Top Banner
Nama: M. Muchlis Ismail Taufik NPM : 110 2013 160 Kelompok: A-10 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Organ Limfoid 1.1. Definisi Sistem limfatik adalah sebuah sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi mengalirkan limfa atau getah bening dalam tubuh yang berasal dari cairan atau protein yang hilang, sistem ini dianggap juga sebagai sistem pelengkap dari sisitem imunitas tubuh. Sistem limfatik terdiri atas limfe, pembuluh limfe, dan sekumpulan massa kecil jaringan limfoid yang disebut nodus limfe, dan tiga organ yaitu tonsil, timus, dan limpa. Bagian penting lain dari penelitian meliputi peran organ limfatik dalam pembentukan antibodi, respons imun, reaksi alergi, dan dasar penolakan terhadap transplantasi, teknik imunosupresif, dan penyakit autoimun. 1.2. Makroskopik Organ limfoid primer : Organ limfoid primer terdiri dari sumsum tulang dan timus. Sumsum tulang merupakan jaringan yang kompleks tempat hematopoiesis dan depot lemak. Lemak merupakan 50% atau lebih dari kompartemen rongga sumsum tulang. Organ limfoid diperlukan untuk pematangan, diferensiasi dan poliferasi sel T dan B sehingga menjadi limfosit yang dapat mengenal antigen.Sel hematopoietik yang diproduksi di sumsum tulang menembus dinding pembuluh darah dan masuk ke sirkulasi dan di distribusikan ke bagian tubuh. Thymus: Timus tumbuh terus hingga pubertas. Setelah mulai pubertas, timus akan mengalami involusi dan 1
41

0. MPT Skenario 1 - Mencegah Penyakit dengan Vaksinasi

Sep 27, 2015

Download

Documents

MPT Skenario 1 - Mencegah Penyakit dengan Vaksinasi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Nama: M. Muchlis Ismail TaufikNPM : 110 2013 160Kelompok: A-101. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Organ Limfoid1.1. Definisi Sistem limfatik adalah sebuah sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi mengalirkan limfa atau getah bening dalam tubuh yang berasal dari cairan atau protein yang hilang, sistem ini dianggap juga sebagai sistem pelengkap dari sisitem imunitas tubuh.

Sistem limfatik terdiri atas limfe, pembuluh limfe, dan sekumpulan massa kecil jaringan limfoid yang disebut nodus limfe, dan tiga organ yaitu tonsil, timus, dan limpa. Bagian penting lain dari penelitian meliputi peran organ limfatik dalam pembentukan antibodi, respons imun, reaksi alergi, dan dasar penolakan terhadap transplantasi, teknik imunosupresif, dan penyakit autoimun.

1.2. MakroskopikOrgan limfoid primer : Organ limfoid primer terdiri dari sumsum tulang dan timus. Sumsum tulang merupakan jaringan yang kompleks tempat hematopoiesis dan depot lemak. Lemak merupakan 50% atau lebih dari kompartemen rongga sumsum tulang. Organ limfoid diperlukan untuk pematangan, diferensiasi dan poliferasi sel T dan B sehingga menjadi limfosit yang dapat mengenal antigen.Sel hematopoietik yang diproduksi di sumsum tulang menembus dinding pembuluh darah dan masukke sirkulasi dan di distribusikan ke bagian tubuh.

Thymus: Timus tumbuh terus hingga pubertas. Setelah mulai pubertas, timus akan mengalami involusi dan mengecil seiring umur kadang sampai tidak ditemukan. akan tetapi masih berfungsi untuk menghasilkan limfosit T yang baru dan darah. Mempunyai 2 buah lobus, mempunyai bagian cortex dan medulla, berbentuk segitiga, gepeng dan kemerahan. Thymus mempunyai 2 batasan, yaitu : Batasan anterior : manubrium sterni dan rawan costae IVBatasan atas : Regio colli inferior (trachea)Letak :Terdapat pada mediastinum superior, dorsal terhadap sternum. Dasar timus bersandar pada perikardium, ventral dari arteri pulmonalis, aorta, dan trakea.Batas anterior yaitumanubrium sterni, dan rawan costae IV.Batas Atas yaitu regio colli inferior (trachea).Perdarahan :Berasal dari arteri thymica cabang dari arteri thyroidea inferior dan mammaria interna. Kembali melalui vena thyroidea inferior dan vena mammaria interna Sumsum Tulang: Terdapat pada sternum, vertebra, tulang iliaka, dan tulang iga. Sel stem hematopoetik akan membentuk sel-sel darah. Proliferasi dan diferensiasi dirangsang sitokin. Terdapat juga sel lemak, fibroblas dan sel plasma. Sel stem hematopoetik akan menjadi progenitor limfoid yangkemudian mejadi prolimfosit B dan menjadi prelimfosit B yang selanjutnya menjadi limfosit B dengan imunoglobulin D dan imunoglobulin M (B Cell Receptor) yang kemudian mengalami seleksi negatif sehingga menjadi sel B naive yang kemudian keluar dan mengikuti aliran darahmenuju ke organ limfoid sekunder. Sel stem hematopoetik menjadi progenitor limfoid juga berubah menjadi prolimfosit T dan selanjutnya menjadi prelimfosit T yang akhirnya menuju timus.

Organ limfoid sekunder :Organ limfoid sekunder merupakan tempat sel dendritic mempersentasikan antigen yang yang ditangkapnya di bagian lain tunuh ke sel T yang memacunya untuk poliferasi dan diferensiasi limfosit.

Limfonodus: Terletak disekitar pembuluh darah yang berfungsi untuk memproduksi limfosit dan anti bodi untuk mencegah penyebaran infeksi lanjutan, menyaring aliran limfatik sekurang-kurangnya oleh satu nodus sebelum dikembalikan kedalam aliran darah melalui duktustorasikus, sehingga dapat mencegah penyebaran infeksi lebih luas. Terdapat permukaan cembung dan bagian hillus (cekung) yang merupakan tempat masuknya pembuluh darah dansaluran limfe eferen yang membawa aliran limfe keluar dari limfonodus. Saluran afferent memasuki limfonodus pada daerah sepanjang permukaan cembung. Bentuk : Oval seperti kacang tanah atau kacang merah dengan pinggiran cekung (hillus).Ukuran : Sebesar kepala peniti atau buah kenari, dapat diraba pada daerah leher, axilla, dan inguinal dalam keadaan infeksi. Lien: Merupakan organ limfoid yang terbesar, lunak, rapuh, vaskular berwarna kemerahan karena banyak mengandung darah dan berbentuk oval. Pembesaran limpa disebut dengan splenomegali. Pembesaran ini terdapat pada keaadan leukimia, cirrosis hepatis, dan anemia berat. Letak : Regio hipochondrium sinistra intra peritoneal. Pada proyeksi costae 9, 10, dan 11.Setinggi vertebrae thoracalis 11-12. Batas anterior yaitu gaster, ren sinistra, dan flexura colli sinistra. Batas posterior yaitu diafragma, dan costae 9-12.Ukuran :Sebesar kepalan tangan masing-masing individu.Aliran darah :Aliran darah akan masuk kedaerah hillus lienalis yaitu arteri lienalis dan keluar melalui venalienalis ke vena porta menuju hati. Tonsil: Tonsil termaksud salah satu dari organ limfoid yang terdiri atas 3 buah tonsila yaituTonsila Palatina, Tonsila Lingualis, Tonsila Pharyngealis. Ketiga tonsil tersebut membentuk cincin pada saluran limf yang dikenal dengan Ring of Waldeyer hal ini yang menyebabkan jika salah satu dari ketiga tonsila ini terinfeksi dua tonsila yang lain juga ikut meradang. Organ limfoid yang terdiri atas 3 buah tonsila, yaitu : Tonsila palatine Terletak pada dinding lateralis, orofaring dekstra dan sinistra Terletak dalam satu lekukan yang dikenal dengan fossa tonsilaris, dasar dari lekukan itu adal tonsil bed Tonsil membuka ke cavum oris terdiri dari 12-15 crypta tonsilaris Ditutupi oleh selapis jaringan ikat fibrosa yang berbentuk capsula Persyarafan tonsil oleh N IX (Glossopharyngues) dan N palatinus (NV2) Pendarahan berasal dari arteria tonsilaris cabang a.maxillaris externa(facialis) dan arteria tonsilaris vabang a.pharyngica ascendens lingualis Tonsila lingualis Terletak dibelakang lidah, 1/3 bagian posterior, tidak mempunya papilla sehingga terlihat permukaan berbenjol-benjol (folikel). Pendarahan tonsil berasal dari arteria dorsalis lingue (cabang arterialingualis), arteria carotis eksterna Tonsila pharyngealis Terdapat di daerah nasofaring dibelakang pintu hidung belakang Bila membesar disebut adenoid, dapat menyebabkan sesak nafaskarena dapat menyumbat pintu nares posterior (choanae), terletak didaerah nasopharynx, tepatnya diatas torus tobarius dan OPTA

1.3. Mikroskopik Tyhmus: Timus memiliki suatu simpai jaringan ikat yang masuk ke dlm parenkim dan membagi timus menjadi lobulus. Setiap lobulus memiliki satu zona perifer gelap disebut korteks dan zona pusat yang terang disebut medula korteks dan medula berisi sel-sel limfosit. Sel limfosit berasal dr sel mesenkim yg menyusup ke dlm suatu epitel primordium dr kantung faringeal ke 3 dan 4. Mengandung badan hassal (corpusculum tymicum) yang merupakan sel retikular epitel gepeng yg tersusun konsentris , mengalami degenerasi dan mengandung granula keratohialin. Korteks timus limfosit T yg sangat banyak, Sel retikular epitel yg tersebar Beberapa makrofag Medulla timus Mengandung sel retikular dan limfosit Sel2 ini menyebabkan medula tampak lebih pucat dibanding bgn korteksTimus mengalami involusi stlh pubertas. Timus ditempati oleh sel-sel yg dihasilkan dr sumsum tulang. Sel-sel ini mulai menjalani diferensiasinya mjd sel T. Timus menghasilkan beberapa faktor pertumbuhan protein yg merangsang proliferasi dan diferensiasi limfosit T. Limfonodus: Organ bersimpai berbentuk bulat / mirip ginjal, terdiri dari jaringan limfoid. Tersebar diseluruh tubuh disepanjang jalannya pembuluh limfe. Nodus ditemukan di ketiak dan di lipat paha, sepanjang pembuluh-pembuluh besar di leher dan dalam jumlah besar di toraks dan abdomen terutama dalam mesenterium. Limfonodus memiliki sisi konveks (cembung) dan konkaf (cekung) yang disebut hilus tempat arteri dan saraf masuk dan vena keluar dari organ. Korteks luar: Dibentuk oleh jar.limfoid yang terdiri dari satu jar. sel retikular dan serat retikular yang dipenuhi oleh limfosit B Di dalam jar.limfoid korteks terdapat struktur berbentuk sferis yang disebut nodulus limfatikus Terdapat sinus subkapsularis, yang dibentuk oleh suatu jar.ikat longgar dari makrofag, sel retikular dan serat retikular Korteks dalam: Merupakan kelanjutan korteks luar, mengandung beberapa nodulus Mengandung banyak limfosit T Medulla: Terdiri dari korda medularis yg merupakan perluasan korteks dalam Banyak mengandung Limfosit B dan beberapa sel plasma Korda medularis dipisahkan oleh struktur seperti kapiler yg berdilatasi sinus limfoid medularis yang mengandung cairan limfeLimfe mengalir ke nodus limfatikus untuk membersihkannya dari partikel asing sebelum kembali ke sirkulasi darah. Sewaktu cairan limfe mengalir melalui sinus, 99% atau lebih antigen dan kotoran lainnya dipindahkan oleh aktivitas fagositosis makrofag. Infeksi dan perangsangan antigenik menyebabkan limfonodus yang terinfeksi membesar dan membentuk pusat-pusat germinativum yang banyak dengan proliferasi sel yang aktif Lien: Merupakan tempat destruksi bagi banyak sel darah merah. Merupakan tempat pembentukan limfosit yang masuk ke dalam darah. Limpa bereaksi segera terhadap antigen yang terbawa darah dan merupakan organ pembentuk antibodi penting. Dibungkus oleh simpai jaingan ikat padat yang menjulurkan trabekula yang membagi parenkim atau pulpa limpa menjadi kompartemen tidak sempurna. Pulpa limpa tidak mempunyai pembuluh limfe. Limpa dibentuk oleh jalinan kerja jaringan retikular yang mengandung sel limfoid, makrofag dan sel-sel antigen-presenting. Tidak memperlihatkan adanya daerah korteks dan medula yang jelas. Kapsul pada limpa lebih tebal dibanding pada limfonodusPulpa limpa: Pada permukaan irisan melalui limpa, tampak bintik-bintik putih dalam parenkim nodulus limfatikus (pulpa putih/pulpa alba) Pulpa alba terdapat dalam jaringan merah tua yang penuh dengan darah pulpa merah/pulpa rubra. Pulpa rubra terdiri atas bangunan memanjang yaitu korda limpa (korda billroth) yg terdapat diantara sinusoid Pulpa putih Terdiri dari jar. limfoid yang menyelubungi A. sentralis dan nodulus limfatikus Sel-sel limfoid yang mengelilingi A. sentralis terutama Limfosit T dan membentuk selubung periarteri. Nodulus limfatikus terutama limfosit B Diantara pulpa putih dan pulpa merah terdapat zona marginalis Pulpa merah: jar.retikular dengan ciri khas, yaitu adanya: korda limpa yang terdiri dari sel dan serat retikular makrofag limfosit sel plasma dan banyak unsur darah (eritrosit, trombosit, granulosit) Banyak terdapat sinusoid Zona marginalis Terdiri dari banyak sinus dan jar.ikat longgar. Terdapat sedikit limfosit dan banyak makrofag yg aktif Banyak mengandung antigen darah peran utama dalam aktivitas imunologis limpa Fungsi limpa Pembentukan limfosit, dibentuk dalam pulpa putih pulpa rubra sinusoid bercampur darah Destruksi eritrosit: Dilakukan oleh makrofag dalam korda pulpa merah Pertahanan organisme: Oleh karena kandungan limfosit B, limfosit T, sel antigen presenting dan makrofag Tonsil: Tonsil Palatine: Terletak pada dinding lateral faring bagian oral Permukaan tonsila palatina dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk yang juga melapisi bagian mulut lainnya Setiap tonsila memiliki 10-20 invaginasi epitel (epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk) yang menyusup ke dalam parenkim membentuk kriptus yang mengandung sel-sel epitel yg terlepas, limfosit hidup dan mati, dan bakteri dalam lumennya Yang memisahkan jar.limfoid dari organ-organ berdekatan adalah satu lapis jaringan ikat padat yamgg disebut simpai tonsila yg biasanya bekerja sebagai sawar terhadap penyebaran infeksi tonsila Di bawah tonsila palatina terdapat jar.ikat padat yang membentuk kapsul. Dari kapsul terbentuk trabekula dengan pembuluh darah, dibawah kapsul terdapat serat otot rangka Tonsila Lingualis: Lebih kecil dan lebih banyak Terletak pada pangkal lidah Ditutupi epitel berlapis gepeng Masing-masing mempunyai sebuah kriptus Tosila Faringea: Merupakan tonsila tunggal yang terletak dibagian supero-posterior faring. Ditutupi epitel bertingkat silindris bersilia Terdiri dari lipatan-lipatan mukosa dengan jar. Limfoid difus dan nodulus limfatikus Tidak memiliki kriptus Simpai lebih tipis dari T. palatina

2. Memahami dan Menjelaskan Sistem Imun Tubuh2.1. Definisi Sistem perlindungan dari pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Sistem imunadalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker. Sistem Imun bisa juga diartikan gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi, reaksi yang dikoordinasi sel-sel dan molekul-molekul terhadap mikroba

2.2. Jenis

Respon imun adalah bentuk reaksi pertahanan tubuh terhadap antigen. Sedangkan imunitas lebih mengarah kepada darimana pertahanan itu kita dapatkan. Respon imun dapat dibagi menjadi respon imun alamiah atau nonspesifik/natural/innate/native/nonadaptif dan didapat atau spesifik/adaptif/acquired.1. Respon Imun NonspesifikDisebut nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroba tertentu, telah ada dan siap berfungsi sejak lahir. Mekanismenya tidak menunjukkan spesifisitas terhadap bahan asing dan mampu melindungi tubuh terhadap banyak patogen potensial. Sistem tersebut merupakan pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroba dan dapat memberikan respons langsung.a. Pertahanan fisik/mekanikKulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk dan bersin, merupakan garis pertahanan terdepan terhadap infeksi. b. Pertahanan biokimia 1) pH asam keringat dan sekresi kelenjar sebaseus, berbagai asam lemak yang dilepas kulit mempunyai efek denaturasi terhadap protein membrane sel sehingga dapat mencegah infeksi melalui kulit.2) Lisozim dalam keringat, ludah, air mata, ASI dapat melindungi tubuh dari kuman gram (+) dengan cara menghancurkan lapisan peptidoglikan dinding bakteri.3) ASI, ludah juga mengandung laktooksidase. Pada ASI mempunyai sifat antibacterial terhadap E.Coli dan stafilokok. Pada saliva dapat merusak dinding sel mikroba dan menimbulkan kebocoran sitoplasma.c. Pertahanan humoralMenggunakan berbagai molekul larut yang diproduksi di tempat infeksi dan berfungsi local. Molekulnya berupa peptide antimikroba seperti defesin, katelisidin, dan IFN dengan efek antiviral.1) Komplemen: terdiri atas sejumlah besar protein yang bila diaktifkan akan memberikan proteksi terhadap infeksi dan berperan dalam respons inflamasi. Spectrum yang luas diproduksi hepatosit dan monosit. Berperan sebagai opsonin yang meningkatkan fagositosis, sebagai factor kemotaktik dan menimbulkan destruksi/lisis bakteri dan parasit.2) CRP (C-reactive protein): salah satu PFA, termasuk golongan protein yang kadarnya dalam darah meningkat pada infeksi akut sebagai respons imunitas nonspesifik. Pengukuran CRP digunakan untuk menilai aktivitas penyakit inflamasi. Dengan bantuan Ca++ dapat mengikat berbagai molekul antara lain fosforikolin yang ditemukan pada permukaan bakteri/jamur.d. Pertahanan selularFagosit, sel NK (Natural Killer), sel mast dan eosinofil berperan dalam sistem imun nonspesifik selular. Sel-sel sistem imun tersebut dapat ditemukan dalam sirkulasi atau jaringan. Contoh sel yang dapat ditemukan dalam sirkulasi adalah neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, sel T, sel B, sel NK, sel darah merah dan trombosit. Sel-sel tersebut dapat mengenal produk mikroba esensial yang diperlukan untuk hidupnya. Contoh sel-sel dalam jaringan adalah eosinofil, sel mast, makrofag, sel T, sel plasma dan sel NK. 2. Respon Imun SpesifikRespon imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya. Benda asing yang pertama kali terpajan dengan tubuh segera dikenal oleh sistem imun spesifik. Pajanan tersebut menimbulkan sensitasi, sehingga antigen yang sama dan masuk tubuh untuk kedua kali akan dikenal lebih cepat dan kemudian dihancurkan. Oleh karena itu, sistem tersebut disebut spesifik. Untuk menghancurkan benda asing yang berbahaya bagi tubuh, sistem imun spesifik dapat bekerja tanpa bantuan sistem imun nonspesifik. Namun pada umumnya terjalin kerjasama yang baik antara sistem imun nonspesifik dan spesifik seperti antara komplemen-fagosit-antibodi dan antara makrofag-sel T.a. Respon imun spesifik humoralPemeran utama dalam sistem imun spesifik humoral adalah limfosit B atau sel B. Humor berarti cairan tubuh. Sel B berasal dari sel asal multipoten di sumsum tulang. Pada manusia diferensiasinya terjadi dalam sumsum tulang.b. Respon imun spesifik selularLimfosit T atau sel T berperan pada sistem imun spesifik selular. Sel tersebut juga berasal dari sel asal yang sama seperti sel B. Pada orang dewasa, sel T dibentuk di dalam sumsum tulang, tetapi proliferasi dan diferensiasinya terjadi di dalam kelenjar timus atas pengaruh berbagai faktor asal timus. 90-95% dari semua sel T dalam timus tersebut mati dan hanya 5-10% menjadi matang dan selanjutnya meninggalkan timus untuk masuk ke dalam sirkulasi.

2.3. Mekanisme Mekanisme Respon Imun Non-SpesifikSistem imun alami merupakan pertahanan tubuh yang pertama kali bekerja saat terdapat invasi. Sistem ini umumnya aktif sampai 12 jam pertama sejak invasi organisme. Sel yang berperan dalam sistem imun alami di antaranya adalah makrofag dannatural killer cell. Sel-sel tersebut dinamakan fagosit karena akan melawan invasi dengan cara fagositosis (penelanan organisme asing).Selain fagositosis, salah satu mekanisme lain dalam sistem imun alami adalah dengan produksi antibiotik alami berupa interferon danlysozyme. Interferon berperan dalam mengeblok replikasi dari virus yang masuk ke dalam tubuh, sedangkanlysozymeberperan dalam menyerang dinding sel bakteri.

Proses fagositosis bakteri. Luka yang menyebabkan bakteri masuk menembus barrier kulit akan direspon langsung oleh fagosit yang bermigrasi dari pembuluh darah. Kemudian membran sel fagosit akan membentuk cekungan agar bakteri bisa masuk. Dari situ bakteri akan masuk ke dalam sel di dalamvacuolaberbungkus membran (disebut Fagosom). Lalu fagosom akan bergabung bersama lisosom untuk proses digesti bakteri.Salah satu contoh respon imun non-spesifik adalah Natural Killer (NK). Dimana sel tersebut merupakan jenis pertahanan selular. Mereka membuat sekitar 5% sampai 15% dari total populasi limfosit beredar. Mereka menargetkan sel tumor dan melindungi terhadap berbagai mikroba menular. Natural Killer Sel adalah faktor yang sangat penting dalam memerangi kanker. Stimulasi imun adalah kunci untuk menjaga jumlah sel darah putih yang tinggi dan memberikan Sel Natural Killer kesempatan untuk melawan kanker dan penyakit lainnya.Natural Killer ikut mengalir bersama peredaran darah. Ketika terjadi viremia, virus akan melekat pada sel tersebut dan melakukan penetrasi genom. Pada saat inilah sel natural killer mendapatkan identitas gen mengenai virus. Sel ini selanjutnya akan mencari sel terinfeksi yang memiliki identitas yang sama seperti virus lalu membunuhnya dengan mengeluarkan toksin. Mekanisme Respon Imun SpesifikAktivasi dari respon imun pada umumnya berawal dari masuknya patogen ke dalam tubuh. Kemudian makrofag akan mencerna(memakan), memproses, dan membuat fragmen antigen pada tubuh mereka. Makrofag dengan pengenalan fragmen pada tubuhnya disebut Antigent Presenting Cell (APC). Kemudian sel T helper akan mendeteksi fragmen tersebut dan membentuk interaksi dengan fragmen di permukaan APC. Saat proses interaksi, APC akan menegeluarkan sinyal kimia dalam bentuk Interleukin-1 yang merangsang sel T helper untuk melepas Interleukin-2. Zat kimia Interleukin ini akan merangsang proliferasi dari sel T efektor jenis sel T sitotoksin dan sel B. Respon imun dalam poin ini kemudian akan terbagi menjadi dua jalur, yaitu1. Sel T SitotoksinSel normal yang terinfeksi juga dapat mencerna serta membuat fragmen antigen pada permukaan tubuh mereka. Tubuh kita membuat berjuta-juta sel T sitotoksin dengan tipe yang berbeda untuk setiap jenis antigen yang berbeda. Sel T sitotoksin dapat berinteraksi dengan fragmen antigen pada sel terinfeksi, dengan cara berikatan dengan fragmen tersebut. Ikatan tersebut akan merangsang sel T sitotoksin untuk mengeluarkan zat kimia toksik yang dapat membunuh sel terinfeksi beserta dengan antigen di dalamnya.2. Sel BSel B juga terdiri dari berjuta-juta tipe yang dimana setiap jenisnya berfungsi untuk mengenali antigen berbeda. Sel B ini akan teraktivasi oleh sel T helper yang memiliki pasangan struktur fragmen antigen. Kemudian sel B akan berdiferensiasi menjadi sel plasma. Sel plasma ini menjadi pabrik utama sumber antibodi yang akan ikut mengalir bersama aliran darah. Antibodi yang sudah spesifik akan mengikat antigen tertentu sehingga tidak bisa berikatan dengan sel lainnya. Pengikatan ini sebagai marker bagi makrofag untuk menghancurkan patogen tersebut.

3. Memahami dan Menjelaskan Antigen3.1. Definisi Antigen (imunogen) adalah bahan yang berinteraksi dengan produk respons imun yang dirangsang oleh imunogen dan atau TCR (T-Cell Receptor). Antigen lengkap adalah antigen yang menginduksi baik respons imun maupun bereaksi dengan produknya. Yang disebut dengan antigen inkomplit atau hapten, tidak dapat dengan sendiri menginduksi respons imun, tetapi dapat bereaksi dengan produknya seperti antibodi. Hapten dapat dijadikan imunogen melalui ikatan dengan molekul besar yang disebut molekul atau protein pembawa.

3.2. KlasifikasiAntigen dapat dibagi menurut epitop (atau determinan antigen, yaitu bagian dari antigen yang dapat membuat kontak fisik dengan reseptor antibodi, menginduksi pembentukan antibodi yang dapat diikat dengan spesifik oleh bagian dari antibodi atau oleh reseptor antibodi), spesifisitas, ketergantungan terhadap sel T dan sifat kimiawi:1. Pembagian antigen menurut epitopa. Unideterminan, univalenHanya satu jenis determinan/epitop pada satu molekul. Contoh: hapten.b. Unideterminan, multivalenHanya satu jenis determinan tetapi dua atau lebih determinan tersebut ditemukan pada satu molekul. Contoh: polisakarida.c. Multideterminan, univalenBanyak epitop yang bermacam-macam tetapi hanya satu dari setiap macamnya. Contoh: protein.d. Multideterminan, multivalenBanyak macam determinan dan banyak dari setiap macam pada satu molekul (antigen dengan berat molekul yang tinggi dan kompleks secara kimiawi). Contoh: kimia kompleks.2. Pembagian antigen menurut spesifisitasa. Heteroantigen, uang dimiliki oleh banyak spesies.b. Xenoantigen, yang hanya dimiliki spesies tertentu.c. Aloantigen (isoantigen), yang spesifik untuk individu dalam satu spesies.d. Antigen organ spesifik, yang hanya dimiliki organ tertentu.e. Autoantigen, yang dimiliki alat tubuh sendiri.3. Pembagian antigen menurut ketergantungan terhadap sel Ta. T dependen, yang memerlukan pengenalan oleh sel T terlebih dahulu untuk dapat menimbulkan respons antibodi. Kebanyakan antigen protein termasuk dalam golongan ini.b. T independen, yang dapat merangsang sel B tanpa bantuan sel T untuk membentuk antibodi. Kebanyakan antigen golongan ini berupa molekul besar polimerik yang dipecah di dalam tubuh secara perlahan-lahan, misalnya lipopolisakarida, ficoll, dekstran, levan dan flagelin polimerik bakteri.4. Pembagian antigen menurut sifat kimiawia. Hidrat arang (polisakarida)Hidrat arang pada umumnya imunogenik. Glikoprotein yang merupakan bagian permukaan sel banyak mikroorganisme dapat menimbulkan respons imun terutama pembentukan antibodi. Contoh lain adalah respons imun yang ditimbulkan golongan darah ABO, sifat antigen dan spesifisitas imunnya berasal dari polisakarida pada permukaan sel darah merah.b. LipidLipid biasanya tidak imunogenik, tetapi menjadi imunogenik bila diikat protein pembawa. Lipid dianggap sebagai hapten, contohnya adalah sfingolipid.c. Asam nukleatAsam nukleat tidak imunogenik, tetapi dapat menjadi imunogenik bila diikat protein molekul pembawa. DNA dalam bentuk heliksnya biasanya tidak imunogenik. Respons imun terhadap DNA terjadi pada penderita dengan LES (Lupus Eritematosus Sistemik).d. ProteinKebanyakan protein adalah imunogenik dan pada umumnya multideterminan dan univalen.

3.3. MorfologiKarakteristik antigen meliputi bentuk, ukuran, rigiditas, lokasi determinan dan struktur tersier. UkuranAntigen lengkap (imunogen) biasanya mempunyai berat molekul yang besar.Tetapi molekul kecil dapat bergabung dengan protein inang sehingga dapat bersifat imunogen dengan membentukkompleks molekul kecil (hapten) dan protein inang (carrier). BentukBentuk determinan sangat penting sebagai komponen utama, seperti DNP dalam DNP-L-lisin yang memberi bentuk molekul yang tidak dapat ditemukan dalam homolog primer. Kopolimer dari dua asam amino bersifat imunogenik untuk beberapa spesies, yang mana polimer dari tiga atau empat asam amino yang merupakan syarat yang penting untuk spesies lain. Lokasi dari struktur dalam determinan juga sangat penting. RigiditasGelatin, yang mempunyai berat molekul yang sangat besar, hampir semuanya non imunogenik.Kespesifitasanya dari produksi antigen secara langsung diangkut ke gelatin. Lokasi determinanBagian protein yang terdenaturasi mengindikasikan determinan antigen yang penting yang dapat dimasukkan oleh molekul besar. Struktur tersierStruktur tersier dari protein (spatial folding) penting dalam mendeterminasi kespesifikan dari respon suatu antibody. Produksi antibody rantai A dari insulin tidak bereaksi dengan molekul alami. Reduksi dan reoksidasi dari ribonuklease di bawah kondisi kontrol diproduksi dari campuran molekul protein yang berbeda hanya dalam struktur tiga dimensi. Jika katabolisme terjadi, struktur tersier dari imunogen akan dihancurkan

4. Memahami dan Menjelaskan Antibodi4.1. DefinisiAntibodi adalah molekul immunoglobulin yang bereaksi dengan antigen spesifik yang menginduksi sintesisnya dan dengan molekul yang sama; digolongkan menurut cara kerja seperti agglutinin, bakteriolisin, hemolisin, opsonin, atau presipitin. Antibodi disintesis oleh limfosit B yang telah diaktifkan dengan pengikatan antigen pada reseptor permukaan sel. Antibodi biasanya disingkat penulisaanya menjadi Ab. (Dorlan).

4.2. KlasifikasiIgG (Imuno globulin G)Merupakan antibodi yang paling umum. Dihasilkan hanya dalam waktu beberapa hari, ia memiliki masa hidup berkisar antara beberapa minggu sampai beberapa tahun. IgG beredar dalam tubuh dan banyak terdapat pada darah, sistem getah bening, dan usus. Mereka mengikuti aliran darah, langsung menuju musuh dan menghambatnya begitu terdeteksi. Mereka mempunyai efek kuat anti-bakteri dan penghancur antigen. Mereka melindungi tubuh terhadap bakteri dan virus, serta menetralkan asam yang terkandung dalam racun. Selain itu, IgG mampu menyelip di antara sel-sel dan menyingkirkan bakteri serta musuh mikroorganis yang masuk ke dalam sel-sel dan kulit. Karena kemampuannya serta ukurannya yang kecil, mereka dapat masuk ke dalam plasenta ibu hamil dan melindungi janin dari kemungkinan infeksi. Jika antibodi tidak diciptakan dengan karakteristik yang memungkinkan mereka untuk masuk ke dalam plasenta, maka janin dalam rahim tidak akan terlindungi melawan mikroba. Hal ini dapat menyebabkan kematian sebelum lahir. Karena itu, antibodi sang ibu akan melindungi embrio dari musuh sampai anak itu lahir.IgA (Imuno globulin A)Terdapat pada daerah peka tempat tubuh melawan antigen seperti air mata, air liur, ASI, darah, kantong-kantong udara, lendir, getah lambung, dan sekresi usus. Kepekaan daerah tersebut berhubungan langsung dengan kecenderungan bakteri dan virus yang lebih menyukai media lembap seperti itu. Secara struktur, IgA mirip satu sama lain. Mereka mendiami bagian tubuh yang paling mungkin dimasuki mikroba. Mereka menjaga daerah itu dalam pengawasannya layaknya tentara andal yang ditempatkan untuk melindungi daerah kritis. Antibodi ini melindungi janin dari berbagai penyakit pada saat dalam kandungan. Setelah kelahiran, mereka tidak akan meninggalkan sang bayi, melainkan tetap melindunginya. Setiap bayi yang baru lahir membutuhkan pertolongan ibunya, karena IgA tidak terdapat dalam organisme bayi yang baru lahir. Selama periode ini, IgA yang terdapat dalam ASI akan melindungi sistem pencernaan bayi terhadap mikroba. Seperti IgG, jenis antibodi ini juga akan hilang setelah mereka melaksanakan semua tugasnya, pada saat bayi telah berumur beberapa minggu. IgM (Imuno globulin M) Antibodi ini terdapat pada darah, getah bening, dan pada permukaan sel B. Pada saat organisme tubuh manusia bertemu dengan antigen, IgM merupakan antibodi pertama yang dihasilkan tubuh untuk melawan musuh. Janin dalam rahim mampu memproduksi IgM pada umur kehamilan enam bulan. Jika musuh menyerang janin, jika janin terinfeksi kuman penyakit, produksi IgM janin akan meningkat. Untuk mengetahui apakah janin telah terinfeksi atau tidak, dapat diketahui dari kadar IgM dalam darah. IgD (Imuno globulin D)IgD juga terdapat dalam darah, getah bening, dan pada permukaan sel B. Mereka tidak mampu untuk bertindak sendiri-sendiri. Dengan menempelkan dirinya pada permukaan sel-sel T, mereka membantu sel T menangkap antigen. IgE (Imuno globulin E) IgE merupakan antibodi yang beredar dalam aliran darah. Antibodi ini bertanggung jawab untuk memanggil para prajurit tempur dan sel darah lainnya untuk berperang. Antibodi ini kadang juga menimbulkan reaksi alergi pada tubuh. Karena itu, kadar IgE tinggi pada tubuh orang yang sedang mengalami alergi. (Yahya, Harun. 2005)

4.3. MorfologiPorter telah menemukan struktur dasar immunoglobulin yang terdiri dari 4 rantai polipeptida, terdiri dari 2 rantai berat (heavy chain=H) dan 2 rantai ringan(light chain =L) yang tersusun secara simetris dan dihubungkan satu sama lain oleh ikatan disulfide(Interchain disulfide bods). Molekul IgG dapat dipecah oleh enzim papain menjadi 3 fragmen. Dua fragmen ternyata identik dan dapat mengikat antigen membentuk kompleks yang larut yang menunjukkan bahwa fragmen itu univalent atau mempunyai valensi satu. Frakmen ini disebut Fab (fragment antigen binding). Fragmen yang ketiga tidak dapat mengikat antigen dan karenanya dapat membentuk kristal disebut Fc(fragment crystallizable). Pepsin, suatu enzim proteolitik lain, dapat memecah IgG pada tempat Fc sehingga tertinggal satu fragmen besar yang masih dapat mengendapkan antigen, sehingga masih bersifat divalen (bervalensi dua), dan disebut F(ab)2. Analisis asam amino menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa terminal-N dari rantai L maupun rantai H selalu menjadi variabel sehingga urutan asam amino yang ditemukan tidak konstan, disebut disebut bagian variabel. Sisa dari rantai ternyata menuunjukkan struktur yang relatif konstan; disebut konstan. Bagian variabel dan rantai-L dan rantai-H, yang membentuk ujung dari Fab menentukan sifat khas dari antibodi itu. Oleh karena setiap molekul immunoglobulin mempunyai 2 Fab, maka struktur dasar dari immunoglobulin dapat mengikat 2 determinan antigen.Rantai- L (light chain). Dari hasil pemeriksaan protein Bence-Jones dalam air kemih penderita myeloma, ditemukan 2 macam rantai-L, yang disebut rantai-(kappa) dan rantai- (lambda). Pada setiap orang sehat dapat ditemukan kedua macam rantai-L itu dengan perbandingan rantai- 65% dan rantai- 35%, atau ratio : adalah 2:1.Rantai- H. Imunoglobulin dibagi menjadi 5 kelas, dan ternyata perbedaannya antara lain terletak pada rantai-H. Maka tiap klas immunoglobulin mempunyai rantai-H tertentu, tetapi semua klas immunoglobulin mempunyai rantai- atau (di dalam satu molekul selalu hanya satu macam saja). Rantai-H dari IgG disebut juga rantai- (gama) Rantai-H dari IgA disebut rantai- (alpha) Rantai-H dari IgM disebut rantai- (mu) Rantai-H dari IgD disebut rantai- (delta) Rantai-H dari IgE disebut rantai- (epsilon)Bagian variabel dari molekul immunoglobulin menentukan sifatnya yang khas terhadap antigen. Bagian yang konstan sama sekali tidak berpengaruh langsung terhadap antigen, tetepi kemungkinan besar bagian Fc dari imunoglobulin menentukan aktifitas biologis dari antibodi itu, misalnya Fc dari IgG memungkinkan molekul itu menembus jaringan plasenta dan Fc dari IgA ikut menentukan sifat dari molekul itu dikeluarkan pada secret. Selain fungsi biologis di atas, bagian Fc juga meningkatkan aktivitas tertentu setelah antibody bergabung dengan antigen, misalnya kemampuan mengikat zat yang disebut komplemen, perlekatan dengan sel macrofag atau menyababkan degranulasi mast cell. Fungsi biologis dari bagian Fc pada berbagai jenis immunoglobulin berbeda satu sama lain, tergantung dari struktur primer molekul itu dan mungkin memerlukan ikatan dengan antigen sebelum fungsi itu menjadi aktif.

4.4. Fungsi Fungsi utamanya adalah mengikat antigen dan menghantarkannya ke sistem efektor pemusnahan.

5. Memahami dan Menjelaskan Vaksinasi5.1. Definisi Vaksinasi adalah penanaman bibit penyakit (misal cacar) yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh manusia atau binatang (dengan cara menggoreskan atau menusukkan jarum) agar orang atau binatang itu menjadi kebal terhadap penyakit.

5.2. KlasifikasiVaksin dapat dibagi menjadi vaksin hidup dan vaksin mati. Vaksin hidup dibuat dalam pejamu, dapat menimbulkan penyakit ringan, dan menimbulkan respons imun seperti yang terjadi pada infeksi alamiah. Vaksin mati merupakan bahan (seluruh sel atau komponen spesifik) asal patogen seperti toksoid yang diinaktifkan tetapi tetap imunogen. Imunisasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu imunisasi pasif dan aktif.1. Imunisasi PasifImunisasi pasif terjadi bila seseorang menerima antibodi atau produk sel dari orang lain yang telah mendapat imunisasi aktif. Transfer sel yang kompeten imun kepada pejamu yang sebelumnya imun inkompeten, disebut transfer adoptif. Imunisasi pasif dapat diperoleh melalui antibodi dari ibu atau dari globulin gama homolog yang dikumpulkan.a. Imunisasi pasif alamiah1) Imunitas maternal melalui plasentaAntibodi dalam darah ibu merupakan proteksi pasif kepada janin. IgG dapat berfungsi sitotoksik, antivirus dan antibakterial terhadap H. Influenza B atau S. agalacti B. Ibu yang mendapat vaksinasi aktif akan memberikan proteksi pasif kepada janin dan bayi.2) Imunitas maternal melalui kolostrumASI mengandung berbagai komponen sistem imun. Beberapa di antaranya berupa Echancement Growth Factor untuk bakteri yang diperlukan dalam usus atau faktor yang justru dapat menghambat tumbuhnya kuman tertentu (lisozim, laktoferin, interferon, makrofag, sel T, sel B, granulosit). Antibodi ditemukan dalam ASI dan kadarnya lebih tinggi dalam kolostrum (ASI pertama segera setelah partus).b. Imunisasi pasif buatan1) Immune Serum Globulin nonspesifik2) Immune Serum Globulin spesifik: Hepatitis B Immune Globulin, ISG Hepatitis A, ISG Campak, Human Rabes Immune Globulin, Human Varicella-Zoster Immune Globulin, Antisera terhadap virus Sitomegalo, Antibodi Rhogam, Tetanus Immune Globulin, dan Vaccina Immune Globulin.3) Serum asal hewan2. Imunisasi AktifDalam imunisasi aktif untuk mendapatkan proteksi dapat diberikan vaksin hidup/dilemahkan atau yang dimatikan. Vaksin yang baik harus mudah diperoleh, murah, stabil dalam cuaca ekstrim dan nonpatogenik. Efeknya harus tahan lama dan mudah direaktivasi dengan suntikan booster antigen. Baik sel B maupun sel T diaktifkan oleh imunisasi. Keuntungan dari pemberian vaksin hidup/dilemahkan ialah terjadinya replikasi mikroba sehingga menimbulkan pajanan dengan dosis lebih besar dan respons imun di tempat infeksi alamiah. Vaksin yang dilemahkan diproduksi dengan mengubah kondisi biakan mikroorganisme dan dapat merupakan pembawa gen dari mikroorganisme lain yang sulit untuk dilemahkan.

5.3. Jenis Vaksin1) BCG BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya diragukan. Vaksin disuntikkan secara intrakutan pada lengan atas, untuk bayi berumur kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk anak berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 mL. Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan, sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis. Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita leukemia, penderita yang menjalani pengobatan steroid jangka panjang, penderita infeksi HIV). Reaksi yang mungkin terjadi:i. Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan jaringan parut. ii. Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan. Komplikasi yang mungkin timbul adalahi. Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan karena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (pengisapan abses dengan menggunakan jarum) dan bukan disayat. ii. Limfadenitis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam atau dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6 bulan.2) DPT Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang. Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak yang berumur kurang dari 7 tahun.Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot lengan atau paha Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun). Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka sebaiknya diberikan DT, bukan DPT. Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi awal, sebaiknya diberikan booster vaksin Td pada usia 14-16 tahun kemudian setiap 10 tahun (karena vaksin hanya memberikan perlindungan selama 10 tahun, setelah 10 tahun perlu diberikan booster). Hampir 85% anak yang mendapatkan minimal 3 kali suntikan yang mengandung vaksin difteri, akan memperoleh perlindungan terhadap difteri selama 10 tahun. DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin. Pada kurang dari 1% penyuntikan, DTP menyebabkan komplikasi berikut:i. demam tinggi (lebih dari 40,5 Celsius)ii. kejangiii. kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarganya)iv. syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon). Jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi DPT bisa ditunda sampai anak sehat. Jika anak pernah mengalami kejang, penyakit otak atau perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT sering ditunda sampai kondisinya membaik atau kejangnya bisa dikendalikan. 1-2 hari setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam ringan, nyeri, kemerahan atau pembengkakan di tempat penyuntikan. Untuk mengatasi nyeri dan menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen (atau ibuprofen). Untuk mengurangi nyeri di tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres hangat atau lebih sering menggerak-gerakkan lengan maupun tungkai yang bersangkutan3) DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan oleh kuman penyebab difteri dan tetanus. Vaksin DT dibuat untuk keperluan khusus, misalnya pada anak yang tidak boleh atau tidak perlu menerima imunisasi pertusis, tetapi masih perlu menerima imunisasi difteri dan tetanus. Cara pemberian imunisasi dasar dan ulangan sama dengan imunisasi DPT. Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha sebanyak 0,5 mL. Vaksin ini tidak boleh diberikan kepada anak yang sedang sakit berat atau menderita demam inggi. Efek samping yang mungkin terjadi adalah demam ringan dan pembengkakan lokal di tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung selama 1-2 hari.4) TT Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus. ATS (Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk pencegahan (imunisasi pasif) maupun pengobatan penyakit tetanus. Kepada ibu hamil, imunisasi TT diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat kehamilan berumur 7 bulan dan 8 bulan. Vaksin ini disuntikkan pada otot paha atau lengan sebanyak 0,5 mL. Efek samping dari tetanus toksoid adalah reaksi lokal pada tempat penyuntikan, yaitu berupa kemerahan, pembengkakan dan rasa nyeri.5) Polio Memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis. Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisa menyebabkan kematian. Terdapat 2 macam vaksin polio :i. IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikanii. OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan. Bentuk trivalen (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen (MOPV) efektif melawan 1 jenis polio. Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II, III, dan IV) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun). Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 mL) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula. Kontra indikasi pemberian vaksin polio:i. Diare berat ii. Gangguan kekebalan (karena obat imunosupresan, kemoterapi, kortikosteroid) iii. Kehamilan Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang-kejang. Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibobi sampai pada tingkat yang tertinggi. Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi dasar, kepada orang dewasa tidak perlu dilakukan pemberian booster secara rutin, kecuali jika dia hendak bepergian ke daerah dimana polio masih banyak ditemukan. Kepada orang dewasa yang belum pernah mendapatkan imunisasi polio dan perlu menjalani imunisasi, sebaiknya hanya diberikan IPV. Kepada orang yang pernah mengalami reaksi alergi hebat (anafilaktik) setelah pemberian IPV, streptomisin, polimiksin B atau neomisin, tidak boleh diberikan IPV. Sebaiknya diberikan OPV. Kepada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita AIDS, infeksi HIV, leukemia, kanker, limfoma), dianjurkan untuk diberikan IPV. IPV juga diberikan kepada orang yang sedang menjalani terapi penyinaran, terapi kanker, kortikosteroid atau obat imunosupresan lainnya. IPV bisa diberikan kepada anak yang menderita diare. Jika anak sedang menderita penyakit ringan atau berat, sebaiknya pelaksanaan imunisasi ditunda sampai mereka benar-benar pulih. IPV bisa menyebabkan nyeri dan kemerahan pada tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung hanya selama beberapa hari.6) Campak Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (tampek). Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian. Vaksin disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5 mL. Kontra indikasi pemberian vaksin campak :i. infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38 Celsiusii. gangguan sistem kekebalaniii. pemakaian obat imunosupresaniv. alergi terhadap protein telurv. hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin vi. wanita hamil Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis dan gejala kataral serta ensefalitis (jarang).7) MMR Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan campak Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali. Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan mata berair. Campak juga menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia. Campak juga bisa menyebabkan masalah yang lebih serius, seperti pembengkakan otak dan bahkan kematian. Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan pada salah satu maupun kedua kelenjar liur utama yang disertai nyeri. Gondongan bisa menyebabkan meningitis (infeksi pada selaput otak dan korda spinalis) dan pembengkakan otak. Kadang gondongan juga menyebabkan pembengkakan pada buah zakar sehingga terjadi kemandulan. Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga bisa menyebakban pembengkakan otak atau gangguan perdarahan. Jika seorang wanita hamil menderita rubella, bisa terjadi keguguran atau kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkannya (buta atau tuli). Terdapat dugaan bahwa vaksin MMR bisa menyebabkan autisme, tetapi penelitian membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara autisme dengan pemberian vaksin MMR. Vaksin MMR adalah vaksin 3-in-1 yang melindungi anak terhadap campak, gondongan dan campak Jerman. Vaksin tunggal untuk setiap komponen MMR hanya digunakan pada keadaan tertentu, misalnya jika dianggap perlu memberikan imunisasi kepada bayi yang berumur 9-12 bulan. Suntikan pertama diberikan pada saat anak berumur 12-15 bulan. Suntikan pertama mungkin tidak memberikan kekebalan seumur hidup yang adekuat, karena itu diberikan suntikan kedua pada saat anak berumur 4-6 tahun (sebelum masuk SD) atau pada saat anak berumur 11-13 tahun (sebelum masuk SMP). Imunisasi MMR juga diberikan kepada orang dewasa yang berumur 18 tahun atau lebih atau lahir sesudah tahun 1956 dan tidak yakin akan status imunisasinya atau baru menerima 1 kali suntikan MMR sebelum masuk SD. Dewasa yang lahir pada tahun 1956 atau sebelum tahun 1956, diduga telah memiliki kekebalan karena banyak dari mereka yang telah menderita penyakit tersebut pada masa kanak-kanak. Pada 90-98% orang yang menerimanya, suntikan MMR akan memberikan perlindungan seumur hidup terhadap campak, campak Jerman dan gondongan. Suntikan kedua diberikan untuk memberikan perlindungan adekuat yang tidak dapat dipenuhi oleh suntikan pertama. Efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh masing-masing komponen vaksin:i. Komponen campak 1-2 minggu setelah menjalani imunisasi, mungkin akan timbul ruam kulit. Hal ini terjadi pada sekitar 5% anak-anak yang menerima suntikan MMR. Demam 39,50 Celsius atau lebih tanpa gejala lainnya bisa terjadi pada 5-15% anak yang menerima suntikan MMR. Demam ini biasanya muncul dalam waktu 1-2 minggu setelah disuntik dan berlangsung hanya selama 1-2 hari. Efek samping tersebut jarang terjadi pada suntikan MMR kedua.ii. Komponen gondongan. Pembengkakan ringan pada kelenjar di pipi dan dan dibawah rahang, berlangsung selama beberapa hari dan terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah menerima suntikan MMR.iii. Komponen campak Jerman, Pembengkakan kelenjar getah bening dan atau ruam kulit yang berlangsung selama 1-3 hari, timbul dalam waktu 1-2 mingu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini terjadi pada 14-15% anak yang mendapat suntikan MMR. Nyeri atau kekakuan sendi yang ringan selama beberapa hari, timbul dalam waktu 1-3 minggu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini hanya ditemukan pada 1% anak-anak yang menerima suntikan MMR, tetapi terjadi pada 25% orang dewasa yang menerima suntikan MMR. Kadang nyeri/kekakuan sendi ini terus berlangsung selama beberapa bulan (hilang- timbul). iv. Artritis (pembengkakan sendi disertai nyeri) berlangsung selama 1 minggu dan terjadi pada kurang dari 1% anak-anak tetapi ditemukan pada 10% orang dewasa yang menerima suntikan MMR. Jarang terjadi kerusakan sendi akibat artritis ini. Nyeri atau mati rasa pada tangan atau kaki selama beberapa hari lebih sering ditemukan pada orang dewasa. Meskipun jarang, setelah menerima suntikan MMR, anak-anak yang berumur dibawah 6 tahun bisa mengalami aktivitas kejang (misalnya kedutan). Hal ini biasanya terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah suntikan diberikan dan biasanya berhubungan dengan demam tinggi. Keuntungan dari vaksin MMR lebih besar jika dibandingkan dengan efek samping yang ditimbulkannya. Campak, gondongan dan campak Jerman merupakan penyakit yang bisa menimbulkan komplikasi yang sangat serius. Jika anak sakit, imunisasi sebaiknya ditunda sampai anak pulih. Imunisasi MMR sebaiknya tidak diberikan kepada: i. anak yang alergi terhadap telur, gelatin atau antibiotik neomisinii. anak yang 3 bulan yang lalu menerima gamma globulin iii. anak yang mengalami gangguan kekebalan tubuh akibat kanker, leukemia, limfoma maupun akibat obat prednison, steroid, kemoterapi, terapi penyinaran atau obati imunosupresan.iv. wanita hamil atau wanita yang 3 bulan kemudian hamil.8) Hib Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b. Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat yang bisa menyebabkan anak tersedak. Vaksin Hib diberikan sebanyak 3 kali suntikan, biasanya pada saat anak berumur 2, 4 dan 6 bulan.9) Imunisasi Varisella Imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air. Cacar air ditandai dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan, kemudian secara perlahan mengering dan membentuk keropeng yang akan mengelupas. Anak yang berumur 12-18 bulan dan belum pernah menderita cacar air dianjurkan untuk menjalani imunisasi varisella. Anak-anak yang mendapatkan suntikan varisella sebelum berumur 13 tahun hanya memerlukan 1 dosis vaksin. Kepada anak-anak yang berumur 13 tahun atau lebih, yang belum pernah mendapatkan vaksinasi varisella dan belum pernah menderita cacar air, sebaiknya diberikan 2 dosis vaksin dengan selang waktu 4-8 minggu. Cacar air disebabkan oleh virus varicella-zoster dan sangat menular. Biasanya infeksi bersifat ringan dan tidak berakibat fatal; tetapi pada sejumlah kasus terjadi penyakit yang sangat serius sehingga penderitanya harus dirawat di rumah sakit dan beberapa diantaranya meninggal. Cacar air pada orang dewasa cenderung menimbulkan komplikasi yang lebih serius. Vaksin ini 90-100% efektif mencegah terjadinya cacar air. Terdapat sejumlah kecil orang yang menderita cacar air meskipun telah mendapatkan suntikan varisella; tetapi kasusnya biasanya ringan, hanya menimbulkan beberapa lepuhan (kasus yang komplit biasanya menimbulkan 250-500 lepuhan yang terasa gatal) dan masa pemulihannya biasanya lebih cepat. Vaksin varisella memberikan kekebalan jangka panjang, diperkirakan selama 10-20 tahun, mungkin juga seumur hidup. Efek samping dari vaksin varisella biasanya ringan, yaitu berupa :i. Demamii. nyeri dan pembengkakan di tempat penyuntikan iii. ruam cacar air yang terlokalisir di tempat penyuntikan. Efek samping yang lebih berat adalah :i. kejang demam, yang bisa terjadi dalam waktu 1-6 minggu setelah penyuntikanii. pneumoniaiii. reaksi alergi sejati (anafilaksis), yang bisa menyebabkan gangguan pernafasan, kaligata, bersin, denyut jantung yang cepat, pusing dan perubahan perilaku. Hal ini bisa terjadi dalam waktu beberapa menit sampai beberapa jam setelah suntikan dilakukan dan sangat jarang terjadi.iv. Ensefalitisv. penurunan koordinasi otot. Imunisasi varisella sebaiknya tidak diberikan kepada :i. Wanita hamil atau wanita menyusuiii. Anak-anak atau orang dewasa yang memiliki sistem kekebalan yang lemah atau yang memiliki riwayat keluarga dengan kelainan imunosupresif bawaaniii. Anak-anak atau orang dewasa yang alergi terhadap antibiotik neomisin atau gelatin karena vaksin mengandung sejumlah kecil kedua bahan tersebutiv. Anak-anak atau orang dewasa yang menderita penyakit serius, kanker atau gangguan sistem kekebalan tubuh (misalnya AIDS)v. Anak-anak atau orang dewasa yang sedang mengkonsumsi kortikosteroid vi. Setiap orang yang baru saja menjalani transfusi darah atau komponen darah lainnyavii. Anak-anak atau orang dewasa yang 3-6 bulan yang lalu menerima suntikan immunoglobulin.10) HBV Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian. Dosis pertama diberikan segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki HBsAg negatif, bisa diberikan pada saat bayi berumur 2 bulan. Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan antara suntikan HBV I dengan HBV II, serta selang waktu 5 bulan antara suntikan HBV II dengan HBV III. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun setelah suntikan HBV III. Sebelum memberikan imunisasi ulangan dianjurkan untuk memeriksa kadar HBsAg. Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha. Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, diberikan vaksin HBV pada lengan kiri dan 0,5 mL HBIG (hepatitis B immune globulin) pada lengan kanan, dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada saat anak berumur 1-2 bulan, dosis ketiga diberikan pada saat anak berumur 6 bulan. Kepada bayi yang lahir dari ibu yang status HBsAgnya tidak diketahui, diberikan HBV I dalam waktu 12 jam setelah lahir. Pada saat persalinan, contoh darah ibu diambil untuk menentukan status HBsAgnya; jika positif, maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi berumur lebih dari 1 minggu). Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak benar-benar pulih. Vaksin HBV dapat diberikan kepada ibu hamil. Efek samping dari vaksin HBV adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan sistemis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran pencernaan), yang akan hilang dalam beberapa hari.11) Pneumokokus Konjugata Imunisasi pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis bakteri yang sering menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius, seperti meningitis dan bakteremia (infeksi darah). Kepada bayi dan balita diberikan 4 dosis vaksin. Vaksin ini juga dapat digunakan pada anak-anak yang lebih besar yang memiliki resiko terhadap terjadinya infeksi pneumokokus.

6. Pandangan Islam Terhadap Pemberian VaksinMasalah ini diperselisihkan ulama menjadi dua pendapat :1. Boleh dalam kondisi darurat. Ini pendapat Hanafiyyah, Syafiiyyah, dan Ibnu Hazm.Di antara dalil mereka adalah keumuman firman Allah: Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya.... (QS. Al- Anam [6]:119)Demikian juga Nabi membolehkan sutera bagi orang yang terkena penyakit kulit, Nabi membolehkan emas bagi sahabat arfajah untuk menutupi aibnya, dan bolehnya orang yang sedang ihrom untuk mencukur rambutnya apabila ada penyakit di rambutnya. Imunisasi hukumnya boleh dan tidak terlarang, karena termasuk penjagaan diri dari penyakit sebelum terjadi. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Barangsiapa yang memakan tujuh butir kurma ajwah, maka dia akan terhindar sehari itu dari racun dan sihir(HR. Bukhari : 5768, Muslim : 4702).Hadits ini menunjukkan secara jelas tentang disyariatkannya mengambil sebab untuk membentengi diri dari penyakit sebelum terjadi. Demikian juga kalau dikhawatirkan terjadi wabah yang menimpa maka hukumnya boleh sebagaimana halnya boleh berobat tatkala terkena penyakit.

2. Tidak boleh secara mutlak. Ini adalah madzab Malikiyyah dan Hanabillah.Di antara dalil mereka adalah sabda Nabi: Sesungguhnya allah menciptakan penyakit dan obatnya, maka berobatlah dan jangan berobat dengan benda haram (ash-Shohihah:4/174). Alasan lainnya karena berobat hukumnya tidak wajib menurut jumhur ulama, dan karena sembuh dengan berobat bukanlah perkara yang yakin.

DAFTAR PUSTAKAAnderson, Paul D. 1996. Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia: Latihan dan Panduan Belajar. Jakarta: EGC.Baratawidjaja, Karnen Garna. 2014. Imunologi Dasar. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.Ereschenko, Victor P. 2012. Atlas Histologi diFiore.Jakarta : EGCKamus Dorland edisi 31Kresno, Siti Boedina. 2010. Imunologi : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Jakarta : FKUIRaden, Inmar. 2011. Anatomi Sistem Limfatikus. Jakarta : Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi

Zulhamidah, Yeni. 2014. Sistema Lymphaticus. Jakarta : Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi

Sherwood, Lauralee. 2007. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta:EGC.

Zuhroni. 2010. Profesionalisme Dokter dalam, Pandangan Islam Terhadap Masalah Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Bagian Agama Universitas Yarsi

Eroschenko, Victor P. 2010. Atlas Histologi diFiore. Edisi 11. Jakarta : EGC

Garna Baratawidjaja, Karnen dan Iris Rengganis. 2014. Imunologi Dasar. Jakarta: Badan Penerbit FKUISherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia: dari sel ke sistem. Jakarta: EGChttp://medicastore.com/penyakit/81/Imunisasi.htmlJames, Joyce, et al. 2002. Prinsip-2 Sains untuk Keperawatan. Jakarta: Erlangga

26