Top Banner
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Risiko 2.1.1 Definisi Manajemen Risiko Menurut Djojosoedarso (2003,p4) pengertian manajemen resiko adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam penanggulangan risiko, terutama risiko yang dihadapi oleh organisasi / perusahaan, keluarga, dan masyarakat. Menurut S. Dorfman (2004, p44) We define risk management as the logical development and carrying out of a plan to deal with potential looses. Manajemen resiko menurut Djohanputro (2008,43) Manajemen resiko merupakan proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif penanganan resiko, dan memonitor dan mengendalikan penanganan resiko. Manajemen resiko menurut Siahaan (Manajemen Risiko. PT Elex Media Computindo. Jakarta. 2007) manajemen risiko adalah perbuatan (praktik) dengan manajemen 7
42

library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-1... · Web view2.1.1 Definisi Manajemen Risiko Menurut Djojosoedarso (2003,p4) pengertian manajemen resiko adalah

Mar 31, 2019

Download

Documents

truongcong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-1... · Web view2.1.1 Definisi Manajemen Risiko Menurut Djojosoedarso (2003,p4) pengertian manajemen resiko adalah

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Manajemen Risiko

2.1.1 Definisi Manajemen Risiko

Menurut Djojosoedarso (2003,p4) pengertian manajemen resiko adalah

pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam penanggulangan risiko,

terutama risiko yang dihadapi oleh organisasi / perusahaan, keluarga, dan

masyarakat.

Menurut S. Dorfman (2004, p44) We define risk management as the logical

development and carrying out of a plan to deal with potential looses.

Manajemen resiko menurut Djohanputro (2008,43) Manajemen resiko

merupakan proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi,

mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif penanganan resiko, dan

memonitor dan mengendalikan penanganan resiko.

Manajemen resiko menurut Siahaan (Manajemen Risiko. PT Elex Media

Computindo. Jakarta. 2007) manajemen risiko adalah perbuatan (praktik)

dengan manajemen risiko, menggunakan metode dan peralatan untuk

mengelola risiko sebuah proyek.

Pengertian manajemen resiko menurut Tampubolon (Risk Management. PT

Elex Media Komputindo. Jakarta. 2004) Manajemen risiko juga dapat

diartikan sebagai kegiatan atau proses yang terarah dan bersifat proaktif, yang

ditujukan untuk mengakomodasi kemungkinan gagal pada salah satu, atau

sebagian dari sebuah transaksi atau instrumen.

Menurut Fahmi (2010;2) Manajemen resiko adalah suatu bidang ilmu yang

membahas tentang bagaimana suatu organisasi menerapkan ukuran dalam

7

Page 2: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-1... · Web view2.1.1 Definisi Manajemen Risiko Menurut Djojosoedarso (2003,p4) pengertian manajemen resiko adalah

8

memetakan berbagai permasalahan yang ada dengan menempatkan berbagai

pendekatan manajemen secara komprehensif dan sistematis

2.1.2 Manfaat Manajemen Resiko

Menurut Darmawi, (2005, p. 11) Manfaat manajemen risiko yang diberikan

terhadap perusahaan dapat dibagi dalam 5 (lima) kategori utama yaitu :

a) Manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari

kegagalan.

b) Manajemen risiko menunjang secara langsung peningkatan laba.

c) Manajemen risiko dapat memberikan laba secara tidak langsung.

d) Adanya ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh

adanya perlindungan terhadap risiko murni, merupakan harta non

material bagi perusahaan itu.

e) Manajemen risiko melindungi perusahaan dari risiko murni, dan

karena kreditur pelanggan dan pemasok lebih menyukai perusahaan

yang dilindungi maka secara tidak langsung menolong meningkatkan

public image. (http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/09/manajemen-

resiko-definisi-dan-manfaat.html)

2.1.3 Proses Manajemen Risiko

Pemahaman risk management memungkinkan manajemen untuk terlibat

secara efektif dalam menghadapi uncertainty dengan risiko dan peluang yang

berhubungan dan meningkatkan kemampuan organisasi untuk memberikan nilai

tambah. Menurut COSO, proses manajemen risiko dapat dibagi ke dalam 8

komponen (tahap)

Page 3: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-1... · Web view2.1.1 Definisi Manajemen Risiko Menurut Djojosoedarso (2003,p4) pengertian manajemen resiko adalah

9

1. Internal environment (Lingkungan internal)

Komponen ini berkaitan dengan lingkungan dimana perusahaan berada dan

beroperasi. Cakupannya adalah risk-management philosophy (kultur manajemen

tentang risiko), integrity (integritas), risk-perspective (perspektif terhadap risiko),

risk-appetite (selera atau penerimaan terhadap risiko), ethical values (nilai moral),

struktur organisasi, dan pendelegasian wewenang.

2. Objective setting (Penentuan tujuan)

Manajemen harus menetapkan objectives (tujuan-tujuan) dari organisasi agar

dapat mengidentifikasi, mengakses, dan mengelola risiko. Objective dapat

diklasifikasikan menjadi strategic objective dan activity objective. Strategic objective

di perusahaan berhubungan dengan pencapaian dan peningkatan kinerja instansi

dalam jangka menengah dan panjang, dan merupakan implementasi dari visi dan

misi instansi tersebut. Sementara itu, activity objective dapat dipilah menjadi 3

kategori, yaitu (1) operations objectives; (2) reporting objectives; dan (3)

compliance objectives.

3. Event identification (Identifikasi risiko)

Komponen ini mengidentifikasi kejadian-kejadian potensial baik yang terjadi

di lingkungan internal maupun eksternal organisasi yang mempengaruhi strategi atau

pencapaian tujuan dari organisasi. Kejadian tersebut bisa berdampak positif

(opportunities), namun dapat pula sebaliknya atau negative (risks).

4. Risk assessment (Penilaian risiko)

Komponen ini menilai sejauhmana dampak dari events (kejadian atau

keadaan) dapat mengganggu pencapaian dari objectives. Besarnya dampak dapat

diketahui dari inherent dan residual risk, dan dapat dianalisis dalam dua perspektif,

yaitu: likelihood (kecenderungan atau peluang) dan impact/consequence (besaran

Page 4: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-1... · Web view2.1.1 Definisi Manajemen Risiko Menurut Djojosoedarso (2003,p4) pengertian manajemen resiko adalah

10

dari terealisirnya risiko). Dengan demikian, besarnya risiko atas setiap kegiatan

organisasi merupakan perkalian antara likelihood dan consequence. Penilaian risiko

dapat menggunakan dua teknik, yaitu: (1) qualitative techniques; dan (2) quantitative

techniques. Qualitative techniques menggunakan beberapa tools seperti self-

assessment (low, medium, high), questionnaires, dan internal audit reviews.

Sementara itu, quantitative techniques data berbentuk angka yang diperoleh dari

tools seperti probability based, non-probabilistic models (optimalkan hanya asumsi

consequence), dan benchmarking.

5. Risk response (Sikap atas risiko)

Organisasi harus menentukan sikap atas hasil penilaian risiko. Risk response

dari organisasi dapat berupa: (1) avoidance, yaitu dihentikannya aktivitas atau

pelayanan yang menyebabkan risiko; (2) reduction, yaitu mengambil langkah-

langkah mengurangi likelihood atau impact dari risiko; (3) sharing, yaitu

mengalihkan atau menanggung bersama risiko atau sebagian dari risiko dengan pihak

lain; (4) acceptance, yaitu menerima risiko yang terjadi (biasanya risiko yang kecil),

dan tidak ada upaya khusus yang dilakukan.

Dalam memilih sikap (response), perlu dipertimbangkan faktor-faktor seperti

pengaruh tiap response terhadap risk likelihood dan impact, response yang optimal

sehingga bersinergi dengan pemenuhan risk appetite and tolerances, analis cost

versus benefits, dan kemungkinan peluang (opportunities) yang dapat timbul dari

setiap risk response.

6. Control activities (Aktifitas-aktifitas pengendalian)

Komponen ini berperanan dalam penyusunan kebijakan-kebijakan (policies)

dan prosedur-prosedur untuk menjamin risk response terlaksana dengan efektif.

Aktifitas pengendalian memerlukan lingkungan pengendalian yang meliputi: (1)

Page 5: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-1... · Web view2.1.1 Definisi Manajemen Risiko Menurut Djojosoedarso (2003,p4) pengertian manajemen resiko adalah

11

integritas dan nilai etika; (2) kompetensi; (3) kebijakan dan praktik-praktik SDM; (4)

budaya organisasi; (5) filosofi dan gaya kepemimpinan manajemen; (6) struktur

organisasi; dan (7) wewenang dan tanggung jawab.

7. Information and communication (Informasi dan komunikasi)

Fokus dari komponen ini adalah menyampaikan informasi yang relevan

kepada pihak terkait melalui media komunikasi yang sesuai. Faktor-faktor yang perlu

diperhatikan dalam penyampaiaan informasi dan komunikasi adalah kualitas

informasi, arah komunikasi, dan alat komunikasi.

8. Monitoring

Monitoring dapat dilaksanakan baik secara terus menerus (ongoing) maupun

terpisah (separate evaluation). Aktifitas monitoring ongoing tercermin pada aktivitas

supervisi, rekonsiliasi, dan aktivitas rutin lainnya.

Pada proses monitoring, perlu dicermati adanya kendala seperti reporting

deficiencies, yaitu pelaporan yang tidak lengkap atau bahkan berlebihan (tidak

relevan). Kendala ini timbul dari berbagai faktor seperti sumber informasi, materi

pelaporan, pihak yang disampaikan laporan, dan arahan bagi pelaporan.

2.2 Resiko

2.2.1 Pengertian Resiko

Menurut Arthur Williams dan Richard, M.H), Resiko adalah suatu variasi

dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu.

Menurut A. Abas Salim , Resiko adalah ketidakpastian (uncertainty) yang

mungkin melahirkan peristiwa kerugian (loss).

Menurut Soekarto, Resiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu

peristiwa

Page 6: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-1... · Web view2.1.1 Definisi Manajemen Risiko Menurut Djojosoedarso (2003,p4) pengertian manajemen resiko adalah

12

Menurut Herman Darmawi, Resiko merupakan penyebaran / penyimpangan

hasil actual dari hasil yang diharapkan. Resiko adalah probabilitas sesuatu

hasil / outcome yang berbeda dengan yang diharapkan.

2.2.2 Macam-macam Resiko

Menurut Djojosoedarso, Resiko dapat dibedakan dengan berbagai macam cara.

Antara lain :

1. Menurut sifatnya resiko dapat dibedakan ke dalam:

a) Resiko yang tidak disengaja (resiko murni), adalah resiko yang

apabila tejadi tentu menimbulkan kerugian dan terjadinya tanpa

disengaja; misalnya resiko terjadinya kebakaran, bencana alam,

pencurian, penggelapan, pengacauan, dan sebagainya.

b) Resiko yang disengaja (resiko spekulatif), adalah resiko yang sengaja

ditimbulkan oleh yang bersangkutan, agar terjadinya ketidakpastian

memberikan keuntungan kepadanya, misalnya resiko utang-piutang,

perjudian, perdagangan berjangka (hedging), dan sebagainya.

c) Resiko fundamental, adalah resiko yang penyebabnya tidak dapat

dilinpahkan kepada seseorang dan yang menderita tidak hanya satu

atau beberapa orang saja, tetapi banyak orang, seperti banjir, angin

topan, dan sebagainya.

d) Resiko Khusus, adalah resiko yang bersumber pada peristiwa yang

mandiri dan umumnya mudah iketahui penyebabnya, seperti kapal

kandas, pesawat jatuh, tabrakan mobil,dan sebagainya.

e) Resiko dinamis, adalah resiko yang timbul karena perkembangan dan

kemajuan (dinamika) masyarakat di bidang ekonomi, ilma, resiko u

Page 7: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-1... · Web view2.1.1 Definisi Manajemen Risiko Menurut Djojosoedarso (2003,p4) pengertian manajemen resiko adalah

13

dan teknologi, seperti resiko keusangan, resiko penerbangan luar

angkasa. Kebalikannya disebut resiko statis, seperti resiko hari tua,

resiko kematian dan sebagainya.

2.2.3 Upaya Penanggulangan Resiko

Menurut Djojosoedarso (2003, p4) upaya untuk menanggulangi resiko harus

selalu dilakukan, sehingga kerugian dapat dihindari atau diminimumkan. Sesuai

dengan sifat dan objek yang terkena resiko, ada beberapa cara yang dapat dilakukan

(perusahaan) untuk meminimumkan resiko kerugian, antara lain :

a) Melakukan pencegahan dan pengurangan terhadap kemungkinan terjadinya

peristiwa yang menimbulkan kerugian, misalnya membangun gedung dengan

bahan- bahan yang antiterbakar untuk mencagah bahaya kebakaran,

memagari mesin-mesin untuk menghindari kecelakaan kerja, melakukan

pemeliharaan dan penyimpanan yang baik terhadap bahan dan hasil produksi

untuk menghindari resiko kecurian dan kerusakan, mengadakan pendekatan

kemanusiaan untuk mencegah terjadinya pemogokan, sabotase, dan

pengacauan.

b) Melakukan retensi, artinya mentolerir membiarkan terjadinya kerugian, dan

untuk mencegah terganggunya operasi perusahaan akibat kerugian tersebut

disediakan sejumlah dana untuk menanggulanginya (contoh : pos biaya

lain-lain atau tak terduga dalam anggaran perusahaan).

c) Melakukan pengendalian terhadap resiko, contohnya melakukan hedging

(perdagangan berjangka) untuk menanggulangi resiko kelangkaan dan

fluktuasi harga bahan baku/ pembantu yang diperlukan.

Page 8: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-1... · Web view2.1.1 Definisi Manajemen Risiko Menurut Djojosoedarso (2003,p4) pengertian manajemen resiko adalah

14

d) Mengalihkan memindahkan resiko kepada pihak lain, yaitu dengancara

mengadakan kontrak pertanggungan (asuransi) dengan perusahaan

asuransi terhadap resiko tertentu, dengan mambayar sejumlah premi asuransi

yang telah ditetapkan, sehingga perusahaan asuransi akan mengganti kerugian

bila betul-betul terjadi kerugian yang sesuai dengan perjanjian.

Tugas dari seorang manajer resiko adalah berkaitan erat dengan upaya memilih

dan menentukan cara-cara/ metode yang paling efisien dalam penaggulangan resiko

yang dihadapi perusahaan.

2.3 Resiko Operasional

2.3.1 Pengertian Resiko Operasional

Jurnal Penerapan Enterprise Risk Management dalam rangka meningkatkan

Efektifitas Kegiatan Operasional CV. Anugerah Berkat Calindojaya oleh Mellisa dan

Fidelis Arastyo Andono, S.E.,MM., Ak..”Resiko operasional terkait dengan customer

beralih ke produk pesaing yang kualitasnya sama tapi harganya lebih murah

dikarenakan kualitas yang ada di dalam perusahaan mengalami penurunan atau

jelek.”

Basel II Capital Accord secara khusus mendefinisikan resiko operasional

sebagai resiko kerugian yang timbul dari kegagalan atau tidak memadainya proses

internal, manusia dan sistem, atau kejadian-kejadian eksternal. Secara umum, resiko

operasional terkait dengan sejumlah masalah yang berasal dari kegagalan suatu

proses atau prosedur. Oleh karena itu, resiko operasional sebenarnya bukan

merupakan suatu resiko yang baru dan tidak hanya dihadapi oleh bank, walaupun

semua bank anak menghadapi kegagalan dan harus memiliki proses untuk

mengatasinya. Resiko operasional merupakan resiko yang mempengaruhi semua

Page 9: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-1... · Web view2.1.1 Definisi Manajemen Risiko Menurut Djojosoedarso (2003,p4) pengertian manajemen resiko adalah

15

kegiatan usaha karena merupakan suatu hal yang inherent dalam pelaksanaan suatu

proses atau aktivitas operasional.

Menurut Djohanputro (2008, p65) resiko operasional adalah potensi

penyimpangan dari hasil yang diharapkan karena tidak berfungsinya suatu sistem,

SDM, teknologi, atau faktor lain. Resiko operasional bisa terjadi pada 2 tingkatan :

teknis dan organisasi. Pada tataran teknis, resiko operasional bisa terjadi apabila

sistem informasi, kesalahan mencatat, informasi yang tidak memadai, dan

pengukuran resiko tidak akurat dan tidak memadai. Pada tataran organisasi, resiko

operasional bisa muncul karena sistem pemantauan dan pelaporan, sistem dan

prosedur, serta kebijakan tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Menurut jurnal Operational Conceptual Knowledge Approach to Operational

Risk Management (A Case Study) Ali Hadi Jebrin (Associate Professor) Department

of Business Administration, Amman Arab University, Abdalla Jamil Abu-Salma

Department of Business Administration, Middle East University Vol. 7, No. 2;

January 2012. Risk Management: If the organization wants to define an operational

goal, it must apply and pay attention to this project, with all of its contents of tools,

represented by “Evaluating the Risk” and an high levels as the tool to support the

decisions and the strategy of the organization in which belongs to products, and

every product got its’ own life-cycle. The Risk Management project adopts multi-

dimensional analysis based on controversial economic methodology emerged from

the Risk Memory, that represents a group of applicable suggestions, especially on

the initial early stages, and then forms a suggested operations that’s aims to discover

and develop advanced recommendations on the producing field.

Page 10: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-1... · Web view2.1.1 Definisi Manajemen Risiko Menurut Djojosoedarso (2003,p4) pengertian manajemen resiko adalah

16

2.3.2 Klasifikasi Resiko Operasional

Menurut Bank for International Settlement (2004, p140) kerugian

operasional dikelompokkan ke dalam tujuh tipe kejadian kerugian (loss event types).

Tujuh tipe kejadian kerugian tersebut dibagi dalam kelompok sebagai berikut :

a) Penyelewengan internal (internal fraud).

b) Penyelewengan eksternal (external fraud).

c) Praktik kepegawaian dan keselamatan kerja (employment practices and

workplace safety).

d) Klien, produk, dan praktik bisnis (client, products, and business practices).

e) Kerusakan terhadap aset fisik perusahaan (physical asset damages).

f) Terganggunya bisnis dan kegagalan sistem (business disruption and system

failure).

g) Manajemen proses, pelaksanaan, dan penyerahan produk dan jasa

(execution,delivery and process management).

Menurut Djohanputro (2008, p65) resiko operasional bisa disebabkan oleh

beberapa faktor, yaitu :

Manusia (SDM)

Teknologi

Sistem dan prosedur

Kebijakan

Struktur organisasi

Berikut adalah beberapa klasifikasi yang terdapat di dalam resiko

operasional, antara lain :

Page 11: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-1... · Web view2.1.1 Definisi Manajemen Risiko Menurut Djojosoedarso (2003,p4) pengertian manajemen resiko adalah

17

a) Resiko Produktivitas

Resiko produktivitas berkaitan dengan penyimpangan hasil atau tingkat

produktivitas yang diharapkan karena adanya penyimpangan dari variabel

yang mempengaruhi produktivitas kerja. Termasuk di dalamnya adalah

teknologi, peralatan, material, dan SDM

b) Resiko Teknologi

Resiko teknologi berupa potensi penyimpangan hasil karena

teknologi yang digunakan tidak lagi sesuai dengan kondisi.

c) Resiko Inovasi

Resiko inovasi adalah potensi penyimpangan hasil karena terjadinya

pambaharuan, modernisasi, atau transformasi dalam beberapa aspek bisnis.

d) Resiko Sistem

Resiko ini merupakan bagian dari resiko proses, yaitu potensi

penyimpangan hasil karena adanya cacat atau ketidaksesuaian sistem dalam

operasi perusahaan.

e) Resiko Proses

Resiko proses adalah resiko mengenai potensi penyimpangan dari hasil yang

diharapkan dari proses karena ada penyimpangan atau kesalahan dalam

kombinasi sumber daya (SDM, keahlian, metode, peralatan, teknologi, dan

material) dan karena perubahan lingkungan. Kesalahan prosedur

merupakan salah satu bentuk perwujudan resiko proses.

Meskipun Basel II Accord tidak secara resmi melakukan ini, operational risk

events dapat dikelompokkan dalam kategorik-kategorik seperti risiko yang

melekat pada:

Page 12: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-1... · Web view2.1.1 Definisi Manajemen Risiko Menurut Djojosoedarso (2003,p4) pengertian manajemen resiko adalah

18

a) Risiko proses internal didefinisikan sebagai risiko yang timbul dari

kegagalan proses dan prosedur bank

b) Risiko manusia didefinisikan sebagai risiko yang melekat pada karyawan

suatu bank

c) Risiko sistem adalah risiko yang melekat pada teknologi dan sistem yang

digunakan

d) Risiko eksternal adalah risiko yang terjadi di luar kendali bank secara

langsung

e) Risiko hukum adalah risiko ketidakpastian dari tindakan hukum atau

ketidakpastian untuk mengaplikasikan atau menginterprestasikan suatu

kontrak, peraturan dan perundang-undangan.

2.3.3 Cara Penanggulangan Resiko operasional

Dalam pengukuraan resiko, menurut Hinsa Siahaan (2007,P;11-15),resiko

subjektif tidak dapat di ukur secara akurat. Tetapi sebaliknya, besarnya resiko

objektif lebih dapat diobservasi dan diukur secara tepat. Beberapa konsep

penting berkaitan dengan pengukuran resiko objektif adalah chance of loss dan

degree of risk.

1) Kemungkinan terjadinya kerugian (chance of loss)

Kemungkinan terjadinya kerugian dalam jangka panjang, atau frekuensi

relative kerugian, didefinisikan sebagai chance of loss. Konsep ini tidak ada

artinya jika digunakan untuk kemungkinan terjadinya satu kejadian. Konsep

ini baru mempunyai makna penting jika diaplikasikan pada kemungkinan

terjadinya dalam kejadian-kejadian yang jumlah besar atau frekuensi

kejadian sangat sering. Jadi, chance of loss dinyatakan dalam rasio

(perbandingan) jumlah kerugian yang terjadi dibandingkan dengan jumlah

Page 13: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-1... · Web view2.1.1 Definisi Manajemen Risiko Menurut Djojosoedarso (2003,p4) pengertian manajemen resiko adalah

19

kerugian yang mungkin dalam jumlah yang lebih besar dalam satu

kelompok. Sebagai contoh, misalkan korban bangunan hancur pada sebuah

kota yang dilanda tsunami adalah kemungkinan sebanyak 1.000 bangunan

ternyata 20 yang rusak karena tsunami, maka chance of loss akibat tsunami

adalah 2%. Angka ini ditentukan dengan cara membagi jumlah

kemungkinan kerugian(20) dengan jumlah bangunan terancam kerugian

(1.000)

Di dalam mengkalkulasikan (menaksir) chance of loss, biasanya

digunakan perhitungan yang berbeda untuk penyebab kerugian yang

berbeda. Dalam hal ini, istilah peril digunakan menggambarkan keadaan

khusus yang menyebabkan kerugian. Sebagai contoh, salah satu peril yang

menyebabkan kerugian pada automobile adalah tabrakan. Peril lain adalah

yang menyebabkan sebuah bangunan rusak, contohnya kebakaran, angin

topan, tsunami, banjir lumpur panas, letusan gunung berapi. Kadang-kadang

terdapat kondisi yang meningkat (memperbesar) chance of loss dari peril

tertentu atau kecendrungan membuat kerugian semakin parah ketika terjadi

peril.contohnya adalah kondisi yang disebut sebagai hazard yang dapat

dikelompokkan dengan tiga cara:

a) Physical hazard

Physical hazard adalah suatu kondisi yang bersumber dari karakter material

suatu objek. Contohnya peril tabrakan sebagai penyebab kerugian atas

sebuah mobil. Kondisi fisik yang memperbesar kemungkinan terjadinya

tabrakan adalah genangan air hujan yang membuat jalanan menjadi licin.

Jalan licin karena hujan adalah hazard sementara tabrakan yang terjadi

adalah peril. Terjadinya kerugian atau chance of loss tabrakan mungkin

Page 14: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-1... · Web view2.1.1 Definisi Manajemen Risiko Menurut Djojosoedarso (2003,p4) pengertian manajemen resiko adalah

20

lebih tinggi selama musim hujan dibandingkan musim lain sepanjang satu

tahun karena lebih banyak tabrakan saat kondisi jalanan licin akibat

terguyur hujan.

Contoh lain physical hazard adalah gejala-gejala terjadinya kekeringan

hutan (adalah sebagai hazard yang mempengaruhi peril kebakaran hutan),

getaran bumi(hazard terjadinya gempa bumi), tumpahan minyak di gudang

(hazard terjadinya kebakaran). Hazard ada yang mungkin dan ada yang tidak

mungkin dikendalikan oleh manusia. Contoh minyak tumpah di gudang

dapat dihilangkan atau dibersihkan, tetapi keadaan cuaca, hujan lebat yang

membuat jalan licin, hutan kekeringan berkepanjangan tidak dapat

dikendalikan manusia, kendatipun keberadaannya dapat diobservasi.

b) Morale hazard

Pada dasarnya yang dimaksud dengan morale hazard adalah sikap mental

ceroboh atau sikap tidak hati-hati seseorang. Kadang-kadang terdapat hasrat

alam bawah sadar seseorang akan kerugian, orang bersangkutan tidak sadar

sepenuhnya dengan hasratnya yang membawa celaka. Kadang-kadang

keadaan membuat seseorang tidak peduli dengan kemungkinan kerugian

(resiko), sehingga membuat orang tersebut menjadi kurang hati-hati. Sebagai

contoh manajer PT.XYZ percaya bahwa pemerintah akan memberikan ganti

rugi penuh jika bangunan perusahaannya rusak kena bencana alam (gempa

bumi). Di dalam merencanakan pembuatan bangunan baru dekat pusat

gempa, perusahaan mengabaikan desain konstruksi yang lebih mahal

dan mengabaikan prosedur yang dapat mengurangi kerusakan akibat

gempa bumi. Pada intinya asumsi perusahaan bahwa pemerintah memberi

ganti rugi penuh atas bangunannya yang ditimpa gempa bumi, membuat cara

Page 15: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-1... · Web view2.1.1 Definisi Manajemen Risiko Menurut Djojosoedarso (2003,p4) pengertian manajemen resiko adalah

21

pandangnya tidak peduli dengan kemungkinan kerugian yang

mengancamnya, karena itu mengambil keputusan yang tidak bijaksana alias

ceroboh.

c) Moral hazard

Kondisi yang disebut sebagaii moral hazard juga bersumber dari sikap

mental seseorang. Ini berkaitan dengan tindakan disengaja yang dirancang

sehingga menyebabkan kerugian atau memperburuk kerugian. Biasanya

moral hazard ini adalah karena sifat ketidakjujuran seseorang. Adanya

asuransi dapat menimbulkan moral hazard, sebagai contoh, seorang manajer

yang membeli polis asuransi kebakaran untuk pabriknya yang tidak

menguntungkan, peralatannya juga sudah ketinggalan zaman, terangsang

atau tergoda untuk menjual pabriknya kepada perusahaan asuransi

dengan membakar pabriknya. Moral hazard dapat juga digambarkan sebagai

perubahan perilaku yang terjadi karena adanya asuransi mengganti kerugian,

sebagai contoh kecendrungan seseorang tidak menjaga kesehatannya karena

biaya pengobatannya ditanggung asuransi.

Contoh lain moral hazard adalah kecelakaan dan jatuh sakit yang disengaja,

terutama jika manajer perusahaan menyediakan penggantian pendapatan

yang besar kepada pegawainya selama si pegawai tidak dapat bekerja. Dalam

situasi seperti ini, pegawai yang tidak suka dengan pekerjannya atau takut di-

PHK pada masa yang akan datang mungkin cenderung berpura-pura

kecelakaan atau jatuh sakit. Sangat mirip dengan kasus ini adalah kecelakaan

sebenarnya atau sakit sesengguhnya adalah legal (sah) tetapi ini

mungkin sengaja diperlambat. Alasan perilaku seperti ini mungkin karena

kekurangan insentif keuangan untuk kembali ke pekerjaan atau mungkin

Page 16: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-1... · Web view2.1.1 Definisi Manajemen Risiko Menurut Djojosoedarso (2003,p4) pengertian manajemen resiko adalah

22

karena alasan psikologi orang sakit biasanya mendapat perhatian dari sanak

saudara.

2) Derajat Resiko (Degree of Risk)

Besarnya resiko objektif yang timbul dalam satu situasi, yang biasa juga

disebut sebgai derajat atau kadar resiko (degree of risk), adalah variasi

relative antara kerugian aktual dengan kerugian yang diharapkan. Lebih

jelasnya, kadar resiko adalah kisaran penyimpangan dari kerugian rata-rata

(kerugian yang diharapkan), yang ditaksir menggunakan kemungkinan

kerugian (chance of loss)

Selain pengukuran resiko objektif, menurut Soeisno Djojosoedarso(2003,p:48-49)

pengukuran resiko dapat juga dilakukan dengan:

A. Pengukuran frekuensi kerugian potensial adalah untuk mengetahui berapa

kali suatu jenis peril dapat menimpa suatu jenis objek yang bisa terkena peril

selama suatu jangka waktu tertentu, yang umumnya satu tahun.

Berdasarkan dimensi frekuensinya ada empat kategori kerugian, yaitu:

- kerugian yang hampir tidak mungkin terjadi (almost nill), yaitu

resiko yang menurutpendapat manajer resiko tidak akan

mungkin terjadi atau kemungkinannya terjadinya sangat kecil

- kerugian yang kemungkinan terjadinya kecil (slight), yaitu resiko-

resiko yang tidak akan terjadi dalam waktu dekat dan di masa yang

akan datang kemungkinannya pun kecil

- kerugian yang mungkin (moderate), yaitu kerugian-kerugian yang

mungkin bisa terjadi dalam waktu dekat di masa yang akan datang

Page 17: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-1... · Web view2.1.1 Definisi Manajemen Risiko Menurut Djojosoedarso (2003,p4) pengertian manajemen resiko adalah

23

- kerugian yang mungkin sekali (definite), yaitu kerugian yang

biasanya terjadi secara teratur, baik dalam waktu dekat maupun di

masa mendatang jadi merupakan kerugian yang hampir pasti

terjadi.

B. Pengukuran kegawatan kerugian adalah untuk mengetahui berapa

besarnya nilai kerugian, yang selanjutnya dikaitkan dengan pengaruhnya

terhadap kondisi perusahaan, terutama kondisi finansialnya. Dalam

mengukur kegawatan kerugian potensial ada tiga hal yang perlu

diperhatikan, yaitu:

- kemungkinan kerugian maksimum dari setiap peril, yaitu besarnya

kerugian terburuk dari suatu peril

- probabilitas kerugian maksimum dari setiap peril, yaitu merupakan

kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi, yang besarnya lebih

rendah dari kemungkinan kerugian maksimum.

- keseluruhan (aggregate) kerugian maksimum setiap tahunnya,

yang merupakan keseluruhan kerugian total tebesar, yang dapat

menimpa perusahaan selama suatu periode tertentu (biasanya satu

tahun)

Menurut Fahmi (2010, p3), untuk mengimplementasikan manajemen

resiko secara komprehensif ada beberapa tahap yang harus dilaksanakan oleh

suatu perusahaan, yaitu :

a. Identifikasi Resiko

Pada tahap ini pihak manajemen perusahaan melakukan tindakan

berupa mengidentifikasi setiap bentuk resiko yang dialami perusahaan,

termasuk bentuk- bentuk resiko yang mungkin akan dialami oleh

Page 18: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-1... · Web view2.1.1 Definisi Manajemen Risiko Menurut Djojosoedarso (2003,p4) pengertian manajemen resiko adalah

24

perusahaan. Identifikasi ini dilakukan dengan cara melihat potensi-

potensi resiko yang sudah terlihat dan yang akan terlihat.

b. Mengidentifikasi bentuk-bentuk resiko

Pada tahap ini diharapkan pihak manajemen perusahaan telah mampu

menemukan bentuk dan format resiko yang dimaksud. Bentuk-bentuk

resiko yang diidentifikasi di sini telah mampu dijelaskan secara

detail, seperti ciri-ciri resiko dan faktor-faktor

timbulnya resiko tersebut. Pada tahap ini pihak manajemen perusahaan

juga sudah mulai mengumpulkan dan menerima berbagai data-data

baik bersifat kualitatif dan kuantitatif.

c. Menempatkan ukuran-ukuran resiko

Pada tahap ini pihak manajemen perusahaan sudah menempatkan

ukuran atau skala yang dipakai, termasuk rancangan model

metodologi penelitian yang akan digunakan. Data-data yang masuk

juga sudah dapat diterima, baik yang berbentuk kualitatif dan

kuantitatif serta pemilahan data dilakukan berdasarkan pendekatan

metodologi yang digunakan. Dengan kepemilikan rancangan

metodologi penelitian yang ada diharapkan pihak manajemen

perusahaan telah memiliki fondasi kuat guna melakukan pengolahan

data. Untuk dipahami bahwa penggunaan ukuran dengan berdasarkan

format metodologi penelitian yang digunakan harus dilakukan dengan

sangat hati-hati dan penuh kecermatan karena jika salah atau tidak

sesuai dengan kasus yang ditangani maka hasil yang akan diperoleh

nantinya juga dianggap tidak akan akurat.

d. Menempatkan alternatif-alternatif

Page 19: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-1... · Web view2.1.1 Definisi Manajemen Risiko Menurut Djojosoedarso (2003,p4) pengertian manajemen resiko adalah

25

Pada tahap ini pihak manajemen perusahaan telah melakukan

pengolahan data. Hasil pengolahan kemudian dijabarkan dalam

bentuk kualitatif dan kuantitatif beserta akibat-akibat atau pengaruh-

pengaruh yang akan timbul jika keputusan- keputusan tersebut diambil.

Berbagai bentuk penjabaran yang dikemukakan tersebut dipilah dan

ditempatkan sebagai alternatif-alternatif keputusan.

e. Menganalisis setiap alternatif

Pada tahap ini dimana setiap alternatif yang ada selanjutnya dianalisis

dan dikemukakan berbagai sudut pandang serta efek-efek yang

mungkin timbul. Dampak yang mungkin timbul baik secara jangka

pendek dan jangka panjang dipaparkan secara komprehensif dan

sistematis, dengan tujuan mampu diperoleh suatu gambaran

secara jelas dan tegas. Kejelasan dan ketegasan dangat penting guna

membantu pengambilan keputusan secara tepat.

f. Memutuskan suatu alternatif

Pada tahap ini setelah berbagai alternatif dipaparkan dan dijelaskan

baik dalam bentuk lisan dan tulisan oleh para manajemen perusahaan

maka diharapkan pihak manajer perusahaan sudah memiliki

pemahaman secara khusus dan mendalam. Pemilihan satu alternatif

dari berbagai alternatif yang ditawarkan artinya mengambil alternatif

yang terbaik dari berbagai alternatif yang ditawarkan termasuk dengan

menolak berbagai alternatif lainnya. Dengan pemilihan satu alternatif

sebagai solusi dalam menyelesaikan berbagai permasalahan diharapkan

pihak manajer perusahaan sudah memiliki fondasi kuat dalam

menugaskan pihak manajemen perusahaan untuk bekerja berdasarkan

konsep dan koridor yang ada.

Page 20: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-1... · Web view2.1.1 Definisi Manajemen Risiko Menurut Djojosoedarso (2003,p4) pengertian manajemen resiko adalah

26

g. Melaksanakan alternatif yang dipilih

Pada tahap ini setelah alternatif dipilih dan ditegaskan serta dibentuk

tim untuk melaksanakan ini, maka artinya manajer perusahaan sudah

mengeluarkan Surat Keputusan (SK) yang dilengkapi dengan

rincian biaya. Rincian biaya yang dialokasikan tersebut telah

disetuju oleh bagian keuangan serta otoritas pengambil penting lainnya.

h. Mengontrol alternatif yang dipilih tersebut

Pada tahap ini alternatif yang dipilih telah dilaksanakan oleh pihak tim

manajemen beserta para manajer perusahaan. Tugas utama manajer

perusahaan adalah melakukan kontrol yang maksimal guna

menghindari timbulnya berbagai resiko yang tidak diinginkan.

i. Mengevaluasi jalannya alternatif yang dipilih

Pada tahap ini setelah alternatif dilaksanakan dan kontrol

dilakukan maka selanjutnya pihak tim manajemen secara

sistematis melaporkan kepada pihak manajer perusahaan. Pelaporan

tersebut berbentuk data-data yang bersifat fundamental dan teknikal

serta dengan tidak mengesampingkan informasi yang bersifat lisan.

Tujuan melakukan evaluasi dari alternatif yang dipilih tersebut adalah

bertujuan agar pekerjaan tersebut dapat terus dilaksanakan sesuai

dengan yang direncanakan.

2.4 Forecasting

2.4.1 Definisi forecasting

Forecasting adalah suatu usaha untuk meramalkan keadaan di masa

mendatang melalui pengujian keadaan masa lalu. Definisi lain forecasting

yaitu; merupakan suatu cara untuk mengukur atau menaksir kondisi bisnis

Page 21: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-1... · Web view2.1.1 Definisi Manajemen Risiko Menurut Djojosoedarso (2003,p4) pengertian manajemen resiko adalah

27

di masa mendatang secara kuantitatif dan kualitatif (Astuti, 2005, p25).

Menurut Siswanto (2007, p7) dalam Business Forecasting, ada

beberapa definisi mengenai forecasting :

- Forecasting adalah proses untuk mendeteksi pola yang akan

datang apakah berupa siklus, asosiasi, atau analogi berdasar pada

intuisi dan critical judgement

- Forecasting adalah proses menghitung dan memprediksi kejadian-

kejadian yang akan datang, biasanya didasarkan pada ekstrapolasi

masa lalu dengan berbagai tingkat ketidakpastian.

- Forecasting adalah proses untuk memprediksi beberapa kejadian

atau kondisi yang akan datang atau mengindikasikan kemungkinan-

kemungkinan yang paling mungkin terjadi, biasanya merupakan

hasil dari sebuah proses mempelajari dan menganalisis data yang

tersedia dan relevan.

2.4.2 Tujuan forecasting

Dalam dunia usaha sangat penting diperkirakan hal-hal yang terjadi di

masa depan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan, terutama dunia usaha

itu merupakan bagian dari kehidupan sosial; dimana segala sesuatu yang

terjadi serba tidak pasti, sukar diprediksi dengan tepat. Oleh karena itu perlu

dilakukan sebuah forecast / rencana forecasting yang dibuat selalu diupayakan

agar dapat:

Meminimumkan pengaruh ketidakpastian terhadap perusahaan,

Forecasting bertujuan mendapatkan forecast yang bisa meminimumkan

kesalahan meramal (forecast error) yang biasanya diukur dengan Mean

Page 22: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-1... · Web view2.1.1 Definisi Manajemen Risiko Menurut Djojosoedarso (2003,p4) pengertian manajemen resiko adalah

28

Squared Error (MSE), Mean Absolute Error (MAE), dan sebagainya (Astuti,

2005, p25).

Dalam jurnal Purna Chandra Padhan (2011) Forecasting International

Tourists Footfalls in India”: An Assortment of Competing Models :

“This paper highlights few recent studies which applied time series model

for forecasting tourism demand. For example, Song and Turner (2000) found

that majority of published article have applied quantitative methods such as

uni-variate, multivariate or causal forecasting methods for forecasting

tourism demand. The time series methods starting from simple naïve

methods to the advanced models like artificial neural network to fuzzy goal

programming have been applied extensively for forecasting.”

2.4.3 Cara Penghihtungan Metode Forecasting

Untuk melakukan peramalan diperlukan metode tertentu dan metode

mana yang digunakan tergantung dari data dan informasi yang akan diramal

serta tujuan yang hendak dicapai. Dalam hal ini digunakan metode

peramalan Proyeksi Tren (Trend Projection). Dimana teknik ini mencocokkan

tren pada serangkaian data masa lalu dan kemudian memproyeksikan garis pada

masa datang untuk peramalan jangka menengah atau jangka panjang. Jika kita

memutuskan untuk membuat tren dengan metode statistik, kita dapat

menerapkan metode kuadrat terkecil (least square method). Garis kuadrat

terkecil dijelaskan dengan sumbu y dan kemiringan. Jika dihitung y dan

kemiringan, maka dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :

Y = a + bx

Page 23: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-1... · Web view2.1.1 Definisi Manajemen Risiko Menurut Djojosoedarso (2003,p4) pengertian manajemen resiko adalah

29

Dimana rumusnya adalah sebagai berikut :

b = n(∑XY) – (∑X)(∑Y)

n(∑X2) – (∑X)2

a = (∑Y) - b(∑X)n

keterangan :

X = Waktu (variabel independen)

Y = Nilai terhitung dari variabel yang akan diprediksi (variabel dependen)

a = Konstanta

b = Kemiringan garis regresi

n = Jumlah pengamatan

∑ = Jumlah seluruh n

2.5 Analytical Hierarchy Process

2.5.1 Pengertian Analytical Hierarchy Process

AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan

oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan

masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki,

menurut Saaty (1993), hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari

sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana

level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan

seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu

Page 24: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-1... · Web view2.1.1 Definisi Manajemen Risiko Menurut Djojosoedarso (2003,p4) pengertian manajemen resiko adalah

30

masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang

kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan

tampak lebih terstruktur dan sistematis.

Analytic Hierarchy Process (AHP) dapat menyelesaikan masalah

multikriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Masalah yang kompleks

dapat diartikan bahwa kriteria dari suatu masalah yang begitu banyak

(multikriteria),struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian pendapat dari

pengambil keputusan, pengambil keputusan lebih dari satu orang, serta

ketidakakuratan data yang tersedia.

Supriyono (2012), Dalam jurnal Sistem Penunjang Keputusan (SPK)

Pemilihan Sepeda Motor Menggunakan Metode AHP, : Alasan pemilihan

metode AHP karena AHP mampu digunakan untuk semua proses pemilihan

sedangkan penentuan kriteria bisa di rubah sesuai dengan kepentingan

konsumen.

Menurut Saaty, hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari

sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana

level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan

seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu

masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang

kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan

tampak lebih terstruktur dan sistematis.

AHP sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding

dengan metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut :

1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang

dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam.

Page 25: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-1... · Web view2.1.1 Definisi Manajemen Risiko Menurut Djojosoedarso (2003,p4) pengertian manajemen resiko adalah

31

2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi

inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh

pengambil keputusan.

3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas

pengambilan keputusan.

Menurut jurnal Evaluation of Risk Factors in Agriculture : An Application of

The Analytical Hirierichal L Process (AHP) Methodology .Toledo, Roger;

Engler, Alejandra; Ahumada, Víctor. Chilean Journal of Agricultural

Research71. 1 (Jan-Mar 2011): 114-121.

The AHP methodology has three important advantages (Martínez and

Escudey, 1998): 1) its application in empirical problems leads to an intuitive

solution; 2) results are not easily manipulated; and 3) it allows establishing

the relative importance of the sub-criteria considered in the decision problem.

This methodology has been widely disseminated due to the great flexibility

achieved in structuring decision problems, as well as the explicit consideration

of the subjective judgments of different experts generating results that sustain

an objective base for decision making (Braunschweig and Janssen, 1998;

Escobar et al., 2004).

Artinya : Metodologi AHP memiliki tiga keuntungan penting (Martínez dan

Escudey, 1998): 1) penerapannya dalam masalah empiris mengarah ke solusi

intuitif, 2) hasil tidak mudah dimanipulasi, dan 3) memungkinkan membangun

kepentingan relatif dari sub-kriteria yang dianggap dalam masalah keputusan.

Metodologi ini telah disebarluaskan karena fleksibilitas yang besar dicapai

dalam penataan masalah keputusan, serta eksplisit pertimbangan penilaian

subjektif yang berbeda ahli menghasilkan hasil yang menopang dasar yang

Page 26: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-1... · Web view2.1.1 Definisi Manajemen Risiko Menurut Djojosoedarso (2003,p4) pengertian manajemen resiko adalah

32

obyektif untuk pengambilan keputusan (Braunschweig dan Janssen, 1998;

Escobar dkk., 2004).

Menurut jurnal Analisis Multi Kriteria Pemilihan Teknologi

Pengomposan Sampah. Adi Susangka and Mochammad Chaerul , AHP

merupakan proses berpikir yang komprehensif, logis dan terstruktur, dan

sesuai untuk digunakan dalam upaya penyelesaian masalah yang menyangkut

banyak aspek atau multikriteria.

2.5.2 Langkah Pengerjaan AHP

Dalam penelitian ini, AHP digunakan untuk mendeterminasikan resiko

operasional yang paling banyak terjadi di dalam perusahaan. Oleh karena itu,

penulis memberikan kuesioner yang berisi perbandingan 5 indikator yang

dianggap sebagai factor pendukung suatu perjalanan wisata. Berikut adalah

gambaran kuesioner yang akan diberikan karyawan:

Tabel 2.1 Langkah Pengerjaan AHP

Skala Definisi dari importance

1 Sama penting

3 Sedikit lebih penting

5 Jelas lebih penting

7 Sangat jelas penting

9 Mutlak lebih penting

2,4,6,8 Ragu-ragu antara dua nilai berdekatan

Sumber : (Saaty,1993)

Page 27: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2013-1... · Web view2.1.1 Definisi Manajemen Risiko Menurut Djojosoedarso (2003,p4) pengertian manajemen resiko adalah

33

2.6 Kerangka Pemikiran

PT. PESONA DANTE

KINTANI

(MATARI TRAVEL)

Meramalkan kenaikan konsumen dan kerugian operasional yang muncul FORECASTING

Solusi resiko operasional perusahaan

Pemutusan Indikator Terpenting dalam Operasional Tour

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

(AHP)