Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan narkotika dan obat-obat berbahaya (narkoba) di Indonesia beberapa tahun terakhir ini menjadi masalah serius dan telah mencapai masalah keadaan yang memperihatinkan sehingga menjadi masalah nasional. Korban penyalahgunaan narkoba telah meluas sedemikian rupa sehingga melampaui batas-batas strata sosial, umur, jenis kelamin. Merambah tidak hanya perkotaan tetapi merambah sampai pedesaan dan melampaui batas negara yang akibatnya sangat merugikan perorangan, masyarakat, negara, khususnya generasi muda. Bahkan dapat menimbulkan bahaya lebih besar lagi bagi kehidupan dan nilai-nilai budaya bangsa yang pada akhirnya dapat melemahkan ketahanan nasional. Penyalahgunaan narkoba di Indonesia telah sampai pada titik yang menghawatirkan. Berdasarkan data yang dihimpun Badan Narkotika Nasional, jumlah kasus narkoba meningkat dari sebanyak 3.478 kasus pada tahun 2000 1
45

frozelsan.files.wordpress.com€¦  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

Jan 19, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: frozelsan.files.wordpress.com€¦  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Penyalahgunaan narkotika dan obat-obat berbahaya (narkoba) di Indonesia

beberapa tahun terakhir ini menjadi masalah serius dan telah mencapai masalah

keadaan yang memperihatinkan sehingga menjadi masalah nasional. Korban

penyalahgunaan narkoba telah meluas sedemikian rupa sehingga melampaui

batas-batas strata sosial, umur, jenis kelamin. Merambah tidak hanya perkotaan

tetapi merambah sampai pedesaan dan melampaui batas negara yang akibatnya

sangat merugikan perorangan, masyarakat, negara, khususnya generasi muda.

Bahkan dapat menimbulkan bahaya lebih besar lagi bagi kehidupan dan nilai-nilai

budaya bangsa yang pada akhirnya dapat melemahkan ketahanan nasional.

Penyalahgunaan narkoba di Indonesia telah sampai pada titik yang

menghawatirkan. Berdasarkan data yang dihimpun Badan Narkotika Nasional,

jumlah kasus narkoba meningkat dari sebanyak 3.478 kasus pada tahun 2000

menjadi 8.401 pada tahun 2004, atau meningkat 28,9% pertahun. Jumlah angka

tindak kejahatan narkoba pun meningkat dari 4.955 pada tahun 2000 menjadi

11.315 kasus pada tahun 2004. data baru sampai juni 2005 saja menunjukkan

kasus itu meningkat tajam. Sekarang ini terdapat sekitar 3,2 juta pengguna

narkoba di Indonesia, secara Nasional dari total 111.000 tahanan, 30% karena

kasus narkoba, perkara narkoba telah menembus batas gender, kelas ekonomi

bahkan usia.

1

Page 2: frozelsan.files.wordpress.com€¦  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

Tabel 1. Proyeksi Jumlah Penyalahgunaan Narkoba

Jenis Kelamin Skenario 2014 2015 2016 2017

Pria Naik 3,088.7 3,224.0 3,348.7 3,416.4Stabil 2,997.5 3,051.5 3,105.5 3,159.0Turun 2,884.6 2,837.6 2,803.8 2,783.4

Wanita Naik 1,058.4 1,109.6 1,157.1 1,200.5Stabil 1,025.2 1,046.6 1,068.1 1,089.5Turun 986.0 972.2 963.0 958.4

Total Naik 4147 4333 4505 4661Stabil 4022 4098 4173 4248Turun 3870 3809 3766 3741

Grafik 1. Proyeksi Jumlah Penyalahgunaan Narkoba

2014 2015 2016 20170

500100015002000250030003500400045005000

NaikStabilTurun

Maraknya peredaran narkotika di masyarakat dan besarnya dampak buruk

serta kerugian baik kerugian ekonomi maupun kerugian sosial yang

ditimbulkannya membuka kesadaran berbagai kalangan untuk menggerakkan

‟perang‟ terhadap narkotika dan obat-obatan terlarang lainnya (narkoba). Di

bidang hukum, tahun 1997 pemerintah mengeluarkan 2 (dua) Undang–Undang

yang mengatur tentang narkoba, yaitu Undang–undang Nomor 5 Tahun 1997

2

Page 3: frozelsan.files.wordpress.com€¦  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

tentang Psikotropika dan Undang–Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang

Narkotika. Kedua undang-undang tersebut memberikan ancaman hukuman yang

cukup berat baik bagi produsen, pengedar, maupun pemakainya.

Lahirnya kedua undang–undang tersebut, terjadi kriminalisasi terhadap

penyalahguna narkoba. Ketentuan pidana pada Undang–Undang Psikotropika

diatur dalam Pasal 59 sampai dengan Pasal 64, sedangkan pada Undang–Undang

Narkotika diatur dalam Pasal 78 sampai dengan Pasal 99. Pengelompokan

kejahatan pada Undang–Undang Narkotika dan Psikotropika pada dasarnya tidak

berbeda, yaitu kejahatan yang menyangkut produksi, peredaran, penguasaan,

penggunaan, dan kejahatan lain misalnya menyangkut pengobatan dan

rehabilitasi, label dan iklan, transito, pelaporan kejahatan, dan pemusnahan. Baik

Undang–undang Psikotropika maupun Undang–undang Narkotika

mengamanatkan kewajiban untuk menjalani perawatan dan pengobatan atau

rehabilitasi bagi pecandu narkoba. Ketentuan mengenai “kewajiban” untuk

menjalani rehabilitasi bagi pengguna yang mengalami kecanduan, dalam Undang-

Undang Psiktropika diatur dalam Pasal 36 sampai dengan Pasal 39 dan pada

Undang–undang Narkotika diatur dalam Pasal 45. Adanya kriminalisasi terhadap

pengguna (terutama pemakai) narkotika dan adanya “mandat” bagi diberikannya

tindakan rehabilitasi kepada pecandunya, maka Lapas menjadi institusi negara

yang memainkan peran yang sangat penting dalam kebijakan penanganan

narkotika. Ia digunakan untuk “menghukum” dan juga “menjaga” sejumlah besar

orang yang memiliki pengalaman memakai dan bermasalah dengan narkotika. Ia

juga memiliki peran penting dalam upaya mengurangi dampak buruk yang

disebabkan oleh (pemakaian) narkotika. Pemakai atau pecandu narkotika dalam

3

Page 4: frozelsan.files.wordpress.com€¦  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

perspektif hukum merupakan seorang pelaku pidana. Namun bila dicermati

dengan lebih seksama, banyak kalangan berpendapat bahwa sebenarnya mereka

merupakan korban dari sindikat atau mata rantai peredaran dan perdagangan

narkotika, psikotropika dan obat terlarang. Pecandu merupakan pangsa pasar

utama sebagai “pelanggan tetap”. Secara psikologis, mereka sulit melepaskan diri

dari ketergantungan, walaupun mungkin, sebenarnya mereka ingin lepas dari

jeratan narkotika yang membelitnya. Pecandu memerlukan penanganan yang

berbeda dalam proses pemidanannya. Berdasarkan pandangan tersebut, maka

”penghukumannya” pun perlu dilakukan tersendiri, dengan pola penanganan,

pembinaan, dan perlakuan yang berbeda pula. Di sinilah peran Lapas menjadi

vital dalam upaya membantu pecandu keluar dari jerat ketergantungan. Dengan

demikian, Lapas selain berfungsi sebagai “penjaga ketertiban umum”, juga

menjalankan fungsi rehabilitasi. Pembinaan Narapidana Narkotika tak lepas dari

pembangunan hukum pidana di Indonesia yang diwujudkan melalui penegakan

hukum pidana yang bekerja secara operasional melalui suatu sistem yang disebut

Sistem Peradilan Hukum Pidana (Criminal Justice System). Berbicara tentang

penegakan hukum pidana berarti kita membicarakan usaha menanggulangi

kejahatan di dalam masyarakat. Usaha menanggulangi kejahatan di dalam

masyarakat identik dengn pembicaraan Politik Kriminal atau “Criminal Policy”.

Politik Kriminal adalah usaha yang rasional dari masyarakat dalam

menanggulangi kejahatan. Usaha menanggulangi kejahatan dalam masyarakat

secara operasional dapat dilakukan dengan menggunakan hukum pidana (penal)

dan non hukum pidana (non penal) usaha penal dan non penal saling melengkapi.

4

Page 5: frozelsan.files.wordpress.com€¦  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

Penanggulangan kejahatan melalui sarana penal secara operasional

dilakukan dengan melalui langkah-langkah perumusan norma-norma hukum

pidana baik hukum pidana materiil (Substantive Criminal Law), hukum pidana

formil (Procedural Criminal Law) maupun hukum pelaksanaan pidana

(Penitentiary Criminal Law). Sistem hukum pidana selanjutnya akan beroperasi

melalui suatu jaringan (network) yang disebut “Sistem Peradilan Pidana” atau

“Criminal Justice System”. Menurut Muladi, “Sistem Peradilan Pidana” harus

dilihat sebagai “The network of court and tribunals which deal whih criminal law

and its enforcement”. Sistem Peradilan Pidana di dalamnya mengandung gerak

sistemik dari subsistem-subsistem pendukungnya ialah Kepolisian, Kejaksaan,

Pengadilan dan Lembaga Koreksi atau Pemasyarakatan, yang secara keseluruhan

merupakan satu kesatuan yang berusaha mentransformasikan masukan (Input)

menjadi keluaran (Output) yang menjadi tujuan Sistem Peradilan Pidana yang

terdiri dari:

(1) Tujuan jangka pendek berupa resosialisasi pelaku tindak pidana.

(2) Tujuan jangka menengah berupa pencegahan kejahatan.

(3) Tujuan jangka panjang berupa kesejahteraan sosial. Lembaga

Pemasyarakatan (LP) mempunyai peran yang sangat besar dan

strategis di dalam penegakan hukum pidana, yang semua itu dapat

terwujud dalam pelaksanaan pembinaan bagi narapidana dan anak

didik pemasyarakatan. Pelaksanaan pembinaan inilah yang dikenal

dengan pemasyarakatan.

Pemasyarakatan merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam

tata cara peradilan pidana, yang dikenal sebagai bagian integrasi dari Sistem

5

Page 6: frozelsan.files.wordpress.com€¦  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

Peradilan Pidana (Integrated Criminal Justice Sytem). Dengan demikian,

pemasyarakatan baik ditinjau dari sistem, kelembagaan, cara pembinaan dan

petugas pemayarakatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu

rangkaian proses penegakan hukum.

6

Gambar 1. Poster Pengenalan Narkoba

Page 7: frozelsan.files.wordpress.com€¦  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

1.1.1. Undang-Undang Pemasyarakatan

“Sistem pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas

serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang

dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan masyarakat untuk

meningkatkan kualitas Warga Binaan Pemasyarakatan agar menyadari kesalahan,

memperbaiki diri,dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima

kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan,

dan dapat hidup wajar sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab“.

UU No. 12 Tahun 1995 Pasal 1 Ayat 2 tentang pemasyarakatan.

Sistem pemasyarakatan di Indonesia sebenarnya adalah pengganti dari

sistem kepenjaraan yang merupakan warisan kolonial. Istilah pemasyarakatan ini

pertama kali dicetuskan oleh Sahardjo dalam pidato penganugerahaan gelar

Doktor Honoris Causa dalam ilmu hukum Universitas Indonesia di Istana Negara

Jakarta pada tanggal 5 Juli 1963 dengan judul “Pohon Beringin Pengayoman

Hukum Pancasila-Manipol/ Usdek”, dimana selain mengemukakan tentang tujuan

pidana penjara yaitu disamping menimbulkan rasa derita pada terpidana karena 7

dihilangkannya kemerdekaan bergerak, pidana bertujuan untuk membimbing

terpidana agar bertobat, memberikan pendidikan supaya ia menjadi seorang

anggota masyarakat sosialis yang berguna. Dengan kata lain tujuan pidana adalah

pemasyarakatan.

Telah ada gagasan untuk menjadikan tujuan dari pidana penjara itu suatu

pemasyarakatan, dan walaupun sebutan dari rumah-rumah penjara itu telah diganti

dengan sebutan lembaga-lembaga pemasyarakatan, akan tetapi di dalam praktek

ternyata gagasan tersebut tidak didukung oleh suatu konsepsi yang jelas, tidak

7

Page 8: frozelsan.files.wordpress.com€¦  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

didukung oleh sarana/ prasarana yang memadai, serta peraturan-peraturan yang

memadai. Undang-undang No 12 Tahun 1995 adalah peraturan-peraturan yang

dipergunakan sebagai pedoman untuk melakukan pemasyarakatan masih tetap

merupakan peraturan-peraturan yang dahulu dipergunakan sebagai pedoman

untuk melaksanakan hukuman-hukuman di dalam penjara.

Lahirnya sistem pemayarakatan membawa Bangsa Indonesia memasuki

era baru dalam pembinaan narapidana. Tujuan dari pembinaan narapidana adalah

supaya setelah kembali ke masyarakat, narapidana tidak melakukan pelanggaran

lagi, serta dapat berperan aktif dan kreatif dalam pembangunan. Dalam menjalani

proses pemasyarakatan, narapidana perlu diperhatikan hak-haknya dan perlu

diberi perlindunan hukum.

1.2. Kerangka Pemikiran

Narkotika adalah zat atau obat yang mengandung candu yang dapat

menimbulkan rasa mengantuk serta menghilangkan rasa sakit. Semula obat

ditujukan untuk kepentingan pengobatan dan sangat berbahaya jika

disalahgunakan karena apabila disalahgunakan akan membahayakan bagi yang

memakainya dan dapat menjadi pecandu narkotika atau sering juga disebut

ketergantungan pada narkotika. Pemakaian narkotika yang berlebihan dari yang

dianjurkan oleh seorang dokter akan membawa pengaruh terhadap si pemakai atau

pecandu, sebagai reaksi dari pemakaian narkotika, yang berupa pengaruh terhadap

kesadaran serta memberikan dorongan yang berpengaruh terhadap perilaku yang

dapat berupa penenang, menimbulkan halusinasi atau khayalan. Akibat dari

penyalahgunaan itu semua, maka akan timbul korban penyalahgunaan narkotika,

untuk itu perlu dilakukan usaha-usaha penanggulangannya, baik secara preventif,

8

Page 9: frozelsan.files.wordpress.com€¦  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

represif dan rehabilitasi. Selain itu juga diperlukan kerjasama antara orang tua,

penegak hukum, pemerintah dan masyarakat.

1.2.1. Pendapat Hadiman

Menurut Hadiman, bahwa penyalahgunaan narkotika dewasa ini telah

mencapai situasi yang mengkhawatirkan sehingga menjadi persoalan negara. Hal

ini sangat memprihatinkan karena korban 13 penyalahgunaan narkotika di

Indonesia akhir-akhir ini cenderung semakin meningkat dan mencakup tidak

hanya terbatas pada kelompok masyarakat yang mampu tetapi juga merambah ke

kalangan masyarakat yang kurang mampu dan melibatkan anak-anak atau remaja

muda usia, suatu hal yang agak merisaukan mengingat mereka sebenarnya adalah

generasi yang menjadi harapan kita untuk meneruskan kelangsungan hidup bangsa

secara terhormat. Peningkatan pengendalian dan pengawasan sebagai upaya

mencegah dan memberantas Tindak Pidana penyalahgunaan dan peredaran

Narkotika, sangat diperlukan karena kejahatan Narkotika pada umumnya tidak

dilakukan oleh perorangan secara berdiri sendiri, melainkan dilakukan secara

bersama-sama bahkan dilakukan oleh sindikat yang terorganisasi secara mantap,

rapi dan sangat rahasia. Di samping itu, kejahatan Narkotika yang bersifat

transnasional dilakukan dengan menggunakan modus operandi dan teknologi

canggih, termasuk pengamanan hasil-hasil kejahatan Narkotika. Perkembangan

kualitas kejahatan narkotika tersebut sudah menjadi ancaman yang sangat serius

bagi kehidupan umat manusia. Tindak Pidana Penyalahgunaan narkotika

tampaknya semakin merajalela, terutama di kota-kota besar yang merupakan

tempat terjangkitnya wabah narkotika yang seolah-olah tidak dapat dibendung

lagi. Penyalahgunaan narkotika ini bukan lagi sebagai mode (gengsi) tetapi

9

Page 10: frozelsan.files.wordpress.com€¦  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

motivasinya sudah dijadikan semacam tempat pelarian. Akhir-akhir ini

penyalahgunaan narkotika tidak saja menjadi kendala di kota-kota besar tetapi

mulai meramba ke desa-desa. Selama ini yang melakukan penyalahgunaan

narkotika berasal dari keluarga yang dianggap mampu. Penyalahgunaan narkotika

bukan lagi sebagai lambang kejantanan, keberanian, modern dan lain-lain tetapi

motivasinya telah dikaitkan dengan pandangan yang lebih jauh dan

ketergantungan serta dijadikan pelarian karena frustasi dan kecewa. Bangsa

Indonesia, saat ini sedang dihadapkan pada keadaan yang sangat

mengkhawatirkan akibat semakin maraknya penggunaan narkotika, kekhawatiran

ini semakin dipertajam akibat meluasnya peredaran narkotika di kalangan generasi

muda. Selain itu Indonesia yang beberapa waktu lalu menjadi tempat transit dan

pasar bagi peredaran narkotika, saat ini sudah berkembang menjadi produsen

narkotika.

10

Page 11: frozelsan.files.wordpress.com€¦  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Narkotika dan Penyalahgunaan Narkotika

Istilah narkotika yang dikenal di Indonesia berasal dari bahasa Inggris

“Narcotics” yang berarti obat bius, yang sama artinya dengan kata “Narcosis”

dalam bahasa yunani yang berarti menindurkan atau membiuskan. Namun pada

dasarnya narkotika itu sendiri adalah senjenis tumbuhan yang mempunyai bunga

yang dapat membius orang menjadi tidak sadar dalam arti terbius dan tidak

merasakan apa-apa. Pengertian narkotika itu sendiri sebenarnya menyangkut:

opium, morphine, heroin, codein, dan jenis-jenis lainnya seperti barbiturates.

Benzedrine dan soduium amytal yang tidak kurang pula daya addiction-nya.

Narkotika atau zat yang menyebabkan ketidaksadaran atau pembiusan,

karena zat tersebut bekerja mempengaruhi susunan saraf sentral atau saraf pusat

dengan cara menghisap atau menyuntikan zat tersebut secara terus menerus ke

dalam badan.

Menurut Pendapat Soedarto dalam ceramahnya di Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara, beliau menarik kesimpulan bahwa “Narkotika

merupakan suatu bahan yang menimbulkan rasa, menghilangkan rasa nyeri dan

sebagainya.

Pada mulanya zat Narkotika ditemukan orang yang penggunaannya

ditujukan untuk kepentingan umat manusia, khususnya di bidang pengobatan.

Dengan berkembangan pesat industri obat-obatan dewasa ini, maka kategori jenis

zat-zat Narkotika semakin meluas pula seperti halnya yang tertera dalam lampiran

11

Page 12: frozelsan.files.wordpress.com€¦  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Narkotika No. 22 Tahun 1997. Dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi tersebut, maka obat-obat semacam narkotika

berkembang pula cara pengolahannya. Namun belakangan diketahui pula zat-zat

narkotka tersebut memiliki daya kecanduan yang bisa menimbulkan si pemakai

bergantung hidupnya terus-menerus pada obat-obat narkotika itu. Dengan

demikian, maka untuk jangka waktu yang mungkin agak panjang si pemakai

memerlukan pengobatan, pengawasan, dan pengendalian guna bisa disembuhkan.

Secara umum ide keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

2882/70, Narkotika atau obat bius itu dapat diartikan sebagai semua bahan yang

pada umumnya mempunyai efek kerja yang bersifat:

a. Membiuskan (dapat menurunkan kesadaran)

b. Merangsang (meningkatkan prestasi kerja)

c. Menagihkan (mengikat/ketergantungan)

d. Mengkhayal (halusinasi). korban secara fisik maupun psikis

Pengertian Narkotika secara umum adalah suatu zat yang dapat

menimbulkan perubahan perasaan, suasana pengamatan/penglihatan karena zat

tersebut mempengaruhi susunan syaraf pusat.

Berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 1997, pengertian Narkotika

adalah zat yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi mereka yang

menggunakannya dengan memasukkannya ke dalam tubuh. Narkotika adalah zat

atau obat yang berasal dari tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan

dapat menimbukan ketergantungan.

12

Page 13: frozelsan.files.wordpress.com€¦  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

2.2. Jenis-Jenis Narkotika

Jenis-jenis narkotika yang sering digunakan adalah:

1. Ganja atau Mariyuana

Dibuat dari bunga dan daun dari sejenis tumbuhan rumput di India

(dalam ilmu tumbuhan disebut Cannabis Sativa. Mariyuana yang sudah

jadi (siap pakai) seperti zat yang hampir sama dengan tanah kasar yang

merupakan oregana, warnanya biru gelap. Penggunaannya biasanya diisap

seperti rokok dalam bentuk batangan maupun pipa. Akibat yang

ditimbulkan oleh pemakaian ganja ini:

a. Dapat menimbulkan halusinasi atau khayalan.

b. Badan merasa enteng dan mengantuk.

c. Tidak perduli terhadap lingkungan sekitarnya.

d. Kehilangan semangat untuk belajar dan bekerja.

e. Mudah putus asa dalam menghadapi cobaan hidup.

2. Candu atau Opium

Tumbuhan candu dinamakan Papever Somniferum, yang diambil

adalah getah dari buahnya. Opium termasuk narkotika jenis Depressans

yang mempunyai pengaruh hypnotics (mengantuk) dan trangalizers

(penenang). Penggunaannya biasanya diisap dengan pipa yang dibuat

dengan buatan khusus sehingga candu jarang digunakan oleh remaja

karena penggunaannya yang merepotkan. Akibat yang dapat ditimbulkan

dengan pemakaian candu ini yaitu dapat merusak cromosom (suatu

partikel kecil yang mempengaruhi sifat temurun dari orang tua ke anak).

13

Page 14: frozelsan.files.wordpress.com€¦  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

3. UPS

Adalah kependekan dari Pepper Uppers adalah istilah-istilah yang

digunakan untuk menggambarkan narkotika-narkotika yang memberikan

perasaan vitalitas. Yang termasuk narkotika jenis ini adalah:

a. Amphetamines

Adalah narkotika stimulant, khusus digunakan dalam periode yang

pendek untuk mengurangi nafsu makan (appetite). Amphetamines ini

biasa berbentuk pil atau kapsul. Amphetamines bekerja menstimulis

system syaraf pusat, yang kemudian menstimulir bagian-bagian tubuh

seperti: memperkeras degup jantung, menaikan tekanan darah dan

menstimulir bagian-bagian dari otak yang mengatur semangat dan

kewaspadaan. Sehingga Amphetamines dapat mengakibatkan

kombinasi rangsangan yang ditandai dengan perasaan- perasaan

terhibur, rasa gugup yang tertentu atau tidak tenang. Akibat yang

ditimbulkan dengan pemakaian Amphetamines ini adalah:

1) Kehilangan pertimbangan yang normal.

2) Dapat menimbulkan ketagihan atau kecanduan.

3) Cenderung untuk menggunakan yang lain yang lebih keras

sifatnya.

4) Mudah marah.

5) Suka bicara tapi agak gugup.

6) Si anak kelihatannya sangat senang yang tidak seperti biasanya.

7) Dapat menimbulkan kekejangan bagi yang kecanduan.

14

Page 15: frozelsan.files.wordpress.com€¦  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

b. Cocaine

Pada dasarnya hampir sama dengan Amphetamines tapi rangsangan

yang ditimbulkan lebih sebentar dan sering diikuti dengan depresi

hebat. Bentuknya seperti kristal putih atau bubuk putih dan cara

menggunakannya dengan diinjeksikan, kadang sering dicampur dengan

heroin.

2.2.1. Jenis-Jenis Narkotika II

Jenis-jenis narkotika menurut UU No. 22 Tahun 1997:

Golongan I

1. Tanaman Papaver somniverum L dan semua bagian-bagiannya termasuk

buah dan jeraminya, kecuali bijinya.

2. Opium mentah yaitu getah yang membeku sendiri diperoleh dari buah

tanaman Papaver somniverum L.

3. Opium masak terdiri dari: candu, jicing, dan jicingko.

4. Tanaman koka

5. Daun koka

6. Kokain mentah

7. Kokaina

8. Tanaman ganja

9. Tetrahydrocannabinola

10. Delta 9 tetrahydrocannabinol

11. Asetorfina

12. Acetik-alfa metilfetanil

13. Alfa metilfentanil

15

Page 16: frozelsan.files.wordpress.com€¦  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

14. Alfa metiltiofentanil

15. Beta hidroksifentanil

16. Beta hidroksi 3 metil

17. Desamorfina

18. Etorfina

19. Heroina

20. Ketobemidona

21. 3 metilfentanil

22. 3 metiltiofentanil

23. MPPP

24. Para fluorofentanil

25. PEPAP

26. Tiofentanil

Golongan II

1. Alfasetilmetadol

2. Alfameprodina

3. Alfametadol

4. Alfaprodina

5. Alfentanil

6. Dll

16

Page 17: frozelsan.files.wordpress.com€¦  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

Tabel 2. Penggolongan Obat-Obatan

NO JENIS CONTOHGOL I. GOL. II GOL. III GOL. IV

1 Narkotika Papaver, Opium Petidin Kodein

Kokain/crack Morfin Difeknoksilat

Ganja/marijuana Fentanil

Haroin/putaw MetadonCannabis

2 Psikotropika MDMA/ecstasy Sekobarbital Amobarbita

l Diazepam

Lisergida/LSD Metamfetamin/sabu Pentazosine Halozepa

mLorazepamTriazolam

3Bahan Adiktif Lainnya

Alkohol

Rokok, kopi, teh

Zat perekat, lem, bensin

Obat-obatan

2.3. Ketentuan Tindak Pidana Narkotika

Masyarakat modern sekarang ini di mana kehidupannya itu sudah sangat

rumit, maka diperlukan aturan-aturan yang mengatur kehidupan para warga

masyarakat, apalagi jika diamati bahwa dirasakan adanya perubahan-perubahan

kondisi sosial yang mungkin terjadi dalam masyarakat juga sangat cepat, oleh

karenanya hendaklah harus ditangani dengan segera dan sungguh-sungguh oleh

aparat penegak hukum. Akan tetapi, jika dilihat secara sosiologis bahwa

masyarakat pun harus bertanggung jawab pula atas timbulnya kejahatan tersebut,

sebab masyarakat itu juga merupakan korban dari kejahatan, dengan pengertian

bahwa tidak mungkin terjadi kejahatan jika tidak menimbulkan korban, meskipun

17

Page 18: frozelsan.files.wordpress.com€¦  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

ada beberapa kejahatan yang tidak menimbulkan korban dipihak lain (crime

without cictim), seperti perjudian, prostitusi, dan penyalahgunaan obat-obatan

terlarang.

2.3.1. Penerapan dan Peradilan Tindak Pidana Narkotika

Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 di samping mengatur penggunaan

narkotika, menetapkan perbuatan-perbuatan yang dilarang berhubungan dengan

narotika, yang bilamana dilakukan merupakan penyalahgunaan narkotika yang

tergolong tindak kejahatan.50 Di dalam Undang-Undang No 22 tahun 1997 Bab

XII, Ketentuan Pidana, beberapa pasal yang mencantumkan sanksi-sanksi pidana

atau pelanggaran yang menyangkut penyalahgunaan narkotika, antara lain sebagai

berikut:

18

Gambar 2. Hukuman Menanam Ganja

Page 19: frozelsan.files.wordpress.com€¦  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

2.3.2. Pasal-Pasal Hukum Narkotika

Pasal 78

(1) Barang siapa tanpa hak dan melawan hukum:

a. Menanam, memelihara, mempunyai dalam persediaan, memiliki,

menyimpan atau menguasai narkotika Golongan I dalam bentuk

tanaman atau

b. Memiliki, menyimpan untuk dimiliki atau untuk persediaan, atau

menguasai narkotika Golongan I bukan tanaman, dipidana dengan

pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling

banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah).

Pasal 79

(1) Barang siapa tanpa hak dan melawan hukum:

a. Memiliki, menyimpan untuk dimiliki atau untuk persediaan, atau

menguasai narkotika Golongan II, dipidana dengan pidana penjara

paling lama 7 (tujuh) tahun dan denda paling banyak Rp.

250.000.000 (dua ratus lima juta rupiah).

b. Memiliki, menyimpan untuk dimiliki atau untuk persediaan, atau

menguasai narkotika Golongan III, dipidana dengan pidana penjara

paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp.

100.000.000 (seratus juta rupiah).

Pasal 80

(1) Barang siapa tanpa hak dan melawan hukum:

a. Memproduksi, mengolah, mengekstrasi, mengkonversi, merakit,

atau menyidiakan narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana

19

Page 20: frozelsan.files.wordpress.com€¦  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak

Rp. 1.000.000.000 (satu miliar).

b. Memproduksi, mengolah, mengekstrasi, mengkonversi, merakit,

atau menyidiakan narkotika Golongan II, dipidana dengan pidana

penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak

Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah).

c. Memproduksi, mengolah, mengekstrasi, mengkonversi, merakit,

atau menyidiakan narkotika Golongan III, dipidana dengan pidana

penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan denda paling banyak Rp.

200.000.000 (dua ratus juta rupiah).

20

Page 21: frozelsan.files.wordpress.com€¦  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah

melalui pendekatan metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan, dan lain-lain, secara holistik. Dengan cara deskripsi dalam

bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, L. J, 2004 : 6).

Penelitian kualitatif ini juga dimaknai dengan serangkaian kegiatan

penelitian yang mengembangkan pola pikir induktif dalam menarik suatu

kesimpulan dari suatu fenomena tertentu. Pola pikir induktif ini adalah

cara berpikir dalam rangka menarik kesimpulan dari sesuatu yang lengkap

dari permasalahan yang bersifat umum. Dengan pendekatan ini peneliti

dapat memperoleh gambaran yang lengkap dari permasalahan yang

bersifat khusus kepada yang sifatnya khusus kepada yang sifatnya umum.

Dengan pendekatan ini peneliti dapat memperoleh gambar yang lengkap

dari permasalahan yang dirumuskan dengan memfokuskan pada proses

pencarian makna dibalik fenomena yang muncul dalam penelitian. Dengan

harapan agar informasi yang dikaji lebih bersifat komprehensif,

mendalam, alamiah dan apa adanya.

21

Page 22: frozelsan.files.wordpress.com€¦  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

3.1.1. Hasil Penelitian

Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas

dunia nyata. Sebagaimana yang dikutip Deddy Mulyana, menurut Patton

paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi penganut dan praktisinya, paradigma

menunjukan pada mereka apa yang penting, absah, dan masuk akal. Sebagai yang

dikemukakan oleh Anderson, adalah ideology dan praktik suatu komunitas

ilmuwan yang menganut suatu pandangan yang sama atas realitas, memiliki

seperangkat kreteria yang sama untuk menilai aktifitas penelitian dan

menggunakan metode serupa (Mulyana, 2006 : 9).

3.2. Teori Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori interaksi simbolik dan

juga teori tradisi fenomenologis. Teori interaksi simbolik termasuk ke dalam

paradigma definisi sosial. Dalam paradigma definisi sosial terdapat teori

didalamnya antara lain teori interaksi simbolik, teori tindakan, dan juga teori

fenomenologi. Teori interaksi simbolik berinduk pada perspektif fenomenologis.

Istilah fenomenologis merupakan satu istilah generik yang merujuk pada semua

pandangan ilmu sosial yang menganggap kesadaran manusia dan makna

objektifnya sebagai titik sentral untuk memperoleh pengertian atas tindakan

manusia dalam sosial masyarakat.

Tabel 3. Jumlah Pemakai Obat-Obatan

2007 2008 2009 2010 2011Narkotika 11.380 10.008 11.140 17.897 19.128Psikotropika 9.289 9.783 8.779 1.181 1.001Bahan Aditif 1.961 9.573 10.964 7.599 9.067

22

Page 23: frozelsan.files.wordpress.com€¦  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

Narkoba 22.630 29.364 30.883 26.667 29.796

Grafik 2. Grafik Pemakai Obat-Obatan

2007 2008 2009 2010 20110

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

NarkotikaPsikotropikaBahan AditifNarkoba

23

Gambar 3. Indonesia Melawan Narkoba

Page 24: frozelsan.files.wordpress.com€¦  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB IV

PEMBAHASAN

Disampaikan

Kepala BNN, Gories Mere,

dalam sambutannya

di Hari Anti Narkotika

Internasional (HANI), dalam survei BNN sejak tahun 2007, prevalensi

penyalahgunaan narkoba penduduk Indonesia yang berumur 10-59 tahun ialah

sebagai berikut :

4.1. Faktor Pendorong Penyalahgunaan Narkoba

24

Gambar 4. Penyalahgunaan Narkoba Penduduk Indonesia

Page 25: frozelsan.files.wordpress.com€¦  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

Faktor individu, lingkungan atau sosial, dan ketersediaan.

4.1.1. Ciri-Ciri Pecandu Narkoba

A. Perubahan Fisik dan Lingkungan Sehari-hari

a. Jalan sempoyongan, bicara pelo (tidak jelas)

b. kamar selalu dikunci

c. Ssering didatangi atau menerima telepon dari teman-teman yang

tidak dikenal.

d. ditemukan obat-obatan, peralatan seperti kertas timah, jarum

suntik, korek api di kamar/di dalam tasnya.

e. sering kehilangan uang/barang yang berharga di rumah.

4.1.2. Perubahan Psikologis dan Perilaku Sosial

a. Malas belajar.

b. Mudah tersinggung.

c. Sulit berkonsentrasi.

d. Menghindari kontak mata langsung, melamun, atau linglung.

e. Berbohong atau manipulasi keadaan.

f. Kurang disiplin dan suka membolos.

g. Mengabaikan kegiatan ibadah.

h. Menarik diri dari aktivitas keluarga dan sering mengurung diri di

kamar/tempat-tempat tertutup.

4.2. Cara Pencegahan Penggunaan Narkoba

Hidup sehat tanpa narkotika untuk para guru dan orang tua, serta mulailah

dengan hubungan antara orang tua dan anak yang baik.

25

Page 26: frozelsan.files.wordpress.com€¦  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB V

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

Narkoba singkatan dari narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya.

Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan Narkoba bukan untuk maksud

pengobatan tetapi ingin menikmati pengaruhnya dalam jumlah yang berlebihan.

Jumlah pengguna narkoa di Indonesia setiap tahunnya selalu mengalami

peningkatan. Di kalangan remaja penggunaan narkoba memberikan dampak

negatif bagi mereka yang menggunakannya.

Berbagai upaya untuk melaksanakan pencegahan, pemberantasan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba sudah banyak dilakukan oleh

pemerintah, khususnya melalui organisasi forum seperti BNN/BNP/BNKab/Kota

namun hingga kini belum menjawab kebutuhan di lapangan.

Hal ini sangat memerlukan bentuk kerja sama, komitmen dan konsistensi

pada setiap tatanan elemen bangsa, baik pada tatanan personal, institusional

maupun sosial. Hal-hal untuk mencegah penggunaan Narkoba antara lain :

1. Jangan sekali-kali mencoba dengan kadar berapapun, dengan jenis

apapun, dan dengan dalih apapun.

2. Carilah pergaulan yang aman, di tempat yang aman dengan orang-

orang yang aman, dan pada waktu yang aman.

3. Dapatkan kasih sayang yang tulus dari keluarga dengan saling

memperhatikan, saling mengasihi, dan saling mebutuhkan.

26

Page 27: frozelsan.files.wordpress.com€¦  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

Kembangkan kasih sayang ini pada saudara, sahabat, dan teman-

teman.

4. Waspadalah terhadap siapapun dengan tetap menjalani hidup yang

wajar. Katakan “TIDAK” pada narkoba.

5. Mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha Esa dengan rajin

menjalankan ibadah dan memohon kekuatan kepada-Nya. Tanpa

kekuatan dari Tuhan, manusia penuh dengan segala kelemahan.

5.2. Saran

Obat-obatan terlarang bukanlah jawaban yang tepat bagi semua masalah,

bahkan sebaliknya, akan menimbulkan masalah yang jauh lebih besar. Pemakai

obat-obatan terlarang adalah orang yang mengalami kerugian besar, dan dapat

berakhir pada kematian.

Tindakan yang paling baik untuk menanggulangi bahaya narkoba adalah

mencegah keterlibatan dengan narkoba itu sendiri karena pencegahan jauh lebih

baik dibandingkan dengan pengobatan.

27

Page 28: frozelsan.files.wordpress.com€¦  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

Tabel 4. Rencana Kegiatan Makalah

No KegiatanAgustus 17 Sept 17 Okt 17 Nov 17 Des 17 Jan 18

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Pembuatan makalah

2. Studi kepustakaan

3. Penyusunan desain penelitan

4. Penyusunan instrumen pengambilan data

5. Pangambilan data

6. Pengolahan data

7. Analisa data

8. Pembuatan laporan penelitian

9. Presentasi

10. Seminar hasil penelitian

11. Penggandaan & pengiriman laporan hasil penelitian

12. Penyusunan naskah & pemuatan artikel di jurnal ilmiah

28

Page 29: frozelsan.files.wordpress.com€¦  · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

DAFTAR PUSTAKA

http://www.karyailmiah.com/

http://smpnu2dukuhturi.com

http://BNN.go.id/pengguna

http://www.pramukanet.org

http://id.wikipedia.org

http://belajarpsikologi.com/pengertian-narkoba

http://makassar.tribunnews.com/2012/11/27/

http://indonesiabergegas.com/

http://lukitanatalia.blogspot.com/2012/02/dampak-negatif-penggunaan-rokok.html

http://rehabnarkoba.blogspot.com/2012/07/9-ciri-pecandu-shabu-shabu.html

http://www.anneahira.com/zat-adiktif.html

29