Top Banner
PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI I BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBERDAYA MANUSIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Semarang, 1317 Oktober 2008 PELATIHAN PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI AHLI TEKNIK ZONASI I
38

00 Penyusunan Peraturan Zonasi

Jun 29, 2015

Download

Documents

-Bunda Alka-
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: 00 Penyusunan Peraturan Zonasi

PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI I

BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBERDAYA MANUSIADEPARTEMEN PEKERJAAN UMUMSemarang, 13‐17 Oktober 2008

PELATIHAN PENYUSUNAN PERATURAN ZONASIAHLI TEKNIK ZONASI I

Page 2: 00 Penyusunan Peraturan Zonasi

Peserta pelatihan memahami faktor‐faktor yang perludipertimbangkan dalam penyusunan peraturan zonasi.

Peserta pelatihan mengetahui prosedur yang harusdilakukan dalam menyusun peraturan zonasi.

Peserta pelatihan memahami teknik penyusunanperaturan zonasi [aturan teknis dan aturan administrasi].

Peserta pelatihan memahami peran serta masyarfakatdalam penyusunan peraturan zonasi

SASARAN

Page 3: 00 Penyusunan Peraturan Zonasi

Metode Pendekatan Penyusunan PeraturanZonasi

Tahapan Penyusunan Peraturan Zonasi

MATERI

Penyusunan Ketentuan Teknis PeraturanZonasi

Page 4: 00 Penyusunan Peraturan Zonasi

1.  METODE PENDEKATANPENYUSUNAN PERATURAN ZONASI

Jenis PendekatanPendekatan yang Dianjurkan

Page 5: 00 Penyusunan Peraturan Zonasi

JENIS PENDEKATAN

mempertimbangkan TEORI, KASUS dan PRESEDEN peraturan zonasi yang telah digunakan kota‐kota di luar negeri maupun dalam negeri

DEDUKSI

relatif cepat dihasilkan, tetapi hasilnya tidak selalu sesuai dengan kebutuhan pengendalian

perlu disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan daerah

Page 6: 00 Penyusunan Peraturan Zonasi

PERATURAN ZONASI (pengertian, filosofi dasar, substansi/materi, kelemahan maupun kelebihan sertabeberapa kasus studi baik di dalam negeri maupun di luarnegeri)

Tata guna lahan dan hirarkinya, kegiatan, pemanfaatandan pengendalian pemanfaatan ruang, eksteriorbangunan, bangun‐bangunan dan prasarana;

KELEMBAGAAN, KEWENANGAN, PROSES dan PROSEDUR pembangunan (termasuk Perijinan), secara konseptualmaupun empiris;

Standar, Ketentuan Teknis, Panduan, dan Peraturanperundangan yang berlaku.

CAKUPANKAJIAN

Page 7: 00 Penyusunan Peraturan Zonasi

Kajian yang menyeluruh, rinci  dan sistematik terhadap karakterisitik penggunaan lahan dan persoalan pengendalian pemanfaatan ruang yang dihadapi suatu daerah. memerlukan waktu, tenaga, dan biaya yang sangat besar.

INDUKSI

Page 8: 00 Penyusunan Peraturan Zonasi

Kajian PENGGUNAAN LAHAN yang adaPenyusunan KLASIFIKASI dan PENGKODEAN zonasi, serta daftar  JENIS dan HIRARKI pengunaan lahan yang ada di daerah (menyesuaikan pedoman yang ditetapkan oleh Departemen PU dengan penyesuaian seperlunya);PENYUSUNAN ATURAN untuk masing‐masing blok peruntukan;KAJIAN STANDAR TEKNIS dan ADMINISTRASI yang dapat dimanfaatkan dari peraturan‐perundangan nasional maupun daerah;PENETAPAN STANDAR TEKNIS dan ADMINISTRATIF yang akan diterapkan untuk daerah yang bersangkutan.

CAKUPANKAJIAN

Page 9: 00 Penyusunan Peraturan Zonasi

memanfaatkan hasil kajian dengan pendekatan deduksi yang dikoreksi dan divalidasi dengan kondisi dan persoalan empirik yang ada di daerah yang disusun Peraturan Zonasinya. 

Kombinasi pendekatan ini mengurangi waktu, biaya, dan tenaga yang dibutuhkan dibandingkan dengan pendekatan induksi.

Kombinasi deduksi dan induksiketersediaan informasi keterbatasan waktu, biaya dan tenaga dalam penyusun Peraturan Zonasi

PENDEKATAN YANG DIANJURKAN

DEDUKSI DAN

INDUKSI

Page 10: 00 Penyusunan Peraturan Zonasi

2.  TAHAPAN PENYUSUNANPERATURAN ZONASI

Status Hukum dan MateriPenyusunan Klasifikasi ZonasiPenyusunan Daftar Kegiatan

Penetapan/Deliniasi Blok PeruntukkanPenyusunan Aturan Teknis Peraturan Zonasi

Page 11: 00 Penyusunan Peraturan Zonasi

Ditetapkan dengan Peraturan Daerah– mengikat Pemerintah Daerah dan masyarakat 

(publik) – menetapkan sanksi bagi pihak yang melanggarnya. 

Materi Peraturan Daerah tentang Peraturan Zonasi sedikitnya terdiri dari:– Peraturan Zonasi ( ZoningText)– Peta Zonasi (Zoning Map)

STATUS HUKUM

MATERI

PENYUSUNAN KLASIFIKASI ZONASI

Page 12: 00 Penyusunan Peraturan Zonasi

Peta Materi Teknis PZ Inventarisasi pemanfaatan ruang

Klasifikasi pemanfaatan ruang

Hirarki penggunaan lahan

Kompatibilitas

Boleh

Bersyarat

Terbatas

Inventarisasi ketinggian, GSB, Orientasi dan ketentuan lainnyayang terkait.

Kodifikasi standar

Inventarisasi intensitas PR

Klasifikasi intensitas PR berdasarkan jenis/zonapemanfaatan ruang

Inventarisasi standar-standarprasarana di Bandung

Kodifikasi standar

Inventarisasi standar, pedomanteknis, petunjuk teknis terkait.

Inventarisasi prasarana yang perlu diatur

Tata carapenetapan blokperuntukan dan

penetapan zonasi

Identifikasi lembaga dan tugasserta kewenangannya

Identifikasi proses dan prosedur

Amandemen/ perubahanPeraturan

Pembangunandan peta zona

PeraturanZonasi

Intensitas Pemanfaatan

Ruang

PenggunaanLahan

Tata Massa Bangunan

Prasarana

Standar-standar

Kelembagaan

Dilarang

Page 13: 00 Penyusunan Peraturan Zonasi

1. Penyusunan klasifikasi zonasi 2. Penyusunan daftar kegiatan 3. Penetapan/delineasi blok peruntukan 4. Penyusunan aturan teknis zonasi

– Kegiatan dan penggunaan lahan – Intensitas pemanfaatan ruang – Tata massa bangunan – Prasarana – Lain‐lain/tambahan – Aturan khusus 

5. Penyusunan standar teknis 6. Pemilihan teknik pengaturan zonasi7. Penyusunan peta zonasi 8. Penyusunan aturan pelaksanaan 9. Penyusunan perhitungan dampak 10.Peran serta masyarakat 11.Penyusunan aturan administrasi zonasi

TAHAPAN PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI

Page 14: 00 Penyusunan Peraturan Zonasi

1. PenyusunanKlasifikasi Zona

3. PenetapanDelineasi BlokPeruntukan

4. PenyusunanAturan Teknis Zonasi

4.b.IntensitasPemanfaatanRuang

4.c.Tata MassaBangunan

4.d.Prasarana

4e.AturanLain

4.f.AturanKhusus

Jenis Aturan:-Preskriptif-Kinerja

Pendekatan:-Issue of Concerns-Scope of Isues

11. PenyusunanAturanAdministrasiZonasi

8. PenyusunanAturanPelaksanaan

6. Pilihan TeknikPengaturan Zonasi

7. PenyusunanPeta Zonasi

9. PenyusunanAturan Dampak

5. PenyusunanStandar

2. PenyusunanDaftar Kegiatan

4.a.Kegiatan danPenggunaanLahan

10. Peran SertaMasyarakat

Page 15: 00 Penyusunan Peraturan Zonasi

Jenis dan hirarki zona yang disusun berdasarkan kajian teoritis, kajian perbandingan, maupun kajian empirikuntuk digunakan di daerah yang disusun Peraturan Zonasinya. 

Merupakan perampatan (generalisasi) dari kegiatan atau penggunaan lahan yang mempunyai karakter dan/atau dampak yang sejenis atau yang relatif sama.

menetapkan zonasi yang akan dikembangkan pada suatu  wilayah perkotaan;menyusun hirarki zonasi berdasarkan tingkat gangguannya.

DEFINISI KLASIFIKASI 

ZONASI

1. KLASIFIKASI ZONASI

TUJUAN

Page 16: 00 Penyusunan Peraturan Zonasi

Merujuk pada klasifikasi dan kriteria zonasi yang ada pada Lampiran I konsep panduan iniMenambahkan/melengkapi klasifikasi zonasi dengan mempertimbangkan:

– Hirarki klasifikasi zonasi– Zonasi yang sudah berkembang– Jenis zona yang spesifik yang ada – Jenis zonasi yang prospektif berkembang

Menghapuskan zonasi yang tidak terdapat di daerah dari Lampiran yang dirujuk

1. KLASIFIKASI ZONASI

PERTIMBANGAN

Peruntukan Zona Hirarki 5– Menunjukkan penggunaan yang lebih detail/rinci untuk 

setiap peruntukan hirarki 4, mencakup blok peruntukan dan tata cara/aturan pemanfaatannya.

HIRARKI YANG DIANJURKAN

Page 17: 00 Penyusunan Peraturan Zonasi

– Setiap zonasi diberi kode yang mencerminkan fungsi zonasi yang dimaksud. 

– Pengkodean zonasi dapat merujuk pada kode zonasi dalam Lampiran I konsep panduan ini.

– Nama kode zonasi dapat disesuaikan dengan RTRW yang berlaku di daerah masing‐masing.

– Nama kode zonasi diupayakan bersifat universal seperti yang banyak digunakan di luar negeri.

CONTOH:A‐1 Agricultural district (pertanian)R‐1 One and two‐family residential district (perumahan)R‐2Multifamily residential district (perumahan)R‐3Mobile home residential district (perumahan)R‐4 Planned unit development district (perumahan)C‐1 Commercial district (low density) (komersial)C‐2 Commercial district (medium density) (komersial)M‐1 Light industrial [manufactur] district (industri)M‐2 Heavy industrial [manufactur]district (industri)FC‐1 Floodplain or conservation district

KODE ZONASI [KETENTUAN]

1. KLASIFIKASI ZONASI

Page 18: 00 Penyusunan Peraturan Zonasi

Daftar berisi rincian kegiatan yang ada, mungkin ada, atau prospektif dikembangkan pada suatu zona yang ditetapkan.

2. DAFTAR KEGIATAN

DAFTAR KEGIATAN

Page 19: 00 Penyusunan Peraturan Zonasi

Merujuk pada Daftar Kegiatan (Lampiran III), yang telah disusun berdasarkan:

– Kajian literatur, peraturan‐perundangan, dan perbandingan dari berbagai contoh;

– Skala/tingkat pelayanan kegiatan berdasarkan standar pelayanan yang berlaku (misalnya standar Dept. PU);

Menambah/melengkapi daftar kegiatan pada Lampiran III dengan mempertimbangkan:

– Jenis kegiatan dan jenis penggunaan lahan yang sudah berkembang pada daerah yang akan disusun Peraturan Zonasinya (kajian/pengamatan empiris).

– Jenis kegiatan spesifik yang ada di daerah yang disusun Peraturan Zonasinya yang belum terdaftar.

– Jenis kegiatan yang prospektif berkembang di daerah yang akan disusun Peraturan Zonasinya.

Menghapuskan kegiatan yang tidak terdapat di daerah dari daftar kegiatan Lampiran III.

PERTIMBANGAN

2. DAFTAR KEGIATAN

Page 20: 00 Penyusunan Peraturan Zonasi

PERUMAHAN KOMERSIAL

1. Berdasarkan jenis bangunan :a. Rumah Tunggalb. Rumah KopelRumah

DeretTownhousec. Rumah Susun rendah (< 5

lantai)d. Rumah Susun Sedang (5 s.d.

8 lantai) e. Rumah Susun Tinggi (> 8

lantai)

1. Berdasarkan Jenis Tempat :a. Warungb. Tokoc. Pertokoand. Pasar tradisionale. Pasar lingkunganf. Penyaluran grosirg. Pusat perbelanjaanh. Supermarketi. Mallj. Plazak. Shopping Center

2. Berdasarkan fungsi:a. Asramab. Kost-kostanc. Panti jompod. Panti asuhan yatim piatue. Guest Housef. Paviliung. Rumah dinas

2. Jenis Barang yang Diperdagangkan

a. Bahan bangunan dan perkakas

b. Makanan dan Minumanc. Peralatan Rumah Tanggad. Hewan peliharaan e. Barang kelontongf. dll

CONTOH DAFTAR 

KEGIATAN

2. DAFTAR KEGIATAN

Page 21: 00 Penyusunan Peraturan Zonasi

Sebidang lahan yang dibatasi sekurang‐kurangnya oleh batasan fisik yang nyata (seperti jaringan jalan, sungai, selokan, saluran irigasi,  saluran udara tegangan (ekstra) tinggi, pantai, dan lain‐lain), maupun yang belum nyata (rencana jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana kota).

Nomor Blok Peruntukan

Nomor yang diberikan pada setiap blok peruntukan.

Delineasi Blok PeruntukanBlok peruntukan dibatasi oleh batasan fisik yang nyata  

maupun yang belum nyata.

3. PENETAPAN/DELINIASI BLOK PERUNTUKAN

DEFINISI BLOK PERUNTUKAN

Page 22: 00 Penyusunan Peraturan Zonasi

Yang nyata:

• jaringan jalan, 

• sungai, 

• selokan, 

• saluran irigasi,  

• saluran udara tegangan (ekstra) tinggi, 

• garis pantai, dll.

Yang belum nyata:

• rencana jaringan jalan, • rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan 

rencana kota, dan rencana sektoral lainnya.

3. PENETAPAN/DELINIASI BLOK PERUNTUKAN

BATAS BLOK PERUNTUKAN

Page 23: 00 Penyusunan Peraturan Zonasi

Blok peruntukan perlu diberi nomor blok memudahkan referensi. Nomor blok peruntukan dapat didasarkan pada kode pos(berdasarkan kelurahan/desa) diikuti dengan 3 digit nomor blok. Nomor blok dapat ditambahkan huruf bila blok tersebut dipecah menjadi beberapa subblok (lihat Subbab 2.8).

Nomor blok = [kode pos]‐[3 digit angka].[huruf]

Opsional untuk pemecahan blok Nomor urut

Contoh nomor blok:

•Blok 40132‐001, ... Blok 40132‐023; Blok 40132‐024... , dst.

PENOMORANBLOK 

PERUNTUKAN

3. PENETAPAN/DELINIASI BLOK PERUNTUKAN

Satu subblok dapat dipecah menjadi beberapa subblok.

Page 24: 00 Penyusunan Peraturan Zonasi

BLOKPERUNTUKAN

GSB

GSBGSJ

GSJ

GSJ

GSJ

40132-023

40132-024

Nomor Blok Peruntukan

Keterangan:GSJ = Garis Sempadan Jalan

GSB = Garis Sempadan Bangunan

CONTOH PENENTUAN 

BLOK PERUNTUKAN

3. PENETAPAN/DELINIASI BLOK PERUNTUKAN

Page 25: 00 Penyusunan Peraturan Zonasi

Aturan pada suatu zonasi yang berisi ketentuan pemanfaatan ruang (kegiatan atau penggunaan lahan, intensitas pemanfaatan ruang, ketentuan tata massa bangunan, ketentuan prasarana minimum yang harus disediakan, aturan lain yang dianggap penting, dan 

aturan khusus untuk kegiatan tertentu).

4. PENYUSUNAN ATURAN TEKNIS 

Page 26: 00 Penyusunan Peraturan Zonasi

Panduan preskriptif (prescriptive guidelines) peraturan yang memberikan ketentuan‐ketentuan yang dibuat sangat ketat, rinci dan terukur.

Contoh:  luas minimum (m2),  tinggi maksimum (m    

atau lantai), KDB maksimum (%), dll.

Panduan kinerja (performance guidelines)peraturan yang menyediakan berbagai ukuran serta kriteria kinerja dalam memberikan panduannya, yang tidak ketat. 

Contoh: kegiatan baru tidak boleh menurunkan rasio 

volume lalu‐lintas dan kapasitas jalan (V/C 

ratio) di bawah D

4. PENYUSUNAN ATURAN TEKNIS 

JENIS ATURAN

Page 27: 00 Penyusunan Peraturan Zonasi

(1) aspek yang diperhatikan (issues of concern)pokok perhatian atau kriteria yang menjadi dasar 

penyusunan aturan. (misal : keselamatan, keamanan)

(2) komponen yang diatur (scope of issues).komponen yang diatur berdasarkan pokok perhatian 

yang terkait. Contoh komponen yang harus diatur adalah, KDB, KLB, kepadatan bangunan, jarak antar bangunan, dll

4. PENYUSUNAN ATURAN TEKNIS 

PERTIMBANGAN PENYUSUNAN 

ATURAN

Page 28: 00 Penyusunan Peraturan Zonasi

• Aturan Kegiatan dan Penggunaan Lahan

• Aturan Intensitas Pemanfaatan Ruang

• Aturan Tata Massa Bangunan

• Aturan Prasarana Minimum

• Aturan Lain/Tambahan

• Aturan Khusus

4. PENYUSUNAN ATURAN TEKNIS 

CAKUPAN ATURAN

Page 29: 00 Penyusunan Peraturan Zonasi

aturan yang berisi kegiatan yang diperbolehkan, diperbolehkan bersyarat, diperbolehkan terbatas atau dilarang pada suatu zona.

Aturan kegiatan dan penggunaan lahan pada suatu zonasi dinyatakan dengan klasifikasi sebagai berikut:

•”I” = Pemanfaatan diizinkan (P, permitted)

•”T” = Pemanfaatan diizinkan secara terbatas (R, restricted)

•”B” = Pemanfaatan memerlukan izin penggunaan bersyarat 

(C, conditional)

•”‐” = pemanfaatan yang tidak diijinkan (not permitted)

ATURAN KEGIATAN  

PENGGUNAAN LAHAN

KLASIFIKASI KEGIATAN  

PENGGUNAAN LAHAN

4. PENYUSUNAN ATURAN TEKNIS 

Page 30: 00 Penyusunan Peraturan Zonasi

Umum, berlaku untuk semua jenis penggunaan lahan,:• Kesesuaian dengan arahan dalam rencana tata ruang 

kabupaten/kota;• Keseimbangan antara kawasan lindung dan budidaya

dalam suatu wilayah;• Kelestarian lingkungan (perlindungan dan pengawasan 

terhadap pemanfaatan air, udara dan ruang bawah tanah);• Toleransi terhadap tingkat gangguan dan dampak 

terhadap peruntukkan yang ditetapkan;• Kesesuaian dengan kebijakan pemerintah kabupaten/kota 

di luar rencana tata ruang yang ada;• Tidak merugikan golongan masyarakat, terutama golongan 

sosial‐ekonomi lemah.

PERTIMBANGAN

ATURAN KEGIATAN  

PENGGUNAAN LAHAN

Page 31: 00 Penyusunan Peraturan Zonasi

Khusus, berlaku untuk masing‐masing karakteristik guna lahan, kegiatan atau komponen yang akan dibangun, dapat disusun berdasarkan:

• Rujukan terhadap ketentuan‐ketentuan maupun standar‐standar yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang 

• Rujukan terhadap ketentuan dalam Peraturan Bangunan Setempat

• Rujukan terhadap ketentuan khusus bagi unsur bangunan/komponen yang dikembangkan (misalnya: pompa bensin, BTS/Base Tranceiver Station, dll)

PERTIMBANGAN

ATURAN KEGIATAN  

PENGGUNAAN LAHAN

Page 32: 00 Penyusunan Peraturan Zonasi

Berorientasi pada kegiatan yang diperbolehkan :• Kegiatan yang sejenis dinyatakan diperbolehkan dengan 

eksplisit • (contoh: ”Kegiatan yang diperbolehkan adalah ........., ....., dan 

.......”).• Kegiatan yang tidak sejenis tidak dinyatakan (berarti dilarang)• Kegiatan yang tidak termasuk dalam aturan 1 dan 2 dapat 

disebutkan • (contoh: “restoran, tapi tidak termasuk klub malam”)

Berorientasi pada kegiatan yang dilarang :• Kegiatan yang sejenis dinyatakan dilarang dengan eksplisit • (contoh: ”Kegiatan yang dilarang meliputi ........., ....., dan 

.......”)• Kegiatan yang tidak sejenis tidak dinyatakan (berarti 

diperbolehkan) • Kegiatan yang sejenis dengan kegiatan yang dilarang, namun 

diperbolehkan dengan syarat • (contoh: ”pertokoan dilarang, kecuali kurang dari 50 m2)

PERTIMBANGAN

ATURAN KEGIATAN  

PENGGUNAAN LAHAN

Page 33: 00 Penyusunan Peraturan Zonasi

Besaran pembangunan yang diperbolehkan berdasarkan batasan KDB, KLB, KDH atau kepadatan penduduk

Minimum terdiri dari:•Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimum

•Koefisien Lantai Bangunan (KLB) maksimum

•Koefisien dasar Hijau (KDH) minimumAturan yang dapat ditambahkan dalam intensitas pemanfaatan ruang antara lain:

•Koefisien Tapak Basemen (KTB) maksimum

•Koefisen Wilayah terbangun (KWT) maksimum

•Kepadatan bangunan atau unit maksimum

•Kepadatan penduduk minimum

ATURAN INTENSITAS 

PEMANFAATAN RUANG

MATERI ATURAN

Page 34: 00 Penyusunan Peraturan Zonasi

1. Standar atau interval KDB dan KLB dapat merujuk pada aturan di bawah ini, dan dapat disesuaikan dengan kondisi di daerah:

2. SK MenPU No. 640/KPTS/1986 tentang Perencanaan Tata Ruang Kota

3. Kepmendagri No. 59/1988 tentang Petunjuk Pelaksanaan Permendagri No. 2/1987 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kota

ATURAN INTENSITAS 

PEMANFAATAN RUANG

RUJUKAN ATURAN

Catatan: Meskipun sudah tidak berlaku lagi, ketentuan tersebut 

di atas dapat dijadikan sebagai rujukan. 

Page 35: 00 Penyusunan Peraturan Zonasi

Bentuk, besaran, peletakan, dan tampilan bangunan pada suatu persil/tapak yang dikuasai.

Pengaturan tata massa bangunan mencakup antara lain:

• garis sempadan bangunan (GSB) minimum;

• jarak bebas antarbangunan minimum;

• tinggi bangunan maksimum atau minimum;

• amplop bangunan;

• tampilan bangunan (opsional);

• dan aturan lain yang dianggap perlu. 

ATURAN TATA MASSA 

BANGUNAN

MATERI ATURAN

Page 36: 00 Penyusunan Peraturan Zonasi

kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Cakupan prasarana yang diatur dalam Peraturan Zonasi minimum adalah prasarana:

•parkir

•bongkar muat•dimensi jaringan jalan dan kelengkapannya (streetscape)

•kelengkapan prasarana lainnya yang dianggap perlu

ATURAN PRASARANA MINIMUM 

RUANG

MATERI ATURAN

Page 37: 00 Penyusunan Peraturan Zonasi

– Aturan lain dapat ditambahkan pada setiap zonasi.– Kegiatan usaha yang diperbolehkan di zona hunian 

(usaha rumahan, warung, salon, dokter praktek, dll);– Larangan penjualan produk, tapi penjualan jasa 

diperbolehkan;– Batasan luas atau persentase (%) maksimum dari luas 

lantai (misalnya: kegiatan tambahan ‐seperti salon, warung, fotokopi‐ diperbolehkan dengan batas tidak melebihi 25% dari KDB);

– Aturan perubahan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan.

– Pemanfaatan Terbatas’

– Pemanfaatan Bersyarat

– Pemanfaatan Ruang Pelengkap

ATURAN KHUSUS

CONTOH ATURAN LAIN

Page 38: 00 Penyusunan Peraturan Zonasi

TERIMA KASIH14 Oktober 2008

Denny Zulkaidi, Ir., MUPPetrus Natalivan, ST., MT

Kelompok Keahlian Perencanaan dan Perancangan KotaSekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan

Institut Teknologi Bandung

Jl. Ganesha 10 Bandung 40132Tel. 022‐2504735, 2509171

Fax. 022‐2501263E‐mail: [email protected]

E‐mail: [email protected]