.2 hijau .................................................................................................................................... 13

2.2.3 biru ....................................................................................................................................... 17

3. CONtOh StrUKtUr SAtUAN UNit OrgANiSASi PENgELOLA ............................ 20

3.1 bidang/Seksi ............................................................................................................................... 20

3.2 Unit pelaksana teknis............................................................................................................... 22

3.3 badan layanan Umum Daerah (blud) Uptdkkpd ......................................................... 22

4. PENUtUP ........................................................................................................................................... 27

5. DAftAr PUStAKA ........................................................................................................................ 28

6. LAMPirAN 1 .................................................................................................................................... 29

contoh Keputusan Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan,

Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil

7. LAMPirAN 2 .................................................................................................................................... 68

contoh Peraturan/Keputusan Lembaga Pengelola Kawasan Konservasi Perairan,

Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil

Page 4: 02 Suplemen Kelembagaan

vi Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 1Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

PENdaHULUaN

1.1. Latar belakangPedoman Teknis Evaluasi Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir

dan Pulau-pulau Kecil (selanjutnya disebut Pedoman Teknis E-KKP3K), disusun dengan dua tujuan utama, yaitu memberikan pedoman untuk (1) mengevaluasi efektivitas pengelolaan sebuah kawasan konservasi, (2) mengembangkan sebuah kawasan konservasi disesuaikan dengan konteks ekologi, sosial-ekonomi dan politik dimana kawasan tersebut didirikan, ketersediaan sumberdaya manusia dan kapasitas teknisnya, serta dana. oleh karenanya, dengan mengacu pada Pedoman Teknis E-KKP3K, dapat dilakukan perencanaan bagi semua kegiatan yang perlu dilakukan agar arah pengembangan kawasan konservasi sesuai dengan yang diharapkan sekaligus meningkatkan kinerja pengelolaan.

Sebuah kawasan konservasi, setelah dicadangkan oleh pemerintah harus membangun perangkat pengelolaan diantaranya adalah unit organisasi pengelola berikut sumberdaya manusianya (SDM). Dengan dibentuknya unit organisasi pengelola beserta SDM, maka terdapat pengelola kawasan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan kawasan.

Panduan ini merupakan suplemen atau pelengkap dari Pedoman Teknis E-KKP3K dan sebagai bagian dari satu seri panduan yang dikembangkan dalam konteks pengelolaan dan tata-kelola sebuah kawasan konservasi.

1.2. tujuanTujuan penyusunan suplemen panduan kelembagaan ini adalah:1. Memberikan penjelasan dan uraian yang lebih lengkap terkait pertanyaan-

pertanyaan aspek kelembagaan pengelolaan dalam Pedoman Teknis E-KKP3K.2. Memberikan pengertian dan pemahaman yang lebih lengkap dalam penyusunan

unit organisasi pengelola dan SDM guna mendukung pengelolaan kawasan konservasi perairan yang efektif.

Page 5: 02 Suplemen Kelembagaan

2 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 3Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

2. UNiT orgaNiSaSi PENgELoLa daN SdM

2.1. PengertianUnit organisasi pengelola dan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu

aspek tata kelola penting dalam kegiatan pengelolaan kawasan yang menentukan efektifitas penyelenggaraan pengelolaan KKP3K. Dalam PP 60 Tahun 2007, Pasal 15, menyebutkan KKP yang telah ditetapkan dikelola oleh Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya, sedangkan pengelolaannya dilakukan oleh satuan unit organisasi pengelola sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dengan demikian maka unit organisasi pengelola KKP3K merupakan perangkat dari pemerintah atau pemerintah daerah, bukan pihak lain.

Secara umum, unit organisasi pengelola diartikan sebagai lembaga yang ditunjuk dan ditetapkan untuk bertanggung jawab dalam pengelolaan KKP3K. Dalam pelaksanaan tanggung jawab tersebut, unit organisasi pengelola dapat bermitra dengan stakeholders dalam rangka mencapai tujuan pengelolaan yang efektif. SDM diartikan sebagai potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai mahluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. Dalam pengertian praktis sehari-hari SDM lebih dimengerti sebagai bagian integral dari sistem yang membentuk suatu organisasi.

berikut adalah uraian mengenai kelembagaan (unit organisasi pengelola dan SDM) pengelolaan kawasan konservasi dalam diagram alur:

Page 6: 02 Suplemen Kelembagaan

4 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 5Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

berikut adalah prinsip dasar pengembangan kelembagaan pengelolaan kawasan konservasi:

1. Kawasan konservasi dikelola oleh pemerintah atau pemerintah daerah sesuai ketentuan yang berlaku;

2. Setiap kawasan konservasi wajib memiliki satuan unit organisasi pengelola sesuai ketentuan yang berlaku;

3. Satuan unit organisasi pengelola kawasan konservasi ditetapkan oleh Menteri/Kepala Daerah sesuai kewenangan dalam ketentuan peraturan yang berlaku;

4. Jumlah SDM, kualifikasi dan struktur organisasi disesuaikan dengan kebutuhan pengelolaan kawasan dan sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.

2.2. Uraian rinciPembentukan unit organisasi pengelola dan SDM kawasan konservasi pada

hakikatnya baru dimulai pada tingkat kawasan konservasi didirikan (kuning). Pada tingkat ini petugas pengelola ditunjuk setelah sebuah KKP3K dicadangkan untuk mempersiapkan pengelolaan kawasan sebagai mandat dari pencandangan KKP3K. Selanjutnya dibentuk unit organisasi pengelola dan SDM-nya yang dikembangkan sampai pada tingkat kawasan konservasi dikelola minimum (hijau) dan dikelola optimum (biru).

2.2.1. KUNiNgUnit organisasi pengelola dan SDM untuk pengelolaan kawasan konservasi di peringkat

kuning pada Pedoman Teknis E-KKP3K disajikan pada tabel berikut.

8

Kaw

asan

Did

irika

n

Kaw

asan

Dik

elol

a M

inim

um

Kaw

asan

dik

elol

a O

ptim

um

Kaw

asan

Man

diri

Kaw

asan

Diin

isia

si

Bel

um a

da

orga

nisa

si

peng

elol

a

Ada

or

gani

sasi

pe

ngel

ola

Org

anis

asi

peng

elol

a m

inim

um

Org

anis

asi

Peng

elol

a op

timum

Org

anis

asi

Peng

elol

a m

andi

ri da

n be

rkel

anju

tan

Su

dah

ada

orga

nisa

si

peng

elol

a

Org

anis

asi p

enge

lola

m

emili

ki S

DM

yan

g di

teta

pkan

den

gan

SK

Ju

mla

h SD

M p

enge

lola

di

uni

t org

anis

asi

peng

elol

a m

emad

ai

untu

k m

enja

lank

an

orga

nisa

si

SD

M p

enge

lola

tela

h m

egik

uti p

elat

ihan

das

ar

kons

erva

si

Jm

l SD

M p

ada

unit

Org

anis

asi p

enge

lola

ses

uai

dgn

fung

si p

enge

lola

an

(pen

gaw

asan

, mon

itori

ng

sda,

sos

ekbu

d)

K

ualif

ikas

i min

imum

SD

M

tela

h m

engi

kuti

2 ko

mpe

tens

i m

inim

um (b

erik

ut

pere

ncan

aan,

mon

ev,

peng

awas

an, p

enel

itian

, m

onito

ring

sda

, sos

ekbu

d)

Te

lah

men

gini

sias

i kem

itraa

n dg

n pe

man

gku

kepe

ntin

gan

K

ualif

ikas

i SD

M p

ada

unit

orga

nisa

si

peng

elol

a se

suai

den

gan

kom

pete

nsi y

ang

dibu

tuhk

an

K

emitr

aan

deng

an

pem

angk

u ke

pent

inga

n te

lah

berja

lan

deng

an

baik

dan

ber

dam

pak

posi

tif

Page 7: 02 Suplemen Kelembagaan

6 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 7Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

K9: Petugas pengelola kawasan konservasiberdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 02 Tahun 2009 tentang

Tata cara Penetapan Kawasan Konservasi Perairan dan Nomor 17 Tahun 2008 tentang Kawasan Konservasi di wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, pada saat sebuah kawasan konservasi dicadangkan melalui surat keputusan menteri atau surat keputusan gubernur/bupati (contoh Keputusan tentang Pencadangan Kawasan Konservasi sebagaimana Lampiran 1), terdapat butir-butir ketentuan untuk ditindaklanjuti antara lain penyiapan/penunjukan unit organisasi pengelola atau dinas terkait urusan kelautan dan perikanan di propinsi atau kabupaten untuk menindaklanjuti keputusan tersebut. Tindak lanjut yang diperlukan misalnya: melakukan koordinasi dengan berbagai pihak dan mensosialisasikan pencadangan kawasan, menyiapkan unit organisasi pengelola, menyusun rencana pengelolaan dan zonasi, dan lainnya.

Untuk memenuhi kriteria EKKP3K secara penuh sebagaimana dimaksud pada pertanyaan poin K9, kawasan konservasi minimal harus memiliki Dokumen Legal Struktur organisasi dan/atau uraian TUPoKSI. artinya, kepala daerah diharuskan telah menunjuk susunan personel penanggungjawab teknis pengelolaan kawasan. Susunan personel pada level ini masih bersifat umum misalnya hanya berupa dokumen struktur organisasi yang membidangi urusan kelautan dan perikanan di daerah tanpa merujuk secara spesifik siapa personel/individu pengelola kawasan (misalnya hanya menunjuk jabatan tertentu). Dokumen semacam ini dapat berupa keputusan kepala daerah atau peraturan mengenai organisasi dan tata laksana pemerintah daerah yang merujuk tentang pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan. Dalam hal kawasan konservasi merupakan KKPN maka dokumen struktur organisasi dimaksud adalah berupa penunjukan pengelola kawasan yang dilakukan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk.

K10: Unit organisasi pengelola memiliki SDM dengan SK Untuk memenuhi kriteria kelembagaan sebagaimana pertanyaan pada K10, maka

kawasan konservasi harus sudah memiliki personil atau organisasi yang ditunjuk dan ditetapkan melalui surat keputusan resmi kepala daerah/menteri. Misalnya penunjukan ‘nama’ dan ‘jabatan’ si a sebagai Kepala Pengelola Kawasan oleh bupati/walikota. Dalam konteks kawasan konservasi dikelola oleh pemerintah pusat maka diperlukan data dukung berupa dokumen penunjukan pengelola yang ditandatangani oleh Menteri. Misalnya Kementerian Kelautan dan Perikanan saat ini memiliki sejumlah kawasan konservasi yang dikelola melalui Unit Pelaksana Teknis Kawasan Konservasi Perairan Nasional yang ditetapkan melalui peraturan menteri. UPT KKPN ini merupakan unit organisasi pengelola kawasan yang ditunjuk berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 23 Tahun 2008 tentang organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kawasan Konservasi Perairan Nasional dan No. 24 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri

Kriteria

4: Unit Organisasi Pengelola dan SDM

No.

K9

K10

K11

K12

Ya Tidakalat verifikasi

Dokumen Struktur organisasi dan/atau uraian TUPOKSI.

l SK Kepala Daerah/ Menteri/ Kepala Unit Organisasi.l Dokumen

Struktur organisasi dan/atau uraian TUPOKSI.

l Dokumen Struktur organisasi dan/atau uraian TUPOKSI.l Dokumen Profil

SDM Pengelola.

Laporan pelatihan atau sertifikat atau bukti lain.

Penjelasan

Terdapat orang/ perorangan atau organisasi yang memiliki tugas dan fungsi pengelolaan kawasan. Misal: tanggung-jawab pengelolaan kawasan konservasi menjadi bagian TUPOKSI Seksi Pengawasan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.

Terdapat orang/ perorangan atau organisasi yang ditunjuk dan ditetap-kan dengan Surat Keputusan.

Tersedianya jumlah orang sesuai kebutuhan TUPOKSI organisasi sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Pemerintah, dengan jumlah SDM sesuai dengan kebutuhan minimum.

Setidaknya telah mengikuti 1 (satu) jenis pelatihan dasar sesuai TUPOKSI, misalnya: MPA 101, Pelatihan Konservasi Sumberdaya Ikan, Pelatihan penyelaman dan monitoring, dll.

Pertanyaan

Apakah sudah ada petugas pengelola kawasan konservasi?

Apakah unit organisasi pengelola memiliki SDM yang ditetapkan dengan SK?

Apakah jumlah SDM di unit organisasi pengelola memadai untuk menjalankan organisasi?

Apakah SDM pengelola telah mengikuti pelatihan dasar konservasi?

Jawaban

Tabel 1 Uraian untuk Peringkat 2 (Level Kuning)

Page 8: 02 Suplemen Kelembagaan

8 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 9Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Kelautan dan Perikanan No.23 Tahun 2008. Peraturan menteri ini menyebutkan nama UPT, tugas pokok dan fungsi, lokasi, satuan kerja dan wilayah kerja. UPT KKPN terdiri dari balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (balai KKPN) dan Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional (Loka KKPN). Dalam peraturan menteri tersebut, balai KKPN mengelola delapan KKPN dengan wilayah kerja Nusa Tenggara barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi barat, Sulawesi Utara, gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua barat, sedangkan Loka KKPN mengelola dua KKP dengan wilayah kerja Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sumatera barat, Lampung, Jambi, DI Nanggroe aceh Darusalam, Kepulauan riau, riau, Jawa barat, banten, Daerah Kuhusus Ibu Kota Jakarta, Jawa Tengah, Daerah Istimewa yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara dan bali. Tugas kedua UPT ini adalah melaksanakan pemangkuan, pemanfaatan, dan pengawasan kawasan konservasi perairan yang bertujuan untuk melestarikan sumber daya ikan dan lingkungan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Peraturan-peraturan menteri ini dapat dijadikan contoh dalam penyusunan kelembagaan pengelola kawasan konservasi di daerah.

Mengacu pada Pedoman Teknis Penyiapan Kelembagaan KKP di Daerah, unit organisasi pengelola KKP3KD dapat berada pada bidang, Seksi atau UPTD. Pada PP No. 41 Tahun 2007 disebutkan bahwa dinas terdiri dari satu sekretariat dan paling banyak empat bidang. Masing-masing bidang terdiri dari paling banyak tiga seksi (pasal 29, ayat 1). Selain itu disebutkan bahwa dinas daerah dapat membentuk unit pelaksana teknis daerah untuk melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang yang mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa kecamatan.

bidang atau Seksi pada dinas yang membidangi kelautan dapat secara spesifik dibentuk menjadi unit organisasi pengelola KKP3KD dengan nomenklatur bidang/Seksi KKP3KD, atau bidang/Seksi yang sudah ada, seperti bidang Pengawasan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil atau Seksi Konservasi, memiliki tugas pokok diantaranya sebagai pengelola KKP3KD. Selain itu bupati dengan persetujuan DPrD dapat membentuk UPTD yang khusus sebagai unit organisasi pengelola KKP3D. Penambahan tugas pokok bidang/Seksi yang ada sebagai pengelola KKP3KD atau membentuk bidang/Seksi KKP3KD atau UPTD-KKP3KD tergantung dari kondisi masing-masing pemerintah daerah, luasan kawasan konservasi yang dikelola dan tujuan pengelolaan (Lampiran 5). Dalam pembentukan unit organisasi pengelola baik pada bidang, Seksi atau UPTD harus diikuti dengan penempatan SDM atau personel yang ditunjuk melalui SK gubernur atau bupati/walikota. Dalam SK ini menunjuk nama, jabatan dan tugas-tugas sebagai pengelola kawasan konservasi (Lampiran 6).

Dalam rangka pengelolaan KKP3K yang efektif diperlukan unit organisasi pengelola dengan bentuk yang tepat dan SDM yang profesional dan bertanggungjawab. SDM pada unit organisasi pengelola dapat dibedakan atas dua bentuk, yakni (1) Jabatan Struktural

dan (2) Jabatan Fungsional. Jabatan struktural adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak dalam rangka memimpin satu satuan organisasi negara. Jabatan struktural terbagi atas 4 tingkatan atau Eselon, yang Eselon I, Eselon II, Eselon III dan Eselon Iv. Pada umumnya pegawai yang akan dipromosikan pada satu jabatan berdasarkan prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi dan harus memenuhi persyaratan pendidikan, jenjang kepangkatan yang ditetapkan dan prestasi kerja serta persyaratan objektif lainya yang baik sehingga setelah dipromosikan pada satu jabatan yang lebih tinggi akan terjadi peningkatan kinerja. Pengangkatan dalam jabatan struktural diatur melalui PP No.100 Tahun 2000 tentang pengangkatan PNS dalam jabatan struktural. Dengan demikian penempatan PNS yang menduduki jabatan struktural pada unit organisasi pengelola KKP3K disesuaikan dengan struktur unit organisasi pengelola dan kompetensi keahlian yang terkait dengan ilmu pengetahuan dibidang kelautan dan konservasi.

Jabatan Fungsional adalah kedudukan yang menunjukan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang PNS dalam suatu organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri. Jabatan fungsional dibagi dalam dua kategori yakni jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsional keterampilan. Jabatan fungsional keahlian adalah jabatan fungsional kualifikasi profesional yang pelaksanaan tugas dan fungsinya mensyarakatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dibadang keahliannya. Tugas utama jabatan fungsional keahlian meliputi pengembangan ilmu pengetahuan, penerapan konsep dan teori, ilmu dan seni, untuk pemecahan masalah, pemberian pengajaran dengan cara yang sistematik.

Persyaratan pelaksanaan tugas jabatan fungsional keahlian adalah: 1) Mensyaratkan kualifikasi profesional dengan pendidikan serendah randahnya

berijasah Sarjana (Strata 1)2) Meliputi kegiatan yang berkaitan dengan penelitian dan pengembangan,

peningkatan dan penerapan konsep dan teori serta metode operasional dan penerapan disiplin ilmu pengetahuan yang mendasari pelaksanaan tugas dan fungsi jabatan fungsional yang bersangkutan.

3) Terikat pada etika profesi tertentu yang ditetapkan oleh ikatan profesinya.Jabatan Fungsional keahlian dibagi dalam empat jenjang jabatan yaitu:1) Jenjang Utama, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang yang tugas dan

fungsi utamanya bersifat strategis nasional yang mengsyaratkan kualifikasi profesional tingkat tertinggi dengan kepangkatan mulai dari Pembina Utama Madya, golongan Iv /d sampai dengan Pembina Utama, golongan Iv / e.

2) Jenjang Madya, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat strategis sektoral yang mensyaratkan kualifikasi profesional

Page 9: 02 Suplemen Kelembagaan

10 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 11Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

tingkat tinggi dengan kepangkatan mulai dari Pembina, golongan ruang Iv/a sampai dengan Pembina Utama Muda, golongan ruang Iv/c.

3) Jenjang Muda, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat taktis operasional yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat lanjutan dengan kepangkatan mulai dari Penata, golongan ruang III/c sampai dengan Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.

4) Jenjang Pertama, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat operasional yang mensyaratkan kualifikas profesional tingkat dasar dengan kepangkatan mulai dari Penata Muda, golongan ruang III/a sampai dengan Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.

Jabatan Fungsional Keterampilan adalah jabatan fungsional kualifikasi teknis atau penunjang profesional yang pelaksanaan tugas dan fungsinya mensyaratkan penguasaan pengetahuan teknis di satu bidang ilmu pengetahuan atau lebih. Tugas utama jabatan fungsional keterampilan meliputi pelaksanaan kegiatan teknis yang berkaitan dengan penerapan konsep dan metode operasional di bidang ilmu pengetahuan tersebut serta pemberian pengajaran di tingkat pendidikan tertentu.

Jabatan fungsional keterampilan pelaksanaan tugasnya adalah:1) Mensyaratkan kualifikasi teknisi profesional dan /atau penunjang profesional

dengan pendidikan serendah-rendahnya Sekolah Menengah Umum atau Sekolah Menengah Kejuruan dan setinggi-tingginya setingkat Diploma III (D-3).

2) Meliputi kegiatan teknis operasional yang berkaitan dengan penetapan konsep atau metode operasional dari suatu bidang profesi.

3) Terikat pada etika profesi tertentu yang ditetapkan oleh ikatan profesinya.Jabatan fungsional keterampilan dibagi menjadi empat jenjang jabatan, yaitu:1) Jenjang Penyelia, adalah jenjang jabatan fungsional keterampilan yang tugas

dan fungsi utamanya sebagai pembimbing, pengawas dan penilai pelaksanaan pekerjaan pejabat fungsional tingkat di bawahnya yang mensyaratkan pengetahuan dan pengalaman teknis operasional penunjang beberapa cabang ilmu pengetahuan tertentu dengan kepangkatan mulai dari Penata, golongan ruang III/c sampai dengan Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.

2) Jenjang Pelaksana Lanjutan, adalah jenjang jabatan fungsional keterampilan yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pelaksana tingkat lanjutan dan mensyaratkan pengetahuan dan pengalaman teknis operasional penunjang yang didasari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan dan pengalaman teknis operasional penunjang yang didasari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan tertentu, dengan kepangkatan mulai dari Penata Muda, golongan ruang III/a sampai dengan Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.

3) Jenjang Pelaksana, adalah jenjang jabatan fungsional keterampilan yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pelaksana dan mensyaratkan pengetahuan dan pengalaman teknis operasional penunjang yang didasari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan tertentu dengan kepangkatan mulai dari Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang II/b sampai dengan Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d

4) Jenjang Pelaksana Pemula, adalah jenjang jabatan fungsional keterampilan yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pembantu pelaksana dan mensyaratkan pengetahuan teknis operasional penunjang yang didasari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan tertentu dengan kepangkatan Pengatur Muda, golongan ruang II/a.

K11: Jumlah SDM unit organisasi pengelola memadai menjalankan organisasi Pada level ini diharapkan jumlah personel yang ada telah sesuai kebutuhan TUPoKSI

organisasi sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Pemerintah, dengan jumlah SDM sesuai dengan kebutuhan minimum. Dengan kata lain pada tingkatan ini, SDM pada unit organisasi pengelola baru terbatas untuk menjalankan operasional rutin organisasi. Jumlah personel pada level ini hanya memadai untuk menjalankan operasional administrasi perkantoran, misalnya hanya berjumlah sedikitnya 5 personil. Kompetensi pada tingkat untuk menjalankan organisasi ini misalnya terdiri dari:

1. Keuangan dan asset2. Sumber daya manusia3. InfrastrukturKetiga kompetensi diatas dapat merujuk pada Peta Kompetensi yang dibuat oleh

Puslat-KP. Kompetensi keuangan dan asset merujuk pada tujuan fungsi 2, kompetensi sumber daya manusia merujuk pada tujuan fungsi 3, dan kompetensi infrastruktur merujuk tujuan fungsi 14. Ketiga kompetensi diatas sudah tersedia karena terkait dengan aspek kelembagaan pada setiap organisasi, termasuk unit organisasi pengelola KKP3K.

K12: SDM unit organisasi pengelola mengikuti pelatihan dasar konservasiKompetensi SDM pengelola kawasan perlu dibangun untuk disesuaikan dengan

kebutuhan suatu jabatan. Kegiatan pendidikan dan/atau pelatihan pada prinsipnya berfungsi untuk mendapatkan SDM yang kompeten dengan mengisi kesenjangan (gap) di antara kemampuan yang dimiliki dan kemampuan yang diharapkan.

Peningkatan kapasitas SDM unit organisasi pengelola dilakukan terutama melalui Pendidikan dan Pelatihan (Diklat). Tujuan dari diklat umumnya adalah untuk meningkatkan semangat pengabdian, mutu, keahlian, dan keterampilan serta profesionalisme dalam pengelolaan KKP3K. Diklat yang dikembangkan bagi PNS selama ini ada dua macam, yaitu Diklat Prajabatan dan Diklat Dalam Jabatan. Diklat Prajabatan merupakan syarat pengangkatan calon Pegawai Negeri Sipil (cPNS). Diklat Dalam Jabatan merupakan

Page 10: 02 Suplemen Kelembagaan

12 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 13Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

suatu pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu, keahlian, kemampuan dan keterampilan. Diklat ini dibagi menjadi:

1. Diklat Kepemimpinan, yang bertujuan mencapai persyaratan kompentensi kepemimpinan sesuai dengan jenjang jabatan struktural.

2. Diklat Fungsional, yang bertujuan mencapai persyaratan kompentensi yang sesuai dengan jenis dan jenjang jabatan fungsional masing masing. Jenis dan jenjang diklatnya untuk masing-masing jabatan fungsional ditetapkan oleh instansi pembina jabatan yang bersangkutan.

3. Diklat Teknis, yang bertujuan memberikan keterampilan dan atau penguasaan pengetahuan teknis yang berhubungan secara langsung dengan pelaksanaan tugas pokok instansi bersangkutan dan pengetahuan yang berkenaan dengan bidang pelayanan teknis yang bersifat umum administrasi dan manajemen yang keberadaanya menunjang tugas pokok. Diklat dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompentensi teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas PNS. Diklat ini dilaksanakan berjenjang yang ditetapkan oleh instansi bersangkutan.

Diklat fungsional dan teknis penting bagi SDM unit organisasi pengelola untuk meningkatkan kapasitas dalam pengelolaan KKP3K.

Mengacu pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 9 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Kerja Khusus (SK3) Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan/KKP (juga berlaku di KKP3K), maka standar kompetensi dasar atau minimum yang harus dimiliki seorang pengelola kawasan konservasi adalah perencanaan pengelolaan kawasan konservasi. SKK ini merupakan gabungan dua usulan SKK, yaitu SKK Dasar-dasar Pengelolaan KKP3K dan SKK Perencanaan Pengelolaan KKP3K yang digabungkan menjadi satu SKK yang kemudian berjudul SKK Perencanaan Pengelolaan KKP3K.

Tujuan SK3 Perencanaan Pengelolaan KKP3K adalah penyiapan kompetensi dan sertifikasi/uji kompetensi bagi SDM pengelola kawasan konservasi perairan, dan acuan program pelatihan beserta perangkat pendukungnya (kurikulum, modul, materi, tata penyelenggaraan, sarana, dan ketenagaan), serta acuan dalam pengusulan penetapan jabatan fungsional pengelola KKP3K.

SK3 Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ini terdiri atas dua komponen besar, yaitu unit-unit kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh setiap personil pada unit organisasi pengelola dan unit-unit kompetensi terkait teknis penyusunan dokumen rencana pengelolaan. Komponen pertama terdiri atas 6 (enam) unit kompetensi, yaitu:

1. Menjelaskan prinsip-prinsip dasar pengelolaan kawasan konservasi perairan;2. beberapa proses dan interaksi penting pada ekosistem pesisir dan laut;3. Menjelaskan prinsip-prinsip kegiatan pendidikan untuk pengelolaan kawasan

konservasi perairan;

4. Menjelaskan prinsip-prinsip kegiatan penerapan hukum untuk pengelolaan kawasan konsevasi perairan;

5. Menjelaskan prinsip-prinsip kegiatan perikanan berkelanjutan di kawasan konservasi perairan; dan

6. Menjelaskan prinsip-prinsip kegiatan pariwisata di kawasan konservasi perairan.Unit kompetensi Nomor 1 dan 2 merupakan kompetensi yang sangat mendasar

(prinsip) karena mencakup pengetahuan tentang karakteristik sumber daya ikan dan lingkungan dan perspektif serta sikap yang dibutuhkan jika pemanfaatannya diharapkan berkelanjutan. Unit kompetensi Nomor 3 dan 4 merupakan kompetensi dasar untuk menangani perilaku masyarakat karena pengelolaan KKP3K pada prinsipnya adalah mengelola faktor manusia. Unit kompetensi Nomor 5 dan 6 merupakan kompetensi dasar untuk mengendalikan dua jenis kegiatan yang paling populer terjadi di KKP3K.

Komponen kedua terdiri atas 6 unit kompetensi lain, yaitu:1. Melakukan kegiatan persiapan awal perencanaan;2. Merumuskan masalah yang akan ditangani;3. Menyusun strategi pengelolaan;4. Membuat konsep rencana pemantauan Kawasan Konservasi Perairan;5. Membuat konsep rencana pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan yang efektif;

dan6. Membuat draft dokumen rencana pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan.Mengacu pada SK3 ini, pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan oleh petugas pengelola

kawasan konservasi atau SDM pada unit organisasi pengelola adalah:1. Dasar-dasar pengelolaan KKP3K (dikenal dengan nama MPa-101)2. Perencanaan pengelolaan KKP3K (dikenal dengan nama MPa Management

Planning)3. Perencanaan Pengelolaan Perikanan berkelanjutan di KKP (dikenal dengan nama

Sustainable Fisheries Management in MPa). Pelatihan-pelatihan tersebut adalah pelatihan berbasis kompetensi yang

penyelenggaraannya sesuai dengan ketentuan bPSDM-KP. Untuk memenuhi kriteria pertanyaan K12, SDM pada unit organisasi pengelola harus memiliki kompetensi minimum/dasar pengelolaan KKP3K yang diperoleh dari pelatihan terkait konservasi yang bersertifikat (misalnya: melalui satu atau beberapa pelatihan diatas).

2.2.2. hiJAUKriteria Unit organisasi pengelola dan SDM untuk pengelolaan kawasan konservasi di

peringkat hijau pada Perdoman Teknis E-KKP3K disajikan pada tabel berikut.

Page 11: 02 Suplemen Kelembagaan

14 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 15Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

h20: Jumlah SDM unit organisasi pengelola sesuai dengan fungsi pengelolaanSemakin meningkatnya tingkatan dan upaya pengelolaan kawasan konservasi,

dibutuhkan sejumlah SDM pada unit organisasi pengelola untuk melaksanakan pengelolaan tersebut. Penyelenggaraan pengelolaan KKP3K pada tingkat ini memerlukan input berupa SDM yang kompeten.

Jumlah dan kompetensi SDM pada unit organisasi pengelola dapat bertambah/berkembang atau tetap. apabila kondisi pemerintah atau pemerintah daerah memungkinkan untuk penambahan pegawai pada UPT KKPN atau bidang/Seksi/UPTD, maka jumlah SDM pada unit organisasi pengelola dapat ditambah sesuai kebutuhan. Namun

Tabel 2 Uraian untuk Peringkat 3 (level hijau)

Kriteria

4: Unit organisasi pengelola dan SDM

No.

H20

H21

H22

Ya Tidakalat verifikasi

Dokumen dan/atau laporan terkait dengan fungsi SDM pengelolaan.

Sertifikat/ijazah yang sesuai kompetensi.

Laporan kegiatan komunikasi antar-pemangku kepentingan.

Penjelasan

Cukup jelas

Cukup jelas

Cukup jelas

Pertanyaan

Apakah jumlah SDM pada unit organisasi pengelola sesuai dengan fungsi pengelolaan (pengawasan, monitoring sumberdaya, sosekbud)?

Apakah kualifikasi SDM pada unit organisasi pengelola memiliki minimal 2 (dua) kompetensi pengelolaan yang dibutuhkan berikut (perencanaan, monitoring evaluasi, pengawasan, penelitian, monitoring sumberdaya, sosekbud)?

Apakah unit organisasi pengelola sudah menginisiasi kemitraan dengan pemangku kepentingan?

Jawaban

apabila kondisi pemerintah atau terutama pemerintah daerah tidak memungkinkan untuk penambahan pegawai pada bidang/Seksi ataupun pembentukan UPTD, maka tugas-tugas pengelolaan kawasan dapat dilaksanakan oleh bidang/Seksi lain pada dinas yang sama atau bahkan dilaksanakan oleh dinas lain yang masih terkait dengan pengelolaan kawasan konservasi. Sebagai contoh, tugas pengawasan kawasan dapat dilaksanakan oleh PPNS Perikanan, Pengawas Perikanan, Polisi Khusus (Polsus) wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, bidang Pengawasan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil atau Satker PSDKP Kementerian Kelautan dan Perikanan, tugas pengelolaan perikanan berkelanjutan dapat dilaksanakan oleh bidang Kelautan dan Pesisir, tugas pengelolaan pariwisata berkelanjutan dapat dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata, tugas pemberdayaan masyarakat dalam dan sekitar kawasan dapat dilaksankan oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat, dan tugas-tugas lainnya. Meski demikian, untuk memenuhi kriteria pertanyaan h20 ini tetap diperlukan data dukung berupa dokumen yang menunjukan bahwa fungsi-fungsi pokok pengelolaan kawasan (fungsi pengawasan, fungsi monitoring sumberdaya dan fungsi sosekbud) dapat dilaksanakan meskipun dengan personil yang belum memenuhi kualifikasi yang baik. Jumlah personil pada tahapan ini lebih banyak ketimbang di level kuning karena fungsi-fungsi pokok pengelolaan kawasan tersebut di atas telah dilaksanakan (misalnya jumlah personil sudah mencapai 10 orang).

h21: Kualifikasi SDM unit organisasi pengelola memiliki minimal 2 (dua) kompetensi pengelolaan

Pada tingkatan ini, ada 2 (dua) kompetensi pengelolaan yang disyaratkan dari beberapa fungsi pengelolaan berikut: perencanaan, monitoring evaluasi, pengawasan, penelitian, monitoring sumberdaya, sosekbud. Terkait kompetensi ini, pelatihan-pelatihan yang perlu diikuti oleh SDM pada unit organisasi pengelola antara lain adalah:

1. Monitoring kondisi biofisik KKP3K.2. Monitoring kondisi sosial-ekonomi KKP3K.3. Teknik pelibatan masyarakat dalam pengelolaan KKP3K.4. Penegakan hukum di dalam KKP3K.5. Pengelolaan perikanan berkelanjutan di dalam KKP3K.6. Pengelolaan pariwisata berkelanjutan di dalam KKP3K.

h22: Unit organisasi pengelola menginisiasi kemitraan dengan pemangku kepentingan

Pengembangan kelembagaan merupakan upaya untuk meningkatkan efisiensi, keefektifan dan responsibility kinerja organisasi baik pemerintah maupun swasta serta masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan. Pengembangan kelembagaan dapat dilakukan dengan dua macam pendekatan yakni:

Page 12: 02 Suplemen Kelembagaan

16 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 17Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

1. Pendekatan struktural, model ini biasanya mengutamakan peran instansi pemerintah yang berwenang atau instansi yang dibentuk untuk mengelola suatu kegiatan, seperti direktorat jenderal, direktorat, dinas, balai dan lainnya.

2. Pendekatan Non Struktural, bersifat subjektif menempatkan masyarakat sebagai subjek yang mempunyai kekuasaan berinisiatif dan berbuat untuk kekuasannya melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan dan kesadarannya.

berdasarkan dua pendekatan diatas dengan kelebihan dan kekurangnnya, saat ini banyak dikembangkan gabungan kedua pendekatan tersebut dalam pengelolaan kawasan konservasi, yaitu pendekatan kemitraan. Pendekatan kemitraan merupakan kerjasama pemerintah dengan para pihak dalam pengelolaan kawasan konservasi. Melalui pendekatan kemitraan diharapkan terjadi efisiensi untuk mencapai pengelolaan kawasan konservasi yang efektif.

Dalam pengelolaan KKP3K, unit organisasi pengelola dapat melibatkan pemangku kepentingan melalui kemitraan (PP 60 Tahun 2007, pasal 18, ayat 1). bentuk kemitraan tersebut terdiri dari:

1. Perjanjian Kerjasama2. Perjanjian KemitraanPerjanjian kerjasama merupakan bentuk kerjasama kemitraan sebagai tindak lanjut

Kesepakatan bersama (MoU) antara Pemerintah/pemerintah daerah dengan mitra. Mitra dalam bentuk kerjasama ini adalah lembaga berbadan hukum. Perjanjian kemitraan merupakan bentuk kerjasama kemitraan sesuai dengan kebiasaan yang diterima secara umum antara Pemerintah/pemerintah daerah dengan mitra. Perjanjian kemitraan ini tidak didasarkan pada Kesepakatn bersama dan Perkanjian bersama. Mitra dalam bentuk ini adalah kelompok masyarakat, masyarakat hukum adat, dan/atau LSM local.

Tahapan pembentukan kemitraan terdiri dari: 1. Inisiasi2. Perjanjian 3. Pelaksanaan; dan4. Pembinaan, Monitoring dan EvaluasiInisiasi kemitraan dapat berasal dari satu atau beberapa pihak. Dalam inisiasi ini

disampaikan usulan Program Kemitraan yang didasarkan pada rencana pengelolaan dan zonasi KKP3K untuk ditelaah pihak yang akan bermitra. Usulan program kemitraan terdiri dari uraian tugas para pihak, tata waktu pelaksanaan dan kebutuhan pembiayaan. apabila usulan ini disepakati, maka selanjutnya dilakukan penandatanganan perjanjian kemitraan. Untuk memenuhi persyaratan pertanyaan ini, dibutuhkan data dukung antara lain surat usulan inisiatif kemitraan, minutes meeting pertemuan inisiasi kemitraan dengan para pihak, dan sebagainya.

2.2.3. birUaspek Kelembagaan untuk pengelolaan kawasan konservasi di peringkat biru pada

Pedoman Teknis E-KKP3K disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3 Uraian untuk Peringkat 4 (level biru)

Kriteria

5: Unit organisasi pengelola dan SDM

No.

B41

Ya Tidakalat verifikasi

Dokumen dan/atau laporan terkait dengan kapasitas SDM pengelolaan (perencanaan, monitoring evaluasi, pengawasan, penelitian, monitoring sumberdaya, sosekbud). Kualifikasi dibuktikan dengan sertifikat pelatihan dan/atau ijazah.

Penjelasan

Cukup jelas

Pertanyaan

Apakah kualifikasi SDM pada unit organisasi pengelola sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan?

Jawaban

b41: Kualifikasi SDM unit organisasi pengelola sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan

Pada level biru kompetensi SDM pada unit organisasi pengelola diharapkan dapat memenuhi seluruh aspek kompetensi pengelolaan secara keseluruhan (perencanaan, monitoring evaluasi, pengawasan, penelitian, monitoring sumberdaya dan sosekbud). Untuk mendapatkan kompetensi ini, SDM pada unit organisasi pengelola harus berlatar pendidikan yang sesuai dengan tugas pokoknya dan seyogyanya telah mengikuti sejumlah pelatihan terkait konservasi. Pelatihan-pelatihan yang diikuti sebaiknya adalah pelatihan berbasis kompetensi yang penyelenggaraannya sesuai dengan ketentuan.

Pemenuhan kualifikasi SDM unit organisasi pengelola sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan, tergantung pada bentuk organisasi pengelola tersebut (UPT KKPN, bidang/Seksi/UPTD), jenis/kategori KKP3K, tujuan pengelolaan dan kondisi pemerintah/pemerintah daerah. Kebutuhan kompetensi SDM untuk perencanaan, monitoring evaluasi, pengawasan, penelitian, monitoring sumberdaya dan sosekbud dapat mengacu

Page 13: 02 Suplemen Kelembagaan

18 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 19Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

pada jenis dan tingkat kompetensi pengelola KKP3K sebagaimana disajikan pada Tabel 4. Meski demikian, pemenuhan kebutuhan SDM dan kompetensinya disesuaikan dengan karakteristik/potensi kawasan.

Mengingat adanya keterbatasan Pemerintah atau pemerintah daerah untuk mengisi SDM (PNS) dengan jabatan struktural pada unit organisasi pengelola, maka perlu dikembangkan SDM (PNS) dengan jabatan fungsional keterampilan. Jabatan tersebut terdiri dari:

1. Jabatan Fungsional Perencana Konservasi tingkat ahli dan tingkat Terampil;2. Jabatan Fungsional Pengendalian dan Evaluasi tingkat ahli dan tingkat Terampil;3. Jabatan Fungsional Insentif Pemberdayaan Masyarakat tingkat ahli dan tingkat

Terampilapabila struktur unit organisasi pengelola dapat terpenuhi dengan jumlah SDM yang

ideal baik struktural maupun fungsional, maka kualifikasi SDM pada masing-masing jabatan/posisi harus memiliki kompetensi sesuai dengan bidang/tugasnya. apabila struktur unit organisasi pengelola tidak dapat terpenuhi dengan jumlah SDM yang ideal akibat kondisi keterbatasan pemerintah atau pemerintah daerah, maka beberapa kompetensi diharapkan dapat terpenuhi dari bidang/Seksi/UPTD lain pada dinas yang sama atau dinas terkait lainya untuk KKP3D, atau UPT lainnya dari Kementerian Kelautan dan Perikanan atau UPT Kementerian terkait lainnya. Sebagai contoh kompetensi pengawasan dapat terpenuhi dari bidang Pengawasan pada Dinas KP atau UPT PSDKP Kementerian Kelautan dan Perikanan, kompetensi pengelolaan pariwisata berkelanjutan dapat terpenuhi dari Dinas Pariwisata, dan lainnya.

27

Page 14: 02 Suplemen Kelembagaan

20 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 21Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

3. coNToH STrUKTUr SaTUaN UNiT orgaNiSaSi PENgELoLa

Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan pada pasal 15 ayat 1 dan 2 menyatakan bahwa kawasan konservasi yang telah ditetapkan dikelola oleh Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai kewenangannya melalui satuan unit organisasi pengelola sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Po i n u t a m a d a r i p e r a t u r a n i n i a d a l a h b a hw a sifat kelembagaan p e n g e l o l a kawasan utamanya berbasiskan pemerintah atau pemerintah daerah. Meski demikian, dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi kawasan di beberapa lokasi serta belajar dari keberhasilan sejumlah kelembagaan dalam mengelola sebuah kawasan, maka koridor kelembagaan tersebut dapat dikembangkan melalui model kemitraan antara pemerintah dengan para pihak seperti lembaga swadaya masyarakat, kelompok masyarakat, organisasi lokal, perkumpulan adat, perkumpulan nelayan, pihak swasta dan sebagainya. Perlu digarisbawahi bahwa dalam hal kemitraan ini pemerintah atau pemerintah daerah tetap berada di garis depan pengelolaan kawasan konservasi sementara pemangku kepentingan lain hanya berperan sebagai pendukung fungsi-fungsi pengelolaan kawasan sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Ketentuan lebih lanjut mengenai kemitraan dalam kawasan konservasi diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan.

berikut adalah beberapa opsi kelembagaan pengelola kawasan konservasi yang dapat dibentuk pemerintah daerah sesuai kewenangannya:

3.1. bidang / Seksi Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 tentang organisasi Perangkat Daerah pada

Pasal 29, ayat 1 menyatakan bahwa dinas terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4 (empat) bidang, sekretariat terdiri dari 3 (tiga) sub bagian, dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) seksi. berdasarkan peraturan ini maka satuan unit organisasi pengelola kawasan konservasi dapat dibentuk pada bidang atau seksi pada dinas yang terkait dengan urusan kelautan dan perikanan di daerah sebagaimana diuraikan pada gambar 1 dan gambar 2. Dalam rangka efektifitas pengelolaan kawasan konservasi, berikut adalah beberapa acuan karakteristik kawasan konservasi yang dapat dikelola oleh satuan unit organisasi setingkat bidang / seksi:

a. Kawasan konservasi relatif tidak terlalu luas hanya melingkupi wilayah sekitar 10 ha (dapat terdiri dari satu atau lebih lokasi kawasan) sehingga dianggap tidak membutuhkan SDM pengelola yang terlalu besar;

b. Tujuan utama pengelolaan kawasan konservasi terutama fokus pada upaya

perlindungan dan pelestarian sumberdaya ikan dan habitatnya sedangkan elemen pemanfaatan kawasan tidak menjadi prioritas. Kawasan konservasi kategori ini antara lain: Suaka alam Perairan, Suaka Perikanan, Suaka Pesisir dan Suaka Pulau Kecil.

gambar 2 Model Satuan Unit organisasi Pengelola di bawah bidang

gambar 3 Model Satuan Unit organisasi Pengelola di bawah Seksi

Dalam hal Satuan Unit organisasi Pengelola Kawasan Konservasi setingkat bidang atau seksi, Kepala Satuan Unit organisasi Pengelola (dalam hal ini Kepala bidang atau Kepala Seksi) bertanggungjawab secara langsung kepada Kepala Dinas dan secara tidak langsung kepada Kepala Daerah (selaku pejabat pemerintah daerah yang mencadangkan kawasan konservasi) atau pejabat lainnya sesuai ketentuan. Tugas pokok satuan unit organisasi pengelola tersebut adalah melakukan upaya-upaya teknis pengelolaan kawasan konservasi secara rutin seperti: monitoring sumberdaya kawasan (kondisi fisik dan biologi), monitoring kondisi sosial ekonomi di sekitar kawasan konservasi, patroli pengawasan dan penegakan peraturan di dalam kawasan dan menyusun standar teknis pengelolaan

29

terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4 (empat) bidang,

sekretariat terdiri dari 3 (tiga) sub bagian, dan masing-masing bidang

terdiri dari paling banyak 3 (tiga) seksi. Berdasarkan peraturan ini

maka satuan unit organisasi pengelola kawasan konservasi dapat

dibentuk pada bidang atau seksi pada dinas yang terkait dengan

urusan kelautan dan perikanan di daerah sebagaimana diuraikan pada

Gambar 1 dan Gambar 2. Dalam rangka efektifitas pengelolaan

kawasan konservasi, berikut adalah beberapa acuan karakteristik

kawasan konservasi yang dapat dikelola oleh satuan unit organisasi

setingkat bidang / seksi:

a. Kawasan konservasi relatif tidak terlalu luas hanya melingkupi

wilayah sekitar 10 ha (dapat terdiri dari satu atau lebih lokasi

kawasan) sehingga dianggap tidak membutuhkan SDM pengelola

yang terlalu besar;

b. Tujuan utama pengelolaan kawasan konservasi terutama fokus

pada upaya perlindungan dan pelestarian sumberdaya ikan

dan habitatnya sedangkan elemen pemanfaatan kawasan tidak

menjadi prioritas. Kawasan konservasi kategori ini antara lain:

Suaka Alam Perairan, Suaka Perikanan, Suaka Pesisir dan

Suaka Pulau Kecil.

Kepala Dinas

Bidang A Bidang B Bidang C Bidang Pengelola Kawasan

Konservasi ‘X’

Sekretaris Dinas

Gambar 2 Model Satuan Unit Organisasi Pengelola di Bawah Bidang

30

Dalam hal Satuan Unit Organisasi Pengelola Kawasan Konservasi

setingkat bidang atau seksi, Kepala Satuan Unit Organisasi Pengelola

(dalam hal ini Kepala Bidang atau Kepala Seksi) bertanggungjawab secara

langsung kepada Kepala Dinas dan secara tidak langsung kepada Kepala

Daerah (selaku pejabat pemerintah daerah yang mencadangkan kawasan

konservasi) atau pejabat lainnya sesuai ketentuan. Tugas pokok satuan

unit organisasi pengelola tersebut adalah melakukan upaya-upaya teknis

pengelolaan kawasan konservasi secara rutin seperti: monitoring

sumberdaya kawasan (kondisi fisik dan biologi), monitoring kondisi sosial

ekonomi di sekitar kawasan konservasi, patroli pengawasan dan

penegakan peraturan di dalam kawasan dan menyusun standar teknis

pengelolaan di dalam kawasan. Secara administratif, kualifikasi SDM yang disarankan untuk kepala satuan unit organisasi pengelola setingkat

kepala bidang adalah eselon IIIb sedangkan untuk setingkat kepala

seksi adalah eselon IVa. Meski demikian, kualifikasi utama yang harus

dipenuhi yakni memiliki kemampuan dan wawasan dalam pengelolaan

sumberdaya ikan secara menyeluruh.

Pembentukan satuan unit organisasi pengelola setingkat bidang

atau seksi pada prinsipnya dapat dilakukan secara langsung atau

Bidang A Bidang B Bidang C Bidang D

Kepala Dinas

Seksi Pengelola Kawasan

Konservasi ‘X’

Seksi B Seksi A

Sekretaris Dinas

Gambar 3 Model Satuan Unit Organisasi Pengelola di Bawah Seksi

Page 15: 02 Suplemen Kelembagaan

22 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 23Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

di dalam kawasan. Secara administratif, kualifikasi SDM yang disarankan untuk kepala satuan unit organisasi pengelola setingkat kepala bidang adalah eselon IIIb sedangkan untuk setingkat kepala seksi adalah eselon Iva. Meski demikian, kualifikasi utama yang harus dipenuhi yakni memiliki kemampuan dan wawasan dalam pengelolaan sumberdaya ikan secara menyeluruh.

Pembentukan satuan unit organisasi pengelola setingkat bidang atau seksi pada prinsipnya dapat dilakukan secara langsung atau bertahap menyesuaikan dengan kebutuhan dan mempertimbangkan kondisi lokal. Secara bertahap misalnya dapat dilakukan melalui proses transisi dengan menambah satu tugas pokok fungsi (tupoksi) terkait dengan pengelolaan kawasan konservasi pada satu bidang atau seksi pada dinas teknis yang sudah ada. Selanjutnya apabila terjadi peningkatan ruang lingkup, potensi atau kebutuhan peningkatan kapasitas dalam pengelolaan kawasan konservasi tersebut, maka satu bidang atau seksi khusus dapat ditunjuk sebagai satuan unit organisasi pengelola kawasan konservasi. Meski demikian, disarankan agar pengelolaan kawasan konservasi tidak bersifat ad-hoc agar tujuan pengelolaan efektif kawasan konservasi dapat terwujud.

3.2. Unit Pelaksana teknis Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 tentang organisasi Perangkat Daerah

pada pasal 14 ayat 6 menyatakan bahwa dinas daerah dapat membentuk unit pelaksana teknis daerah untuk melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang yang mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa kecamatan. Dengan demik ian, berdasarkan peraturan tersebut maka satuan organisasi pengelola kawasan konservasi dapat dibentuk pada UPT pada dinas yang menangani urusan kelautan dan perikanan di daerah. Unit pelaksana teknis tersebut dapat terdiri dari 1 (satu) subbagian tata usaha dan kelompok jabatan fungsional. Kepala UPT menduduki jabatan setingkat eselon IIIa (untuk Provinsi) dan eselon Iva (untuk Kabupaten/Kota).

3.3. badan Layanan Umum Daerah (bLUD) UPtD KKPDPP No. 58 tahun 2005, pasal 145, menyebutkan pemerintah daerah dapat

membentuk bLUD untuk:menyediakan barang dan/atau jasa untuk layanan umum;a. mengelola dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau

pelayanan kepada masyarakat.b. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 61Tahun 2007 secara rinci antara lain

menyebutkan persyaratan dan penetapan Pola Pengelolaan Keuangan (PPK) bLUD (Pasal 4-30), tata kelola (Pasal 31-42), dewan pengawas (Pasal 43-48), renumerasi (Pasal

50-54), tarif layanan (Pasal 57-59), pendapatan dan biaya bLUD (Pasal 60-68), dan perencanaan dan penganggaran (Pasal 69-79).

Dalam menerapkan PPK-bLUD pada SKPD atau unit kerja harus memenuhi persyaratan substantif, teknis dan administratif. Untuk persyaratan substantif, PPK-bLUD dapat diterapkan apabila tugas dan fungsi SKPD atau unit kerja bersifat operasional dalam menyelenggarakan pelayanan umum yang menghasilkan semi barang/jasa publik. Konteks pelayanan umum yang dimaksudnya diantaranya berhubungan dengan penyediaan barang dan/atau jasa layanan umum untuk mengingkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan masyarakat, pengelolaan wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan perekonomian masyarakat atau layanan umum, dan pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan kepada masyarakat.

Mengacu pada kedua peraturan diatas, maka sebuah bLUD-KKPD dapat didirikan di daerah-daerah yang telah membentuk KKPD.

Karakteristik KKPD yang dikelola oleh bLUD-KKPD seperti:Luasan KKPD cukup luas sekitar 10.000 ha atau lebih dengan satu, dua atau

beberapa KKPD pada satu kabupaten/kota.a. Memiliki beberapa tujuan pengelolaan seperti perlindungan ikan dan

habitatnya, perlindungan keanekaragaman hayati, pengelolaan perikanan dan ekowisata.

b. Kepentingan dan ketergantungan para pihak terhadap KKPD tinggic. Proses pembentukan bLUD-KKPD dilakukan secara bertahap.Sebuah bLUD-KKPD dapat dibentuk melalui UPTD. UPTD dapat menerapkan PPK-

bLUD melalui Keputusan Kepala Daerah sehingga menjadi bLUD-UPTD, sedangkan UPTD sendiri dibentuk melalui Peraturan Kepala Daerah.

gambar 4 Proses Pembentukan bLUD-UPT

33

Peraturan Kepala Daerah.

Status UPTD-KKPD yang menerapkan PPK-BLUD terdiri atas

BLUD-UPTD penuh dan BLUD-UPTD bertahap. Status BLUD-UPTD

penuh diberikan apabila seluruh persyaratan telah dipenuhi dan

dinilai memuaskan. Adapaun status BLUD-UPTD bertahap dapat

ditingkatkan menjadi BLUD-UPTD penuh apabila memenuhi seluruh

persyaratan. Selain itu, UPTD KKPD yang menerapkan PPK-BLUD

dapat dicabut statusnya oleh kepala daerah atas usulan sekretaris

daerah atau kepala SKPD menjadi UPTD-KKPD kembali. Pendanaan untuk pelaksanaan program / kegiatan terkait dengan pengelolaan

KKPD serta operasional BLUD-UPTD KKPD dapat berasal dari

pendapatan (PerMendagri No. 61 Tahun 2007, pasal 60):

a. Jasa layanan

b. Hibah

c. Hasil kerjasama dengan pihak lain

d. APBD

e. APBN

f. Lain-lain pendapatan BLUD yang sah

Seluruh pendapatan diatas kecuali yang berasal dari hibah

terikat, dapat dikelola langsung untuk membiayai pengeluaran BLUD-

Perda Dinas KP * )

Keputusan Kepala daerah

UPTD-KKPD UPTD-KKPD Peraturan

Kepala Daerah

Menerapkan KKPD-BLUD

Gambar 4 Proses Pembentukan BLUD-UPT

Page 16: 02 Suplemen Kelembagaan

24 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 25Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Status UPTD-KKPD yang menerapkan PPK-bLUD terdiri atas bLUD-UPTD penuh dan bLUD-UPTD bertahap. Status bLUD-UPTD penuh diberikan apabila seluruh persyaratan telah dipenuhi dan dinilai memuaskan. adapaun status bLUD-UPTD bertahap dapat ditingkatkan menjadi bLUD-UPTD penuh apabila memenuhi seluruh persyaratan. Selain itu, UPTD KKPD yang menerapkan PPK-bLUD dapat dicabut statusnya oleh kepala daerah atas usulan sekretaris daerah atau kepala SKPD menjadi UPTD-KKPD kembali. Pendanaan untuk pelaksanaan program / kegiatan terkait dengan pengelolaan KKPD serta operasional bLUD-UPTD KKPD dapat berasal dari pendapatan (PerMendagri No. 61 Tahun 2007, pasal 60):

a. Jasa layananb. hibahc. hasil kerjasama dengan pihak laind. aPbDe. aPbNLain-lain pendapatan bLUD yang sahSeluruh pendapatan diatas kecuali yang berasal dari hibah terikat, dapat dikelola

langsung untuk membiayai pengeluaran bLUD-UPTD KKPD (pasal 62). bLUD-UPTD KKPD dapat memungut biaya sebagai imbalan atas barang dan/atau jasa layanan yang diberikan dalam bentuk tarif layanan (pasal 57, ayat 1 dan 2). Tarif layanan ditetapkan melalui peraturan kepala daerah dan disampaikan kepada pimpinan DPrD (pasal 58, ayat 3).

gambar 5 opsi 1 Struktur organisasi bLUD-UPTD

gambar 6. opsi struktur organisasi bLUD-UPTD KKPD

34

UPTD KKPD (pasal 62). BLUD-UPTD KKPD dapat memungut biaya

sebagai imbalan atas barang dan/atau jasa layanan yang diberikan

dalam bentuk tarif layanan (pasal 57, ayat 1 dan 2). Tarif layanan

ditetapkan melalui peraturan kepala daerah dan disampaikan kepada

pimpinan DPRD (pasal 58, ayat 3).

Gambar 6. Opsi struktur organisasi BLUD-UPTD KKPD

BLUD-UPTD KKPD

Kepala/Pemimpin (PNS/PPA/Non-PNS)

Bendahara (PNS/PPA/Non-

PNS)

Sekretaris (PNS/Non-PNS)

Bidang/Divisi MCS

(PNS/Non-PNS)

Bidang/Divisi Perikanan

(PNS/Non-PNS)

Bidang/Divisi Ekowisata

(PNS/Non-PNS)

Bidang/Divisi Konservasi

(PNS/Non-PNS)

BLUD-UPTD KKPD

Kepala/Pemimpin (PNS/PPA/Non-PNS)

Bendahara (PNS/PPA/Non-PNS)

Sekretaris (PNS/Non-PNS)

Manajer KKPD D (PNS/Non-PNS)

Manajer KKPD C (PNS/Non-PNS)

Manajer KKPD B (PNS/Non-PNS)

Manajer KKPD A (PNS/Non-PNS)

Gambar 5 Opsi 1 Struktur Organisasi BLUD-UPTD

Gambar 6 Opsi 2 Struktur Organisasi BLUD-UPTD

34

UPTD KKPD (pasal 62). BLUD-UPTD KKPD dapat memungut biaya

sebagai imbalan atas barang dan/atau jasa layanan yang diberikan

dalam bentuk tarif layanan (pasal 57, ayat 1 dan 2). Tarif layanan

ditetapkan melalui peraturan kepala daerah dan disampaikan kepada

pimpinan DPRD (pasal 58, ayat 3).

Gambar 6. Opsi struktur organisasi BLUD-UPTD KKPD

BLUD-UPTD KKPD

Kepala/Pemimpin (PNS/PPA/Non-PNS)

Bendahara (PNS/PPA/Non-

PNS)

Sekretaris (PNS/Non-PNS)

Bidang/Divisi MCS

(PNS/Non-PNS)

Bidang/Divisi Perikanan

(PNS/Non-PNS)

Bidang/Divisi Ekowisata

(PNS/Non-PNS)

Bidang/Divisi Konservasi

(PNS/Non-PNS)

BLUD-UPTD KKPD

Kepala/Pemimpin (PNS/PPA/Non-PNS)

Bendahara (PNS/PPA/Non-PNS)

Sekretaris (PNS/Non-PNS)

Manajer KKPD D (PNS/Non-PNS)

Manajer KKPD C (PNS/Non-PNS)

Manajer KKPD B (PNS/Non-PNS)

Manajer KKPD A (PNS/Non-PNS)

Gambar 5 Opsi 1 Struktur Organisasi BLUD-UPTD

Gambar 6 Opsi 2 Struktur Organisasi BLUD-UPTD

Page 17: 02 Suplemen Kelembagaan

26 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 27Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

4. PENUTUP

buku ini merupakan bagian dari upaya untuk memberikan informasi atau penjelasan yang melengkapi Pedoman Teknis E-KKP3K dalam pengelolaan kawasan konservasi secara berkelanjutan berdasarkan indikator capaian pengelolaannya. Selain itu juga menjadi panduan bagi pengelola kawasan dalam mengembangkan unit organisasi pengelola kawasan dan SDM-nya.

Page 18: 02 Suplemen Kelembagaan

28 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 29Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

5. dafTar PUSTaKa

Idris, Irwandi. 2012. Pengembangan Sumberdaya Manusia Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan. Laporan. conservation International Indonesia.

Sondita, Fedi. et,al., 2012. Kompetensi Minimum untuk Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (Minimum Competencies of Marine Protected Area Manager). Laporan Workshop.

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan republik Indonesia Nomor 9/PErMEN-KP/2013 tentang Standar Kompetensi Kerja Khusus Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan.

Keputusan Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Nomor Kep.44/KP3K/2012 tentang Pedoman Teknis Evaluasi Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (E-KKP3K).

6. Lampiran 1

Contoh Keputusan Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

1. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.38/MEN/2009 Tentang Pencadangan Taman Nasional Perairan Laut Sawu;

2. Keputusan bupati batang Nomor 523/194/2012 Tentang Pencadangan Kawasan Taman Pesisir Ujung negoro-roban dan Sekitarnya di Kabupaten batang;

3. Keputusan bupati Kepulauan Selayar Nomor 465/IX/Tahun 2011 Tentang Penetapan Perairan Pulau Kauna dan Perairan Pulau Kayuadi sebagai Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Kepuauan Selayar;

4. Keputusan bupati Kepulauan Selayar Nomor 466/IX/Tahun 2011 Tentang Penetapan Perairan Pulau Pasi dan Perairan Pulau gusung sebagai Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Kepuauan Selayar;

5. Keputusan bupati Sukabumi Nomor 523/Kep.621-Dislutkan/2012 Tentang Pencadangan Kawasan Penyu Pantai Pangumbahan Kecamatan ciracap sebagai Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K) Kabupaten Sukabumi dengan Status Taman Pesisir;

Page 19: 02 Suplemen Kelembagaan

30 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 31Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Page 20: 02 Suplemen Kelembagaan

32 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 33Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Page 21: 02 Suplemen Kelembagaan

34 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 35Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Page 22: 02 Suplemen Kelembagaan

36 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 37Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Page 23: 02 Suplemen Kelembagaan

38 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 39Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Page 24: 02 Suplemen Kelembagaan

40 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 41Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Page 25: 02 Suplemen Kelembagaan

42 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 43Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Page 26: 02 Suplemen Kelembagaan

44 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 45Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Page 27: 02 Suplemen Kelembagaan

46 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 47Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Page 28: 02 Suplemen Kelembagaan

48 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 49Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Page 29: 02 Suplemen Kelembagaan

50 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 51Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Page 30: 02 Suplemen Kelembagaan

52 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 53Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Page 31: 02 Suplemen Kelembagaan

54 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 55Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Page 32: 02 Suplemen Kelembagaan

56 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 57Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Page 33: 02 Suplemen Kelembagaan

58 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 59Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Page 34: 02 Suplemen Kelembagaan

60 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 61Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Page 35: 02 Suplemen Kelembagaan

62 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 63Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

                                         

Lintang Selatan

Buju

r Tim

ur

(

(

(

(

(

Nang

aramu

Tjg. L

emu

P. G

elinta

Nang

alele

Bajo

P. S

ebay

or

P. S

iaba

P. Ta

tawa

P. G

ililawa

Dar

at

T l k. S l a m i P. P

adar

P. K

elapa

P. La

ngko

i

P. G

ilimota

S e l a t M o l o

S e l a t S a p e

P. R

inja

P. K

omod

o S e l a t L i n t a P.

Nus

akod

e

Kabu

pate

n M

angg

arai

Bar

at

Linteh

T l k.

N a

n g a

l e l e

Tjg. T

oro K

erita

Tjg. N

garur

uhu

Kana

ta

Tjg. S

asar

Tjg. W

anda

Palm

edo

Memb

oroKe

tewil

S. W a i k e l o

Tjg. W

aiwala

Kabu

pate

n Su

mba

Bar

at

Kabu

pate

n Su

mba

Tim

ur

Suma At

edalo

Waik

asak

a

Kodi

Mena

ngalo

ku

Tjg. K

aros

so

Tjg. M

amba

Tjg. R

uaTjg

. Maro

ngi

T l k

. Sip

u

S. W a i n g a p uKam

barur

u

T l k

. Nan

gam

essi

S e

l a

t

S u

m b

a

9°30'9°00'8°30'

9°30'9°00'8°30'

119°

00'

119°

30'

120°

00'

119°

00'

119°

30'

120°

00'

Insert

Pet

a

11°9°7°

11°9°7°

119°

121°

123°

125°

119°

121°

123°

125°

Geog

rafis

Ditje

n. KP

3K

Indek

s Blad

Pet

a : B

akos

urtan

al

U

TB

S

100

1020

Km

Selat

Sum

baSh

eet 1

:

Proy

eksi

Peta

: WGS

198

4

- Peta

Rup

a Bum

i Indo

nesia

Bak

osur

tanal

2008

Lau

t Saw

u da

n Se

kitarn

yaDi

t. KTN

L Ditje

n. KP

3K D

KP, 2

005

- Has

il Stud

i Pote

nsi C

alon K

awas

an K

onse

rvasi

Perai

ran N

asion

al

- Peta

Pote

nsi P

esisi

r Kab

upate

n/Kota

,Pus

at Da

ta da

n Info

rmas

iSu

mber

Data

:

SATK

ER D

IREK

TORA

T KON

SERV

ASI D

AN TA

MAN

NASIO

NAL L

AUT

DIRE

KTOR

AT JE

NDER

AL K

ELAU

TAN,

PESI

SIR

DAN

PULA

U-PU

LAU

KECI

LDE

PART

EMEN

KELA

UTAN

DAN

PERI

KANA

NTa

hun 2

009

Total

Lua

s Kaw

asan

: 3.52

1.13

0,01

haLu

as : 5

67.16

5,64

ha

Luas

: 2.95

3.96

4,37

haW

ilaya

h Per

airan

Sela

t Sum

ba da

n sek

itarny

a

Wila

yah P

erair

an P

. Sab

u - R

ote -

Tim

or -

Batek

da

n se

kitar

nya

Kawa

san K

onse

rvasi

:

Lege

nda :

Batim

etri : 0 -

500 m

500

- 100

0 m10

00 -

3000

m30

00 -

5000

m> 5

000

m

Goso

ngKa

rang

Nega

ra B

atas

Kabu

pate

n/Kot

a Pes

isir

Ketin

ggian

Dar

atan

(dpl) :

0 - 30

0 m30

1 - 1

000 m

1001

- 17

50 m

1751

- 25

00 m

2501

- 45

00 m

Batas

Adm

inistr

asi :

Nega

raPr

ovins

iBa

tas Z

EEBa

tas La

ndas

Kon

tinen

Batas

Laut

Teri

toria

l

Alur L

aut K

epula

uan

Indon

esia

Garis

Pan

tai

Ibu ko

ta :

x{Ibu

kota

Nega

ra#Y

Ibuko

ta Pr

ovins

i

Sung

aiJa

lan

Skala

1 : 2

50.00

0

PETA

PEN

CADA

NG

ANKA

WAS

AN K

ON

SERV

ASI P

ERA

IRAN

NAS

ION

ALLA

UT

SAW

U D

AN S

EKIT

ARN

YAPR

OVI

NSI

NUS

A TE

NGG

ARA

TIM

UR

Peta

1 d

ari 5

Lamp

iran I

I: Kep

utusa

n Men

teri K

elauta

n dan

Per

ikana

n No

. KEP

. 38

/MEN

/2009

Te

ntang

Pen

cada

ngan

Kaw

asan

Kon

serva

si Pe

raira

n Nas

ional

Laut

Sawu

dan S

ekita

rnya

di P

rovin

si Nu

sa T

engg

ara T

imur

Page 36: 02 Suplemen Kelembagaan

64 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 65Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

                                         

P. M

angu

du -

P. R

aijua

Shee

t 2 :

Buju

r Tim

ur

n Su

mba

Tim

ur

S. W a i n g

Tjg. T

uak

Melol

oTjg

. War

ajang

ga Tjg. U

ndu

Bend

a

Tjg. H

auli

P. N

usam

anuk

Tjg. B

atulag

a

Tjg. N

garum

ange

h

P. La

halur

a

Mima

Tjg. N

gunju

P. M

angu

duT

l k. W

atuli

bu

P. D

ana

P. R

aiju

aTjg. M

esan

aS e

l a t

R a i j

u

11°00'10°30'10°00'

11°00'10°30'10°00'

120°

30'

121°

00'

121°

30'

120°

30'

121°

00'

121°

30'

Insert

Pet

a

11°9°7°

11°9°7°

119°

121°

123°

125°

119°

121°

123°

125°

Peta

2 d

ari 5

PETA

PEN

CADA

NG

ANKA

WAS

AN K

ON

SERV

ASI P

ERA

IRAN

NAS

ION

ALLA

UT

SAW

U D

AN S

EKIT

ARN

YAPR

OVI

NSI

NUS

A TE

NGG

ARA

TIM

UR

Skala

1 : 2

50.00

0

Jalan

Sung

ai

Ibuko

ta Pr

ovins

i#Y

Ibuko

ta Ne

gara

x{Ibu

kota

: Garis

Pan

tai

Alur L

aut K

epula

uan

Indon

esia

Batas

Adm

inistr

asi :

Nega

raPr

ovins

iBa

tas Z

EEBa

tas La

ndas

Kon

tinen

Batas

Laut

Teri

toria

l

Ketin

ggian

Dar

atan

(dpl) :

0 - 30

0 m30

1 - 1

000 m

1001

- 17

50 m

1751

- 25

00 m

2501

- 45

00 m

Goso

ngKa

rang

Nega

ra B

atas

Kabu

pate

n/Kot

a Pes

isir

Batim

etri : 0 -

500 m

500

- 100

0 m10

00 -

3000

m30

00 -

5000

m> 5

000

m

Lege

nda :

Kawa

san K

onse

rvasi

:W

ilaya

h Per

airan

P. S

abu -

Rot

e - T

imor

- Ba

tek

dan

sekit

arny

a

Wila

yah P

erair

an S

elat S

umba

dan s

ekita

rnya

Luas

: 2.95

3.96

4,37

ha

Luas

: 567

.165,

64 h

aTo

tal L

uas K

awas

an : 3

.521.

130,0

1 ha

SATK

ER D

IREK

TORA

T KON

SERV

ASI D

AN TA

MAN

NASIO

NAL L

AUT

DIRE

KTOR

AT JE

NDER

AL K

ELAU

TAN,

PESI

SIR

DAN

PULA

U-PU

LAU

KECI

LDE

PART

EMEN

KELA

UTAN

DAN

PERI

KANA

NTa

hun 2

009

Sumb

er D

ata :

- Peta

Pote

nsi P

esisi

r Kab

upate

n/Kota

,Pus

at Da

ta da

n Info

rmas

i

- Has

il Stud

i Pote

nsi C

alon K

awas

an K

onse

rvasi

Perai

ran N

asion

al

Dit. K

TNL D

itjen.

KP3K

DKP

, 200

5 L

aut S

awu

dan

Sekit

arnya

- Peta

Rup

a Bum

i Indo

nesia

Bak

osur

tanal

2008

Proy

eksi

Peta

: WGS

198

4

100

1020

Km

U

TB

S

Indek

s Blad

Pet

a : B

akos

urtan

al

Geog

rafis

Ditje

n. KP

3K

Lintang Selatan

                                         Bu

jur T

imur

Shee

t 3 :

P. R

aijua

- P.

Rot

e

Kabu

pate

n Ro

te N

dao

Tjg. A

imau

Tjg. L

iegeta

Tjg. N

iuwud

u

Tjg. M

erebu

P. S

awu

P. R

aiju

a

Seba

Tjg. M

esan

a

S e l a

t R a

i j u

a

Tjg. B

oa

Baa

P. R

Tjg. T

onga

T l k

. Ko

T l k

. Buk

a

P. N

use

P. D

ao K

ecil

P. D

ao B

esar

P. D

ana

P. H

alian

aP. La

nduP. M

anuk

Tjg. S

oloka

endo

fo

11°00'10°30'

11°00'10°30'

121°

30'

122°

00'

122°

30'

123°

00'

121°

30'

122°

00'

122°

30'

123°

00'

Insert

Pet

a

11°9°7°

11°9°7°

119°

121°

123°

125°

119°

121°

123°

125°

Peta

3 d

ari 5

PETA

PEN

CADA

NG

ANKA

WAS

AN K

ON

SERV

ASI P

ERA

IRAN

NAS

ION

ALLA

UT

SAW

U D

AN S

EKIT

ARN

YAPR

OVI

NSI

NUS

A TE

NGG

ARA

TIM

UR

Skala

1 : 2

50.00

0

Jalan

Sung

ai

Ibuko

ta Pr

ovins

i#Y

Ibuko

ta Ne

gara

x{Ibu

kota

: Garis

Pan

tai

Alur L

aut K

epula

uan

Indon

esia

Batas

Adm

inistr

asi :

Nega

raPr

ovins

iBa

tas Z

EEBa

tas La

ndas

Kon

tinen

Batas

Laut

Teri

toria

l

Ketin

ggian

Dar

atan

(dpl) :

0 - 30

0 m30

1 - 1

000 m

1001

- 17

50 m

1751

- 25

00 m

2501

- 45

00 m

Goso

ngKa

rang

Nega

ra B

atas

Kabu

pate

n/Kot

a Pes

isir

Batim

etri : 0 -

500 m

500

- 100

0 m10

00 -

3000

m30

00 -

5000

m> 5

000

m

Lege

nda :

Kawa

san K

onse

rvasi

:W

ilaya

h Per

airan

P. S

abu -

Rot

e - T

imor

- Ba

tek

dan

sekit

arny

a

Wila

yah P

erair

an S

elat S

umba

dan s

ekita

rnya

Luas

: 2.95

3.96

4,37

ha

Luas

: 567

.165,

64 h

aTo

tal L

uas K

awas

an : 3

.521.

130,0

1 ha

SATK

ER D

IREK

TORA

T KON

SERV

ASI D

AN TA

MAN

NASIO

NAL L

AUT

DIRE

KTOR

AT JE

NDER

AL K

ELAU

TAN,

PESI

SIR

DAN

PULA

U-PU

LAU

KECI

LDE

PART

EMEN

KELA

UTAN

DAN

PERI

KANA

NTa

hun 2

009

Sumb

er D

ata :

- Peta

Pote

nsi P

esisi

r Kab

upate

n/Kota

,Pus

at Da

ta da

n Info

rmas

i

- Has

il Stud

i Pote

nsi C

alon K

awas

an K

onse

rvasi

Perai

ran N

asion

al

Dit. K

TNL D

itjen.

KP3K

DKP

, 200

5 L

aut S

awu

dan

Sekit

arnya

- Peta

Rup

a Bum

i Indo

nesia

Bak

osur

tanal

2008

Proy

eksi

Peta

: WGS

198

4

100

1020

Km

U

TB

S

Indek

s Blad

Pet

a : B

akos

urtan

al

Geog

rafis

Ditje

n. KP

3K

Lintang Selatan

Page 37: 02 Suplemen Kelembagaan

66 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 67Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

                                         

Shee

t 4 :

P. R

ote

- Tel

uk K

upan

g

Buju

r Tim

ur

#Y(

(

Kabu

pate

n R

ote

Ndao

Kabu

pate

n K

upan

g

Tjg. B

oa

Baa

P. R

ote

Tong

a

T l k

. Kor

obaf

o

T l k

. Buk

a

cil

P. D

ana

P. H

alian

aP. La

nduP. M

anuk

Tjg. S

oloka

endo

fo

Tjg. P

uleh

Tjg. B

arate

Bara

te

Tjg. T

enou

Oibe

lo

Tjg. O

isina

P. S

emau

Tjg. H

ansis

i

Tjg. K

uron

g

Kota

Kup

ang

Tjg. P

akula

kP.

Tiku

sP.

Kera

T l k

. Kup

ang

T l k

. Noil

mina

Tjg. B

atupu

tih

Tjg. M

ali

T l k. S o k a t a

S e l a t S

e m a u

Tjg. F

ukua

tu

Kara

ng B

eatri

ce

P. U

su Tjg. P

lakok

oli

Tjg. B

atuisi

Tjg. N

akai

S e l

a t

R o

t i

11°00'10°30'10°00'

11°00'10°30'10°00'

123°

00'

123°

30'

124°

00'

123°

00'

123°

30'

124°

00'

Insert

Pet

a

11°9°7°

11°9°7°

119°

121°

123°

125°

119°

121°

123°

125°

Peta

4 d

ari 5

PETA

PEN

CADA

NG

ANKA

WAS

AN K

ON

SERV

ASI P

ERA

IRAN

NAS

ION

ALLA

UT

SAW

U D

AN S

EKIT

ARN

YAPR

OVI

NSI

NUS

A TE

NGG

ARA

TIM

UR

Skala

1 : 2

50.00

0

Jalan

Sung

ai

Ibuko

ta Pr

ovins

i#Y

Ibuko

ta Ne

gara

x{Ibu

kota

: Garis

Pan

tai

Alur L

aut K

epula

uan

Indon

esia

Batas

Adm

inistr

asi :

Nega

raPr

ovins

iBa

tas Z

EEBa

tas La

ndas

Kon

tinen

Batas

Laut

Teri

toria

l

Ketin

ggian

Dar

atan

(dpl) :

0 - 30

0 m30

1 - 1

000 m

1001

- 17

50 m

1751

- 25

00 m

2501

- 45

00 m

Goso

ngKa

rang

Nega

ra B

atas

Kabu

pate

n/Kot

a Pes

isir

Batim

etri : 0 -

500 m

500

- 100

0 m10

00 -

3000

m30

00 -

5000

m> 5

000

m

Lege

nda :

Kawa

san K

onse

rvasi

:W

ilaya

h Per

airan

P. S

abu -

Rot

e - T

imor

- Ba

tek

dan

sekit

arny

a

Wila

yah P

erair

an S

elat S

umba

dan s

ekita

rnya

Luas

: 2.95

3.96

4,37

ha

Luas

: 567

.165,

64 h

aTo

tal L

uas K

awas

an : 3

.521.

130,0

1 ha

SATK

ER D

IREK

TORA

T KON

SERV

ASI D

AN TA

MAN

NASIO

NAL L

AUT

DIRE

KTOR

AT JE

NDER

AL K

ELAU

TAN,

PESI

SIR

DAN

PULA

U-PU

LAU

KECI

LDE

PART

EMEN

KELA

UTAN

DAN

PERI

KANA

NTa

hun 2

009

Sumb

er D

ata :

- Peta

Pote

nsi P

esisi

r Kab

upate

n/Kota

,Pus

at Da

ta da

n Info

rmas

i

- Has

il Stud

i Pote

nsi C

alon K

awas

an K

onse

rvasi

Perai

ran N

asion

al

Dit. K

TNL D

itjen.

KP3K

DKP

, 200

5 L

aut S

awu

dan

Sekit

arnya

- Peta

Rup

a Bum

i Indo

nesia

Bak

osur

tanal

2008

Proy

eksi

Peta

: WGS

198

4

100

1020

Km

U

TB

S

Indek

s Blad

Pet

a : B

akos

urtan

al

Geog

rafis

Ditje

n. KP

3K

Lintang Selatan

     

Buju

r Tim

ur

#Y(

(

(

(

TIM

OR

LEST

EK

Kabu

pate

n Ti

mor

Ten

gah

Sela

ta

Kabu

pate

n K

upan

g

P. B

atek

Wini

Soliu

Naikl

eu

Tjg. T

obo

Tjg. G

umuk

Tjg. M

as

Fatuu

nus

Tjg. K

urus

Tjg. B

arate

Bara

te

Tjg. T

enou

Oibe

lo

Kalba

n

Tjg. O

isina

P. S

emau

Tjg. H

ansis

i

Tjg. K

uron

g

Kota

Kup

ang

Tjg. P

akula

kP.

Tiku

sP.

Kera

T l k

. Kup

ang

T l k

. Noil

mina

Tjg. B

atupu

tih

Tjg. M

ali

T l k. S o k a t a

S e l a t S e m a u

Tjg. F

ukua

tu

Kara

ng B

eatri

ce

P. U

suTjg. N

akai

S e l

a t

R o

t i

10°30'10°00'9°30'

10°30'10°00'9°30'

123°

00'

123°

30'

124°

00'

124°

30'

123°

00'

123°

30'

124°

00'

124°

30'

Insert

Pet

a

11°9°7°

11°9°7°

119°

121°

123°

125°

119°

121°

123°

125°

Peta

5 d

ari 5

PETA

PEN

CADA

NG

ANKA

WAS

AN K

ON

SERV

ASI P

ERA

IRAN

NAS

ION

ALLA

UT

SAW

U D

AN S

EKIT

ARN

YAPR

OVI

NSI

NUS

A TE

NGG

ARA

TIM

UR

Skala

1 : 2

50.00

0

Jalan

Sung

ai

Ibuko

ta Pr

ovins

i#Y

Ibuko

ta Ne

gara

x{Ibu

kota

: Garis

Pan

tai

Alur L

aut K

epula

uan

Indon

esia

Batas

Adm

inistr

asi :

Nega

raPr

ovins

iBa

tas Z

EEBa

tas La

ndas

Kon

tinen

Batas

Laut

Teri

toria

l

Ketin

ggian

Dar

atan

(dpl) :

0 - 30

0 m30

1 - 1

000 m

1001

- 17

50 m

1751

- 25

00 m

2501

- 45

00 m

Goso

ngKa

rang

Nega

ra B

atas

Kabu

pate

n/Kot

a Pes

isir

Batim

etri : 0 -

500 m

500

- 100

0 m10

00 -

3000

m30

00 -

5000

m> 5

000

m

Lege

nda :

Kawa

san K

onse

rvasi

:W

ilaya

h Per

airan

P. S

abu -

Rot

e - T

imor

- Ba

tek

dan

sekit

arny

a

Wila

yah P

erair

an S

elat S

umba

dan s

ekita

rnya

Luas

: 2.95

3.96

4,37

ha

Luas

: 567

.165,

64 h

aTo

tal L

uas K

awas

an : 3

.521.

130,0

1 ha

SATK

ER D

IREK

TORA

T KON

SERV

ASI D

AN TA

MAN

NASIO

NAL L

AUT

DIRE

KTOR

AT JE

NDER

AL K

ELAU

TAN,

PESI

SIR

DAN

PULA

U-PU

LAU

KECI

LDE

PART

EMEN

KELA

UTAN

DAN

PERI

KANA

NTa

hun 2

009

Sumb

er D

ata :

- Peta

Pote

nsi P

esisi

r Kab

upate

n/Kota

,Pus

at Da

ta da

n Info

rmas

i

- Has

il Stud

i Pote

nsi C

alon K

awas

an K

onse

rvasi

Perai

ran N

asion

al

Dit. K

TNL D

itjen.

KP3K

DKP

, 200

5 L

aut S

awu

dan

Sekit

arnya

- Peta

Rup

a Bum

i Indo

nesia

Bak

osur

tanal

2008

Proy

eksi

Peta

: WGS

198

4

Telu

k Ku

pang

- P.

Bat

ekSh

eet 5

:

100

1020

Km

U

TB

S

Indek

s Blad

Pet

a : B

akos

urtan

al

Geog

rafis

Ditje

n. KP

3K

Lintang Selatan

Page 38: 02 Suplemen Kelembagaan

68 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 69Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

7. Lampiran 2

contoh Peraturan/Keputusan Lembaga Pengelola Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

1. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PEr.24/MEN/2011 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PEr.23/MEN/2008 Tentang organisasi dan Tata Kerja Unit Pengelola Teknis Kawasan Konservasi Perairan Nasional;

2. Keputusan bupati batang Nomor 523/195/2012 Tentang Pembentukan Lembaga Pengelola Kawasan Taman Pesisir Ujung negoro-roban dan Sekitarnya di Kabupaten batang;

1

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR PER.24/MEN/2011

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.23/MEN/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

UNIT PELAKSANA TEKNIS KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dengan adanya peningkatan beban kerja di bidang pengelolaan kawasan konservasi sebagai tindak lanjut penyerahan 8 (delapan) kawasan konservasi perairan nasional oleh Kementerian Kehutanan kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan, perlu mengubah Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.23/MEN/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kawasan Konservasi Perairan Nasional;

b. bahwa untuk itu perlu menetapkan Peraturan Menteri Kelautan

dan Perikanan tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Kelautan dan Perikanan Nomor PER.23/MEN/2008 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kawasan

Konservasi Perairan Nasional;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi

Eksklusif Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1983 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3260);

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);

3. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Pariwisata

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 78,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3427);

4. Undang-Undang Nomor Republik Indonesia 16 Tahun 1992

tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482);

Page 39: 02 Suplemen Kelembagaan

70 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 71Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

2

5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Keanekaragaman Hayati), (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3556);

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);

7. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433);

8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

9. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1984 tentang Pengelolaan Sumberdaya Alam Hayati di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3275);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3816);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

13. Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar;

14. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 56/P Tahun 2010;

3

15. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

16. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara, serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2010;

17. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/18/M.PAN/11/2008 tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis Kementerian dan Lembaga Pemerintah Nonkementerian;

18. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.23/

MEN/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kawasan Konservasi Perairan Nasional;

19. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.15/ MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan;

Memperhatikan : 1. Berita Acara Serah Terima Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam dari Departemen Kehutanan kepada Departemen Kelautan dan Perikanan Nomor: BA. 01/Menhut - IV/2009;

BA. 108/MEN.KP/III/2009

2. Persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dalam surat Nomor: B/1800/M.PAN-RB/7/2011, tanggal 28 Juli 2011;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.23/MEN/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN NASIONAL.

Pasal I

1. Judul BAB VIII dan ketentuan Pasal 25 diubah, sehingga BAB VIII dan Pasal 25 berbunyi sebagai berikut:

Page 40: 02 Suplemen Kelembagaan

72 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 73Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 4

BAB VIII

LOKASI, SATUAN KERJA, DAN WILAYAH KERJA

Pasal 25

Lokasi, Satuan Kerja, dan Wilayah Kerja Unit Pelaksana Teknis Kawasan Konservasi Perairan Nasional, adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

2. Ketentuan Lampiran III diubah, sehingga Lampiran III berbunyi sebagaimana tersebut dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal II

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 26 September 2011

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. FADEL MUHAMMAD

5

LAMPIRAN : Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan R.I. Nomor PER.24 /MEN/2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kelautan dan

Perikanan Nomor PER.23/MEN/2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kawasan Konservasi Perairan Nasional.

LOKASI, SATUAN KERJA, DAN WILAYAH KERJA

UPT KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN NASIONAL

NO. UPT LOKASI SATUAN KERJA WILAYAH KERJA

1. Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (Balai KKPN)

Kupang, Nusa Tenggara Timur

- - - - - -

• Sulawesi Tenggara • Sulawesi Barat • Sulawesi Tengah • Gorontalo • Nusa Tenggara Timur • Maluku Utara

Dobo • Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kepulauan Aru Bagian Tenggara, Maluku

Banda • Kawasan Konservasi Perairan Nasional Laut Banda, Maluku

Biak • Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kepulauan Padaido, Papua

Raja Ampat • Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kepulauan Raja Ampat dan Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kepulauan Waigeo, Papua Barat

Pangkep Lombok Utara

• Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kepulauan Kapoposang, Sulawesi Selatan

• Kawasan Konservasi Perairan Nasional Pulau Gili Ayer, Gili Meno, dan Gili Trawangan, Nusa Tenggara Barat

2. Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional (Loka KKPN)

Pekanbaru, Riau

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

• Aceh • Sumatera Utara • Riau • Kepulauan Riau • Jambi • Sumatera Selatan • Bengkulu • Bangka Belitung • Lampung • DKI Jakarta • Banten • Jawa Barat • Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta • Jawa Timur • Bali • Kalimantan Timur • Kalimantan Tengah • Kalimantan Barat • Kalimantan Selatan

Page 41: 02 Suplemen Kelembagaan

74 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 75Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

6

NO. UPT LOKASI SATUAN KERJA WILAYAH KERJA

Padang Pariaman

• Kawasan Konservasi Perairan Nasional Pulau Pieh, Sumatera Barat

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd. FADEL MUHAMMAD

Page 42: 02 Suplemen Kelembagaan

76 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 77Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Page 43: 02 Suplemen Kelembagaan

78 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 79Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Page 44: 02 Suplemen Kelembagaan

80 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 81Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

8. Lampiran 3

Struktur organisasi balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (bKKPN) berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan republik Indonesia Nomor PEr. 23/MEN/2008 tentang organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kawasan Konservasi Perairan Nasional.

Lampiran I : Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia NOMOR PER. 23/MEN/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kawasan Konservasi Perairan Nasional

STRUKTUR ORGANISASI

BALAI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN NASIONAL (BKKPN)

Disalin sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Organisasi Supranawa Yusuf

BKKPN

SUBBAGIAN TATA USAHA

SEKSI PENDAYAGUNAAN DAN PENGAWASAN

SEKSI PROGRAM DAN

EVALUASI

KELOMPOK

JABATAN

FUNGSIONAL

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN R.I,

ttd

FREDDY NUMBERI

9. Lampiran 4

Struktur organisasi Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional (LKKPN) berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan republik Indonesia Nomor PEr. 23/MEN/2008 tentang organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kawasan Konservasi Perairan Nasional

Lampiran II : Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia NOMOR PER. 23/MEN/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kawasan Konservasi Perairan Nasional

STRUKTUR ORGANISASI

LOKA KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN NASIONAL (LOKA KKPN)

Disalin sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Organisasi Supranawa Yusuf

LOKA KKPN

URUSAN TATA USAHA

SUBSEKSI PENDAYAGUNAAN DAN PENGAWASAN

SUBSEKSI PROGRAM DAN

EVALUASI

KELOMPOK

JABATAN

FUNGSIONAL

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN R.I,

ttd

FREDDY NUMBERI

Page 45: 02 Suplemen Kelembagaan

82 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 83Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

10. Lampiran 5

Peraturan walikota batam Nomor 31 Tahun 2010 Tentang Pembentukan Unit Pengelola Teknis Kawasan Konservasi Laut Pada Dinas Kelautan Perikanan Peternakan dan Kehutanan Kota batam.

Page 46: 02 Suplemen Kelembagaan

84 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 85Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Page 47: 02 Suplemen Kelembagaan

86 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 87Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Page 48: 02 Suplemen Kelembagaan

88 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 89Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Page 49: 02 Suplemen Kelembagaan

90 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 91Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

11. Lampiran 6

Keputusan walikota batam Nomor KPTS,72/bKD-PK/Iv2011 Tentang Pengangkatan Kepala dan Kepala Sub bagian Unit Pengelola Teknis di Lingkungan Kota batam..

Page 50: 02 Suplemen Kelembagaan

92 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 93Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Page 51: 02 Suplemen Kelembagaan

94 Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 95Panduan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Catatan:

Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Kementerian Kelautan dan Perikanan

Gedung Mina Bahari III Lantai 10Jalan Medan Merdeka Timur No 16 Jakarta Pusat 10110

Telp/Fax: (021) 3522045, Surel: [email protected] resmi: http://kkji.kp3k.kkp.go.id