Top Banner
PENYELIDIKAN LOKASI “STUDI KASUS LONGSOR DI SITUBONDO” Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Akibat tumbukan antara lempeng itu maka terbentuk daerah penunjaman memanjang di sebelah Barat Pulau Sumatera, sebelah Selatan Pulau Jawa hingga ke Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara, sebelah Utara Kepulauan Maluku, dan sebelah Utara Papua. Konsekuensi lain dari tumbukan itu maka terbentuk palung samudera, lipatan, punggungan dan patahan di busur kepulauan, sebaran gunungapi, dan sebaran sumber gempabumi. Gunung api yang ada di Indonesia berjumlah 129. Angka itu merupakan 13% dari jumlah gunungapi aktif dunia. Dengan demikian Indonesia rawan terhadap bencana letusan gunungapi dan gempabumi. Di beberapa pantai, dengan bentuk pantai sedang hingga curam, jika terjadi gempabumi dengan sumber berada di dasar laut atau samudera dapat menimbulkan gelombang Tsunami. Jenis tanah pelapukan yang sering dijumpai di Indonesia adalah hasil letusan gunungapi. Tanah ini memiliki komposisi sebagian besar lempung dengan sedikit pasir dan bersifat subur. Tanah pelapukan yang berada di atas batuan kedap air pada perbukitan/punggungan dengan kemiringan sedang hingga terjal berpotensi mengakibatkan tanah longsor pada musim hujan dengan curah hujan berkuantitas tinggi. Jika perbukitan 1
21

habib00ugm.files.wordpress.com · Web viewPeningkatan air bawah tanah menyebabkan adanya penambahan tekanan air pori. Tekanan air pori akan mengakibatkan penjenuhan yang mempercepat

Jun 11, 2018

Download

Documents

vumien
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: habib00ugm.files.wordpress.com · Web viewPeningkatan air bawah tanah menyebabkan adanya penambahan tekanan air pori. Tekanan air pori akan mengakibatkan penjenuhan yang mempercepat

PENYELIDIKAN LOKASI

“STUDI KASUS LONGSOR DI SITUBONDO”

Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia,

lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Akibat tumbukan

antara lempeng itu maka terbentuk daerah penunjaman memanjang di sebelah Barat Pulau

Sumatera, sebelah Selatan Pulau Jawa hingga ke Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara, sebelah

Utara Kepulauan Maluku, dan sebelah Utara Papua. Konsekuensi lain dari tumbukan itu

maka terbentuk palung samudera, lipatan, punggungan dan patahan di busur kepulauan,

sebaran gunungapi, dan sebaran sumber gempabumi. Gunung api yang ada di Indonesia

berjumlah 129. Angka itu merupakan 13% dari jumlah gunungapi aktif dunia. Dengan

demikian Indonesia rawan terhadap bencana letusan gunungapi dan gempabumi. Di beberapa

pantai, dengan bentuk pantai sedang hingga curam, jika terjadi gempabumi dengan sumber

berada di dasar laut atau samudera dapat menimbulkan gelombang Tsunami.

Jenis tanah pelapukan yang sering dijumpai di Indonesia adalah hasil letusan

gunungapi. Tanah ini memiliki komposisi sebagian besar lempung dengan sedikit pasir dan

bersifat subur. Tanah pelapukan yang berada di atas batuan kedap air pada

perbukitan/punggungan dengan kemiringan sedang hingga terjal berpotensi mengakibatkan

tanah longsor pada musim hujan dengan curah hujan berkuantitas tinggi. Jika perbukitan

tersebut tidak ada tanaman keras berakar kuat dan dalam, maka kawasan tersebut rawan

bencana tanah longsor.

PENGERTIAN TANAH LONGSOR

Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan

rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng.

Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang meresap ke dalam

tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang

berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya

akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.

1

Page 2: habib00ugm.files.wordpress.com · Web viewPeningkatan air bawah tanah menyebabkan adanya penambahan tekanan air pori. Tekanan air pori akan mengakibatkan penjenuhan yang mempercepat

JENIS TANAH LONGSOR

Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok,

runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran translasi dan rotasi

paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang paling banyak memakan

korban jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan.

1. Longsoran Translasi

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir

berbentuk rata atau menggelombang landai.

2. Longsoran Rotasi

Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk

cekung.

3. Pergerakan Blok

Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk

rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu.

4. Runtuhan Batu

Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar batuan atau material lain bergerak ke bawah

dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga meng-gantung

terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang

parah.

5. Rayapan Tanah

Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa

butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali. Setelah waktu

yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau

rumah miring ke bawah.

6. Aliran Bahan Rombakan

Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air. Kecepatan

aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis materialnya.

Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di

beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di sekitar

gunungapi. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.

2

Page 3: habib00ugm.files.wordpress.com · Web viewPeningkatan air bawah tanah menyebabkan adanya penambahan tekanan air pori. Tekanan air pori akan mengakibatkan penjenuhan yang mempercepat

PENYEBAB TERJADINYA TANAH LONGSOR

Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar daripada

gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan

tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta

berat jenis tanah batuan.

Faktor-faktor Penyebab Tanah Longsor

1. Hujan Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena

meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan

terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Hal itu mengakibatkan

munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah

permukaan.

Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak sehingga tanah dengan cepat

mengembang kembali. Pada awal musim hujan, intensitas hujan yang tinggi biasanya sering

terjadi, sehingga kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat.

Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui tanah yang

merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan

gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaannya, tanah longsor dapat dicegah karena air

akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan berfungsi mengikat tanah.

2. Lereng terjal

Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal

terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin. Kebanyakan sudut lereng

yang menyebabkan longsor adalah 180 apabila ujung lerengnya terjal dan bidang

longsorannya mendatar.

3. Tanah yang kurang padat dan tebal

Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan lebih

dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya

tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Selain itu tanah ini sangat rentan terhadap

pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air dan pecah ketika hawa terlalu panas.

3

Page 4: habib00ugm.files.wordpress.com · Web viewPeningkatan air bawah tanah menyebabkan adanya penambahan tekanan air pori. Tekanan air pori akan mengakibatkan penjenuhan yang mempercepat

4. Batuan yang kurang kuat

Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir dan campuran antara kerikil,

pasir, dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah bila

mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah longsor bila terdapat pada

lereng yang terjal.

5. Jenis tata lahan

Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan, dan adanya

genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang kuat untuk

mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga

mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena akar

pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di

daerah longsoran lama.

6. Getaran

Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi, ledakan, getaran mesin, dan

getaran lalulintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai,

dan dinding rumah menjadi retak.

7. Susut muka air danau atau bendungan Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka

gaya penahan lereng menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah terjadi

longsoran dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.

8. Adanya beban tambahan

Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan kendaraan akan

memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar tikungan jalan pada

daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan tanah dan retakan yang

arahnya ke arah lembah.

9. Pengikisan/erosi

Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu akibat penggundulan

hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.

4

Page 5: habib00ugm.files.wordpress.com · Web viewPeningkatan air bawah tanah menyebabkan adanya penambahan tekanan air pori. Tekanan air pori akan mengakibatkan penjenuhan yang mempercepat

10. Adanya material timbunan pada tebing

Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan pemotongan

tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut belum terpadatkan

sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi

penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan tanah.

11. Bekas longsoran lama Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi

pengendapan material gunung api pada lereng yang relatif terjal atau pada saat atau sesudah

terjadi patahan kulit bumi. Bekas longsoran lama memilki ciri:

Adanya tebing terjal yang panjang melengkung membentuk tapal kuda.

Umumnya dijumpai mata air, pepohonan yang relatif tebal karena tanahnya gembur dan

subur.

Daerah badan longsor bagian atas umumnya relatif landai.

Dijumpai longsoran kecil terutama pada tebing lembah.

Dijumpai tebing-tebing relatif terjal yang merupakan bekas longsoran kecil pada longsoran

lama.

Dijumpai alur lembah dan pada tebingnya dijumpai retakan dan longsoran kecil.

Longsoran lama ini cukup luas.

12. Adanya bidang diskontinuitas (bidang tidak sinambung) Bidang tidak sinambung ini

memiliki ciri:

Bidang perlapisan batuan

Bidang kontak antara tanah penutup dengan batuan dasar

Bidang kontak antara batuan yang retak-retak dengan batuan yang kuat.

Bidang kontak antara batuan yang dapat melewatkan air dengan batuan yang tidak

melewatkan air (kedap air).

Bidang kontak antara tanah yang lembek dengan tanah yang padat.

Bidang-bidang tersebut merupakan bidang lemah dan dapat berfungsi sebagai bidang

luncuran tanah longsor.

5

Page 6: habib00ugm.files.wordpress.com · Web viewPeningkatan air bawah tanah menyebabkan adanya penambahan tekanan air pori. Tekanan air pori akan mengakibatkan penjenuhan yang mempercepat

13. Penggundulan hutan

Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif gundul dimana pengikatan air

tanah sangat kurang.

STUDI KASUS

Kabupaten Situbondo merupakan perpaduan antara daerah rendah di sebelah utara dan daerah

perbukitan di sebelah selatan dengan kemiringan lereng yang terjal. Kondisi geologi

didominasi oleh Formasi Batuan Gunungapi Ringgit dan Batuan Gunungapi Argopuro

dengan litologi terdiri dari lava, breksi gunungapi dan tuff. Lapisan permukaan terdiri dari

litologi endapan koluvial yang umumnya sudah melapuk. Lapukan tersebut menghasilkan

bongkah-bongkah batuan yang mudah lepas karena rekatan antar fragmen batuan sangat

lemah. Kondisi morfologi dan geologi tersebut membuat Kabupaten Situbondo menjadi

daerah yang mempunyai tingkat kerentanan terhadap bahaya gerakan massa tanah yang

cukup tinggi.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh peristiwa gerakan massa tanah yang terjadi di Dusun Lucu

Palongan. Gerakan massa tanah yang terjadi berupa tanah gerak dengan retakan tanah yang

sudah mengalami penurunan sampai 3 meter pada bagian mahkota. Tanah gerak tersebut

terjadi pada lahan pertanian masyarakat, yang sewaktu-waktu bisa mengalami keruntuhan

dan akan mengancam kelestarian alam dan keselamatan jiwa maupun harta benda penduduk

setempat. Untuk mengurangi dampak yang akan ditimbulkan oleh bencana alam gerakan

massa tanah tersebut, maka perencanaan sistem peringatan dini bencana tanah tongsor di

daerah penelitian sangat diperlukan dan penting untuk dilaksanakan. Lokasi penelitian

terletak di Dusun Lucu Palongan, Desa Campoan, Kecamatan Mlandingan, Kabupaten

Situbondo, Jawa Timur, seperti ditunjukkan dalam Gambar 1. Penelitian ini bertujuan untuk

investigasi dan mitigasi gerakan massa tanah di daerah penelitian. Investigasi antara lain

untuk mengetahui kondisi lingkungan fisik dan kondisi masyarakat, mempelajari faktor-

faktor penyebab terjadinya gerakan massa tanah, jenis dan mekanismenya serta

mengidentifikasi daerah rawan yang akan terkena dampak dari bencana alam gerakan tanah.

Mitigasi antara lain untuk memberikan rekomendasi penanganan bencana alam gerakan tanah

dengan pendekatan sistem peringatan dini.

6

Page 7: habib00ugm.files.wordpress.com · Web viewPeningkatan air bawah tanah menyebabkan adanya penambahan tekanan air pori. Tekanan air pori akan mengakibatkan penjenuhan yang mempercepat

Pengeboran

Pengeboran dilakukan untuk menjelaskan struktur geologi dan bidang longsor pada daerah

longsoran. Pengeboran dilaksanakan sepanjang garis tinjauan yang dibuat sesuai dengan

posisi dan arah longsoran, pada interval antara 30 m – 50 m. Tiga atau lebih lubang bor

dibuat dalam blok longsor dan sedikitnya satu lubang bor dibuat di belakang mahkota

longsoran dengan minimun empat lubang bor secara keseluruhan.

Gambar Letak lokasi daerah penelitian

Survei bidang gelincir

Survei bidang gelincir dilakukan untuk menentukan lokasi dari bidang gelincir. Ada dua

metode untuk menentukan bidang gelincir, yaitu dengan analisis inti bor (boring core

analysis) dan menggunakan alat untuk memantau. Analisis inti bor dilakukan dengan

interpretasi secara geologi, baik interpretasi selama proses pengeboran maupun interpretasi

berdasarkan pengamatan inti bor. Alat yang digunakan untuk pemantauan bidang gelincir

antara lain adalah underground strain gauge, borehole inclinometer dan multi-layer

movement meter. Ketiga alat tersebut dimasukkan kedalam lubang bor. Penyelidikan

7

Page 8: habib00ugm.files.wordpress.com · Web viewPeningkatan air bawah tanah menyebabkan adanya penambahan tekanan air pori. Tekanan air pori akan mengakibatkan penjenuhan yang mempercepat

penurunan permukaan Investigasi penurunan bentuk permukaan dilakukan untuk

menggambarkan batasan-batasan tanah longsor, ukuran, tingkat aktivitas dan arah

pergerakan. Penyelidikan penurunan permukaan juga dilakukan untuk menentukan

pergerakan blok dari longsoran utama. Adanya mahkota dan retakan yang melebar digunakan

untuk menentukan apakah akan berpotensi untuk bergerak di masa mendatang. Alat yang

digunakan untuk investigasi penurunan bentuk permukaan terdiri dari extensometer, tiltmeter

dan GPS.

Pengukuran muka air tanah

Pengukuran muka air tanah untuk menentukan hubungan antara curah hujan dan fluktuasi air

tanah dan pengaruh pada tekanan pori pada bidang gelincir. Pengukuran muka air tanah dapat

dilakukan pada setiap lubang bor. Alat yang digunakan untuk mengukur muka air tanah

adalah pore pressure gauge. Jarak waktu pengamatan untuk pengukuran muka air tanah

selama hujan yang sangat lebat pasti akan lebih ditingkatkan, untuk memahami hubungan

antara curah hujan dengan muka air tanah.

Pengukuran curah hujan

Pengukuran curah hujan dilakukan untuk menentukan hubungan antara hasil pencatatan curah

hujan dan hasil pencatatan pergerakan tanah pada alat pengukur penurunan permukaan. Hasil

pencatatan alat pengukur curah hujan dapat digunakan sebagai pembanding dengan hasil

pencatatan pergerakan tanah yang dapat dinyatakan bahwa semakin besar intensitas curah

hujan, maka tanah cenderung akan mudah bergerak.

KONDISI GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Daerah penelitian dan sekitarnya merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan lereng

yang terjal. Morfologi di bagian timur (hulu) daerah penelitian adalah perbukitan yang

tersusun oleh material-material hasil pengendapan yang berupa bongkah-bongkah batuan

yang mudah lepas karena adanya pelapukan. Morfologi di bagian utara (hilir) daerah

penelitian merupakan daerah dataran rendah. Daerah longsoran mempunyai sudut kelerengan

yang bervariasi, yaitu kelerengan dengan sudut 20º yang terdapat pada daerah tengah

sampai kaki longsoran dan kelerengan dengan sudut 25º yang terdapat pada daerah

mahkota hingga daerah tengah longsoran dengan ketebalan soil mencapai 20 – 30 meter.

8

Page 9: habib00ugm.files.wordpress.com · Web viewPeningkatan air bawah tanah menyebabkan adanya penambahan tekanan air pori. Tekanan air pori akan mengakibatkan penjenuhan yang mempercepat

Morfologi daerah penelitian yang miring menyebabkan gaya vertikal yang menarik batuan ke

arah bawah semakin tinggi, hal ini mendukung terjadinya longsoran di daerah penelitian.

Tataguna lahan di daerah longsoran berupa persawahan dan di bagian hulu berupa

permukiman. Kondisi sawah selalu ditanami dengan tanaman musiman seperti padi, jagung

dan tembakau. Air yang terus menerus tertahan di persawahan berakibat pada bertambahnya

intensitas air yang masuk ke dalam tanah. Kondisi seperti ini akan menurunkan kuat geser

tanah secara signifikan dan meningkatkan beban lereng. Sungai di daerah penelitian

menempati bagian selatan daerah penelitian, di dalam blok longsoran terdapat saluran yang

digunakan untuk mengalirkan air ke persawahan. Hal ini mengakibatkan air meresap ke

dalam tanah secara terus menerus. Kejadian ini mempercepat longsoran di daerah penelitian.

Kondisi geomorfologi dan tataguna lahan di daerah penelitian seperti pada Gambar 2.

Gambar Kondisi geomorfologi dan tataguna lahan di daerah penelitian

Hidrologi daerah penelitian

Berdasarkan hasil pengamatan dan penyelidikan di lapangan, kondisi akuifer di daerah

penelitian merupakan kombinasi antara akuifer butir dan akuifer celah. Air hujan yang masuk

ke bawah permukaan tanah melalui pori-pori dan celah-celah pada tanah akan menjenuhi

tanah dan tanah akan mengalami penurunan kekuatan gesernya. Intensitas air yang meningkat

pada waktu musim hujan (Desember – Maret) akan mengakibatkan air dari permukaan tanah

yang masuk ke bawah permukaan juga meningkat. Peningkatan air bawah tanah

menyebabkan adanya penambahan tekanan air pori. Tekanan air pori akan mengakibatkan

penjenuhan yang mempercepat terubahnya partikel tanah menjadi plastis dan cair. Kondisi ini

9

Page 10: habib00ugm.files.wordpress.com · Web viewPeningkatan air bawah tanah menyebabkan adanya penambahan tekanan air pori. Tekanan air pori akan mengakibatkan penjenuhan yang mempercepat

menyebabkan longsoran di daerah penelitian. Mekanika tanah daerah penelitian Hasil

pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui nilai kuat geser tanah di daerah

penelitian.

KONDISI LONGSORAN

Longsoran di daerah penelitian berupa tanah gerak yang telah mengalami rekahan (crack) dan

penurunan. Tinggi tebing utama longsoran (main scarp) sudah lebih dari 3 meter. Terdapat 6

minor scarp di bagian kaki longsoran dengan ketinggian antara 10 cm – 50 cm. Di bagian

kaki longsoran terdapat sungai dengan kedalaman 20 meter dan lebar 7 meter.

Longsoran terjadi pada daerah dengan luas 150 m x 170 m dengan arah umum longsoran N

210º E. Dampak dari material longsoran adalah pada daerah dataran dan permukiman

penduduk di bagian hilir berjarak 2 km. Jenis gerakan massa tanah adalah longsoran

(slides). Faktor penyebab terjadinya gerakan tanah Faktor penyebab terjadinya gerakan tanah

di daerah penelitian adalah disebabkan oleh faktor alamiah dan faktor manusia. Faktor

alamiah yang menjadi faktor pengontrol adalah kondisi geomorfologi dan stratigrafi. Faktor

alamiah yang menjadi faktor pemicu adalah curah hujan yang tinggi. Intensitas hujan rata-

rata selama 5 tahun di daerah penelitian pada Bulan Desember adalah 295,5 mm/bulan, Bulan

Januari sebesar 212,2 mm/ bulan, Bulan Februari sebesar 269,8 mm/bulan dan bulan Maret

sebesar 184,6 mm/bulan. Faktor alamiah yang menjadi faktor pemicu lainnya adalah

gempa bumi. Pada pertengahan Agustus 2007 telah terjadi gempa bumi di Kabupaten

Situbondo. Gempa bumi tersebut akan berpengaruh terhadap longsoran di daerah penelitian.

Faktor manusia yang menyebabkan longsoran di daerah penelitian adalah adanya persawahan

yang membuat air terus menerus ada di permukaan dan meresap ke bawah permukaan,

kenaikan intensitas air yang menerus menyebabkan terjadinya perubahan karakteristik tanah

dan menurunkan kuat geser tanah secara signifikan di daerah penelitian. Kondisi persawahan

juga akan menambah beban lereng, hal ini menyebabkan terjadiya longsoran.

Identifikasi daerah rawan

Ancaman langsung dari gerakan massa tanah di Dusun Lucu Palongan adalah terhadap

penduduk yang sedang bekerja di lahan pertanian dalam blok longsoran. Ancamannya adalah

apabila gerakan massa tanah di Dusun Lucu Palongan mengalami longsor (keruntuhan

lereng), maka masyarakat yang sedang berada dalam blok longsoran akan ikut terbawa

longsor dan akan mengancam keselamatan jiwa. Selain itu daerah yang terancam dengan

10

Page 11: habib00ugm.files.wordpress.com · Web viewPeningkatan air bawah tanah menyebabkan adanya penambahan tekanan air pori. Tekanan air pori akan mengakibatkan penjenuhan yang mempercepat

gerakan tanah di Dusun Lucu Palongan adalah daerah di bagian hilir Sungai Kali Plalangan,

yaitu Dusun Bretan dan Dusun Batuampar Desa Selowogo yang merupakan daerah

permukiman dengan morfologi datar yang berada tepat di sisi Sungai Kali Plalangan.

Ancaman yang dapat terjadi adalah apabila gerakan tanah di Dusun Lucu Palongan

mengalami longsor (keruntuhan lereng) ke arah sungai, maka material yang akan terbawa

sungai menjadi melimpah dan kemungkinan dapat terjadi banjir bandang. Di sekitar lokasi

penelitian morfologi sungai sangat terjal yang memungkinkan terbentuknya bendung alamiah

dari material longsoran. Selain ancaman dari keruntuhan blok longsoran di Dusun Lucu

Palongan, terdapat ancaman lain yang berupa jatuhan bongkah-bongkah batuan di bagian

hulu dari Sungai Kali Plalangan. Bongkah-bongkah batuan tersebut mudah lepas

oleh air karena ikatan antar fragmen batuan sangat lemah. Air hujan dapat dengan mudah

menggerus ikatan antar fragmen batuan tersebut, sehingga batuan akan jatuh sampai ke

Sungai Kali Plalangan. Jika debit sungai besar maka dapat terjadi aliran debris/banjir

bandang dengan material bongkahan-bongkahan batuan tersebut. Peta kondisi daerah rawan

seperti terlihat dalam Gambar 5 berikut

Gambar Peta kondisi daerah rawan (sumber : Peta Rupabumi

Digital Indonesia, 1999)

11

Page 12: habib00ugm.files.wordpress.com · Web viewPeningkatan air bawah tanah menyebabkan adanya penambahan tekanan air pori. Tekanan air pori akan mengakibatkan penjenuhan yang mempercepat

PERENCANAAN SISTEM PERINGATAN DINI

Perencanaan pemasangan alat pemantau gerakan tanah

Penetapan lokasi pemasangan instrumen peringatan dini di lokasi penelitian didasarkan pada

permasalahan teknik, kondisi longsoran dan kondisi sosial. Dari pengamatan lapangan, dalam

blok longsoran memungkinkan untuk dibuat garis tinjauan sebanyak 2 buah yaitu pada kedua

puncak dari blok longsoran. Pada masing-masing garis tinjauan dilakukan pengeboran

sebanyak 3 lubang bor dalam blok longsoran dengan jarak antar lubang bor 40 meter dan

satu lubang bor di belakang mahkota longsoran. Jumlah lubang bor secara keseluruhan

sebanyak 8 lubang bor. Fungsi dari pengeboran antara lain untuk mengetahui struktur geologi

dan bidang gelincir serta untuk memasang alat pemantauan muka air tanah (pore pressure

gauge) dan alat pemantauan bidang gelincir (strain gauge/borehole inclinometer). Tiltmeter

dipasang untuk mempelajari perluasan yang potensial dari area longsoran. Tiltmeter dipasang

pada 4 titik yaitu 1 titik di belakang mahkota dan 3 titik dalam blok longsoran. Pada masing-

masing titik dipasang 2 unit tiltmeter dengan arah utara-selatan dan barat-timur.

Extensometer otomatis dipasang pada daerah dengan tingkat keaktifan pergerakan tanah yang

relatif lebih besar. Extensometer otomatis sebanyak 2 unit masing-masing dipasang pada

mahkota/tebing utama longsoran (main scarp). Extensometer manual sebanyak 3 unit

masing-masing 2 unit dipasang pada scarp minor di bagian kaki longsoran dan 1 unit

dipasang pada bagian pinggir sebelah barat tebing utama longsoran. Alat pengukuran

pergerakan tanah sederhana menggunakan papan kayu memungkinkan dipasang sebanyak 3

unit pada scarp minor di bagian kaki longsoran, karena penurunan permukaan tanah belum

besar. Pencatat curah hujan dipasang untuk mengukur intensitas curah hujan yang terjadi di

daerah blok longsoran. Pencatat curah hujan otomatis sebanyak 1 unit dipasang pada

perkampungan penduduk supaya aman dari longsoran dan dapat selalu dikontrol. Untuk bisa

menjalankan suatu sistem peringatan dini bencana alam tanah longsor, alatalat pemantau

gerakan tanah yang dipasang tersebut harus dihubungkan dengan sirine yang penempatannya

di perkampungan penduduk. Perencanaan posisi pemasangan alat pemantau gerakan tanah

seperti pada Gambar. Disamping alat pemantau gerakan tanah yang telah disebutkan diatas,

di daerah Dusun Lucu Palongan dan sekitarnya juga masih memerlukan beberapa alat lainnya

untuk penanganan gerakan tanah dengan tipe jatuhan batu. Kondisi geologi di daerah Dusun

Lucu Palongan dan sekitarnya didominasi oleh batuan breksi gunungapi yang pada umumnya

sudah melapuk di bagian permukaan. Lapukan tersebut menghasilkan bongkah-bongkah

12

Page 13: habib00ugm.files.wordpress.com · Web viewPeningkatan air bawah tanah menyebabkan adanya penambahan tekanan air pori. Tekanan air pori akan mengakibatkan penjenuhan yang mempercepat

batuan yang mudah lepas karena daya rekat antar fragmen batuan sangat lemah. Alat yang

dapat dipasang untuk memantau gerakan tanah tipe jatuhan batu antara lain sensor kabel

(wire sensor) dan sensor getar (vibration sensor)

Gambar Perencanaan lokasi pemasangan alat pemantau gerakan tanah

Sistem penyampaian informasi peringatan dini Dari pengamatan di lapangan, sarana

komunikasi antar warga sudah menggunakan handphone (HP). Pelaporan/penyampaian

informasi saat terjadi bencana alam gerakan tanah di Dusun Lucu Palongan adalah secepat

mungkin informasi dapat sampai ke warga Dusun Bretan dan Batuampar. Informasi adanya

gejala/kejadian gerakan tanah pertama sekali diketahui oleh warga Dusun Lucu Palongan

melalui alat pemantau gerakan tanah yang dihubungkan dengan sirine. Kemudian informasi

tersebut diteruskan sampai diterima oleh warga Dusun Bretan dan warga Dusun Batuampar

Desa Selowogo. Sistem pelaporan sebaiknya menggunakan peralatan alat komunikasi seperti

13

Page 14: habib00ugm.files.wordpress.com · Web viewPeningkatan air bawah tanah menyebabkan adanya penambahan tekanan air pori. Tekanan air pori akan mengakibatkan penjenuhan yang mempercepat

telepon, handphone (HP) dan handytalky (HT), juga dapat menggunakan kentungan dengan

cara estafet.

KESIMPULAN

Penanganan yang dilakukan adalah dengan pendekatan sistem peringatan dini. Untuk bisa

menjalankan suatu sistem peringatan dini bencana alam tanah longsor, alat-alat pemantau

gerakan tanah harus dihubungkan dengan sirine. Jika sirine berbunyi, seluruh warga Dusun

Lucu Palongan dan masyarakat yang berada di dalam blok longsoran akan mendengar

bunyi sirine tersebut, masyarakat harus segera meninggalkan blok longsoran. Informasi

terjadinya longsoran harus secepat mungkin dapat sampai ke warga Dusun Bretan dan

Batuampar. Setelah mendapatkan informasi, warga harus segera mengungsi.

14