BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering terjadi pada kehamilan trimester 1. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala gejala ini kurang lebih terjadi setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50-70% wanita hamil dalam 16 minggu pertama. Kurang lebih 66% wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badan sangat turun, turgor kulit berkurang, keadaan ini disebut Hiperemesis gravidarum dan memerlukan perawatan rumah sakit jika sudah berat. 3 Pemantauan kesehatan ibu dan janin sejak dini agar dapat mengambil tindakan yang cepat dan tepat sebelum berlanjut pada kebidanan darurat salah 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar
dan sering terjadi pada kehamilan trimester 1. Mual biasanya terjadi pada pagi
hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala gejala ini
kurang lebih terjadi setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama
kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling
sering kita jumpai pada kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50-70%
wanita hamil dalam 16 minggu pertama. Kurang lebih 66% wanita hamil
memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badan
sangat turun, turgor kulit berkurang, keadaan ini disebut Hiperemesis
gravidarum dan memerlukan perawatan rumah sakit jika sudah berat.3
Pemantauan kesehatan ibu dan janin sejak dini agar dapat mengambil
tindakan yang cepat dan tepat sebelum berlanjut pada kebidanan darurat salah
satunya adalah dimulainya dengan tanda-tanda bahaya yang dikenal dengan
istilah hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum adalah suatu keadaan
ibu hamil yang ditandai dengan muntah-muntah yang berlebihan (muntah
berat) sering terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan
malam hari serta terjadi lebih dari 15 kali dalam sehari, sehingga dapat
menimbulkan, berat badan ibu menurun, tidak nafsu makan, kurang gizi, serta
rasa lemas dan frekuensi nadi meningkat menjadi 100 kali/menit serta dapat
menurunkan kesadaran dan preeklampsi.2
1
2
Hiperemesis gravidarum merupakan komplikasi mual dan muntah pada
hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi sehingga
cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi.
Hiperemesis gravidarum dapat dideteksi dan dicegah pada masa kehamilan
dengan cara pemeriksaan kehamilan teratur dengan penanganan yang baik
hiperemesis dapat teratasi dengan memuaskan.1
Hiperemesis gravidarum di Indonesia pada tahun 2012 terjadi lebih dari
5000 ibu hamil. Angka ini meningkat setiap tahunnya hingga pada tahun 2013
peningkatannya mencapai 10%-18% dari kehamilan. Menurut hasil
pengumpulan data Tingkat Pusat, Subdirektorat Kesehatan Keluarga dari 325
Kabupaten/Kota menunjukan bahwa pada tahun 2010 presentase ibu hamil
resiko tinggi dengan hiperemesis gravidarumberat yang dirujuk dan
mendapatkan pelayanan kesehatan lebih lanjut sebesar 20,44%. Untuk
provinsi dengan presentase tertinggi adalah provinsi Sulawesi Tengah
(96,53%) dan di Yogyakarta (76,60%) sedangkan yang terendah adalah
provinsi Maluku Utara (3,66%) dan Sumatera Selatan (3,81%) dan Lampung
(3,42%). Secara umum kejadian komplikasi berat pada ibu hamil bisa terjadi
sebanyak 13,23% kehamilan.3
Angka kejadian hiperemesis gravidarum di Propinsi Lampung mencapai
20-35% dari jumlah ibu hamil yang ada yaitu sebanyak 183.256 orang.
Pecegahan dan penanggulangan Hiperemesis gravidarum adalah dengan
pemeriksaan kehamilan secara teratur. Untuk itu perlu kerja keras dan
komitmen bersama antara pemerintah dan masyarakat dalam upaya
menurunkan angka kematian ibu dan meningkatkan dukungan terhadap
3
pelayanan dan kesehatan ibu/maternal, baik dalam antenatal care (ANC) dan
meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan. 3
Kota Bandar Lampung merupakan salah satu Kota di Provinsi Lampung.
Kejadian hiperemesis gravidarum dilaporkan terdapat 982 kehamilan yang
bermasalah dengan mual dan muntah yang mengalami rawat inap di klinik
maupaun di puskesmas rawat inap dan rumah sakit. Data lain menyebutkan
bahwa 25,1% ibu dengan hiperemesi gravidarum mengalami persalinan
dengan BBLR dan 19,2% ibu mengalami perdarahan akibat kurang gizi dan
anemia. 3
Hasil penelitian menurut Dewi tentang hubungan karakteristik ibu hamil
dengan kejadian hiperemesis gravidarum di RS PKU Muhammadiyah
Gombong, hasil penelitian menggambarkan bahwa sebagian responden dalam
penelitian ini merupakan multigravida yaitu sebanyak 60%, responden yang
memiliki status gizi baik (LILA<23,5 cm) sebanyak 80%, seluruh responden
dalam penelitian ini memiliki janin tunggal sebanyak 100%. Berdasarkan
analisis chi square tidak terdapat hubungan yang signifikan antara gravida (p-
value = 0,002), status gizi (p-value = 0,015) dan jumlah janin (p-value =
0,000) dengan kejadian hiperemesis gravidarum. 4
Jika hiperemesis gravidarum ini dibiarkan maka akan menyebabkan
dehidrasi dan kurangnya nafsu makan sehingga gizi ibu hamil terganggu, hal
ini ditunjukkan dengan adanya penurunan berat badan dan lingkar lengan atas
pada ibu hamil. Status gizi selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan janin. Kekurangan asupan gizi pada trimester 1 dapat
menyebabkan kelahiran prematur, kelainan pada sistem saraf pusat, sedangkan
4
trimester 2 dan 3 dapat mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan janin
terganggu, berat bayi lahir rendah.2
Hiperemesis gravidarum (HEG) dapat menyebabkan komplikasi bahkan
kematian pada ibu dan janin jika tidak tertangani dengan baik. Mual dan
muntah secara terus menerus, mengakibatkan turunnya berat badan hingga
lebih dari 5% berat sebelum hamil, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit
dapat menyebabkan komplikasi maternal seperti kerusakan hati dan ginjal,
robekan pada esofagus, pneumothoraks, neuropati perifer, ensefalopati
Wernicke, dan kematian. Pada janin dengan ibu yang menderita hiperemesis
gravidarum berkepanjangan dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat
bahkan kematian. Perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum dan
kenaikan berat badan dalam kehamilan yang kurang (<7 kg) memiliki risiko
yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, kecil
untuk masa kehamilan, prematur, dan nilai Appearance, Pulse, Grimace,
Activity, Respiration (APGAR) lima menit kurang dari tujuh. 2
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian
tentang hubungan hiperemesis gravidarum terhadap penurunan berat badan
dan lingkar lengan atas pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kemiling,
Puskesmas Sukabumi dan Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung tahun
2015
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini “Adakah hubungan hiperemesis gravidarum terhadap penurunan
berat badan dan lingkar lengan atas pada ibu hamil di wilayah kerja
5
Puskesmas Kemiling, Puskesmas Sukabumi dan Puskesmas Kota Karang
Bandar Lampung tahun 2015?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan hiperemesis gravidarum dengan
penurunan berat badan dan lingkar lengan atas pada ibu hamil di
wilayah kerja Puskesmas Kemiling, Puskesmas Sukabumi dan
Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung tahun 2015
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi penurunan berat badan pada
ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kemiling, Puskesmas
Sukabumi dan Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung tahun
2015
2. Untuk mencari hubungan hiperemesis gravidarum dengan
penurunan berat badan ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
Kemiling, Puskesmas Sukabumi dan Puskesmas Kota Karang
Bandar Lampung tahun 2015
3. Untuk mencari hubungan hiperemesis gravidarum dengan
perubahan lingkar lengan atas pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Kemiling, Puskesmas Sukabumi dan Puskesmas Kota
Karang Bandar Lampung tahun 2015
6
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden
Sebagai pengalaman untuk menambah wawasan dan meningkatkan
pengalaman ibu hamil tentang hiperemesis gravidarum terhadap
penurunan berat badan.
2. Bagi Peneliti
Merupakan pengalaman dalaman rangkan menambah wawasan
pengetahuan serta pengembangan diri, khususnya dalam bidang penelitian
lapangan
3. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai masukan bagi tenaga medis dan paramedis dalam meningkatkan
mutu pelayanan Kesehatan khususnya tentang hubungan hiperemesis
terhadap penurunan berat badan dan lingkar lengan atas
4. Bagi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai referensi atau sumber informasi untuk melakukan
penelitian selanjutnya dan bahan bacaan bagi mahasiswa
7
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hiperemesis Gravidarum
2.1.1 Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan
sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi
buruk.3 Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan
sehingga menimbulkan gangguan aktifitas sehari-hari dan bahkan
membahayakan hidupnya.4
Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan
diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang,
diuresis berkurang, dan timbul asetonuria, keadaan ini disebut
hiperemesis gravidarum.5 Hiperemesis gravidarum adalah vomitus
yang berlebihan atau tidak terkendali selama masa hamil, yang
mengganggu keseimbangan tubuh sehingga dapat menyebabkan
dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atau defisiensi nutrisi, dan
kehilangan berat badan. Hiperemesis gravidarum juga merupakan
suatu keadaan (biasanya pada hamil muda) dimana penderita
mengalami mual-muntah yang berlebihan, sedemikian rupa sehingga
mengganggu aktivitas dan kesehatan penderita secara keseluruhan.5
Berdasarkan berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
hiperemesis gravidarum merupakan kejadian pada ibu hamil yang
disertai dengan gejala mual dan muntah berlebih pada trimester I yang
8
dapat mempengaruhi ibu dan janin apabila tidak ditangani dengan
cepat. 5
2.1.2 Prevalensi dan Epidemiologi
Hiperemesis gravidarum terjadi di seluruh dunia dengan angka
kejadian yang beragam mulai dari 1-3% di Indonesia, 0,3% di Swedia,
0,5% di kalifornia, 0,8% di kanada, 10,8% di Cina, 0,9% di Norwegia,
2,2% di Pakistan, dan 1,9% di Turki. Literatur juga menyebutkan
bahwa perbandingan insidensi hiperemesis gravidarum secara umum
4:1000 kehamilan. Dari data yang ada tersebut menegaskan bahwa
hiperemesis gravidarum merupakan suatu penyakit yang jarang terjadi.
Mual dan muntah pada kehamilan adalah peristiwa normal yang dapat
berubah menjadi suatu penyakit yang lebih serius yaitu hiperemesis
gravidarum, hiperemesis gravidarum ini banyak terjadi pada orang
Asia dibandingkan orang Amerika atau Eropa. 5
Beberapa faktor risiko penyakit hiperemesis gravidarum antara lain
adalah usia ibu, usia gestasi, jumlah grvida, tingkat sosial dan
ekonomi, kehamilan ganda, kehamilan mola, kondisi psikologis ibu
dan adanya infeksi H.pilory. usia ibu merupakan faktor risiko dari
hiperemesis gravidarum yang berhubungan dengan kondisi psikologis
ibu hamil. Literatur menyebutkan bahwa ibu dengan usia kurang dari
20 tahun atau lebih dari 35 tahun lebih sering mengalami hiperemesis
gravidarum. Usia gestasi atau usia kehamilan juga merupakan faktor
risiko hiperemesis gravidarum, hal tersebut berhubungan dengan kadar
korionik gonadotropin, esterogen, dan progesteron didalam darah ibu.
9
Kadar hormon korionik gonadotropin merupakan salah satu etiologi
yang dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum.6
Kadar hormon gonadotropin dalam darah mencapai puncaknya
pada trimester pertama, tepatnya sekitar 14-16 minggu oleh karena itu,
mual dan muntah lebih sering terjadi pada trimester pertama. Faktor
risiko lain adalah jumlah gravida. Hal tersebut berhubungan dengan
kondisi psikologis ibu hamil dimana ibu hamil yang baru pertama kali
hamil akan mengalami stress yang lebih besardari ibu yang sudah
pernah melahirkan dan dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum,
ibu primigravida juga belum mampu beradaptasi terhadap perubahan
korionik gonadotropin, hal tersebut menyebabkan ibu yang baru
pertama kali hamil lebih sering mengalami hiperemesis gravidarum.
Pekerjaan juga merupakan faktor risiko penyakit hiperemesis
gravidarum. Pekerjaan berhubungan dengan kondisi sosial ekonomi
yang juga mempengaruhi pola makan, aktifitas dan stress pada ibu
hamil. 6
2.1.3 Etiologi
Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti.
Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga
tidak ditemukan kelainan biokimia. Perubahan–perubahan anatomik
pada otak, jantung, hati dan susunan saraf, disebabkan oleh
kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisi.7
10
Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh
beberapa penulis sebagai berikut: 7
2.1.3.1 Faktor Predisposisi
1. Gravida
Faktor presdisposisi yang sering ditemukan sebagai
penyebab hiperemesis gravidarum adalah pada
primigravida, gravida berkaitan dengan kehamilan atau
wanita hamil, gravida adalah jumlah kehamilan (lengkap
atau tidak lengkap) yang dialami oleh seorang perempuan,
gravida diikuti oleh angka romawi atau diawali dengan
bahasa latin (Primi, multi) yang menunjukkan jumlah
kehamilan.
Primigravida adalah seorang wanita yang baru pertama
kali hamil, sedangkan multigravida adalah seorang wanita
yang telah beberapa kali hamil. Sekitar 60-80%
primigravida dan 40-60% multigravida mengalami mual
dan muntah, namun gejala ini menjadi lebih berat hanya
pada 1 dari 1.000 kehamilan, walaupun kebanyakan kasus
ringan dan dengan seiring waktu, satu dari setiap 1000
wanita hamil akan menjalani rawat inap, kondisi ini sering
terjadi pada wanita primigravida dan cenderung terjadi lagi
pada kehamilan berikutnya.
Kejadian hiperemesis gravidarum lebih sering dialami
oleh primigravida dari pada multigravida, hal ini
11
berhubungan dengan tingkat kestresan dan usia ibu saat
mengalami kehamilan pertama, Pada ibu primigravida
faktor psikologik memegang peranan penting pada penyakit
ini, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap
tanggung jawab sebagai seorang ibu dapat menyebabkan
konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah
sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi
hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
Ibu primigravida belum mampu beradaptasi terhadap
hormon estrogen dan khorionik gonadotropin. Peningkatan
hormon ini membuat kadar asam lambung meningkat,
hingga muncullah keluhan rasa mual. Keluhan ini biasanya
muncul di pagi hari saat perut ibu dalam keadaan kosong
dan terjadi peningkatan asam lambung
2. Overdistensi Rahim
Hidramnion, kehamilan ganda, estrogen dan HEG
tinggi, mola hidatidosa. Faktor predisposisi yang sering
dikemukakan adalah pada mola hidatiodosa dan kehamilan
ganda. Mola hidatidosa adalah penyakit yang berasal dari
jaringan trofoblast yang bersifat jinak dimana pertumbuhan
atau proliferasi sel-sel trofoblast yangberlebihan dengan
stroma mengalami degenerasi hidropik, villi khorialis
tumbuh berganda berbentuk gelembung kecil berisi berisi
cairan jernih (asam amino, mineral) menyerupai buah
12
anggur sehingga penderita sering dikatakan hamil
anggur.
Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan
kehamilan ganda memimbulkan dugaan bahwa faktor
hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan
tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk
berlebihan
2.1.3.2 Faktor Organik
Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal,
derubahan metabolik akibat hamil, resistensi yang menurun
dari pihak ibu dan alerg. Pada kehamilan, diduga terjadi infasi
jaringan vili korialis yang masuk ke dalam peredaran darah ibu,
maka faktor alergi dianggap dapat menyebabkan kejadiaan
hiperemesis gravidarum. 8
2.1.3.3 Faktor Psikologis
Rumah tangga yang retak, hamil yang tidak diinginkan,
takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap
tanggung jawab sebagai dan kehilangan pekerjaan Ibu yang
sedang mengalami kehamilan, dituntut tidak hanya harus siap
secara fisik, tetapi juga harus siap secara mental. Hal inilah
yang diperhatikan ibu hamil yang lebih siap dalam menghadapi
perubahan fisik, tetapi tidak siap secara mental. 8
13
Perubahan secara fisik pada ibu hamil memang mudah
ditebak dan umum terjadi pada setiap ibu yang sedang
mengalami kehamilan, seperti perubahan bentuk tubuh dengan
badan yang semakin besar, munculnya jerawat diwajah atau
kulit muka yang mengelupas. Namun perubahan secara mental
pada ibu hamil sangat susah ditebak dan tidak selalu sama
terjadinya pada setiap ibu hamil ataupun pada setiap kehamilan
dengan hadirnya janin di dalam rahim, maka hal itu akan
mempengaruhi emosi si ibu. Apabila pengaruh emosi ibu tidak
didukung oleh lingkungan keluarga yang harmonis atau pun
lingkungan tempat tinggal maka hal ini akan mengakibatkan
stres pada ibu hamil. 8
Stres pada ibu hamil pasti akan memberikan akibat pada
janin yang dikandungnya karena posisi janin yang berada
didalam rahim merespon apa yang sedang dialami oleh ibu.
Berdasarkan penelitian ini, ibu hamil yang merasakan stres
akan meningkatkan resiko melahirkan bayi prenatur dan bayi
yang lebih kecil. Bahkan bahaya stres pada ibu hamil dapat
mengakibatkan janin keguguran. 8
Kondisi psikologis ibu berpengaruh terhadap terjadinya
hiperemesis gravidarum pada awal kehamilan. Rumah tangga
yang retak, kehilangan pekerjaan, takut akan kehamilan dan
persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu dapat
menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual
14
dan muntah sehingga ekspresi tidak sadar terhadap keengganan
menjadi hamil rentang sebagai pelarian kesukaran hidup. 8
2.1.3.4 Faktor Endokrin
Penyebab hiperemesis gravidarum lainnya dapat dilihat dari
riwayat penyakit ibu seperti hipertiroid, diabetes dan lain-lain,.
Hipertiroid pada kehamilan (morbus basodowi) adalah
hiperfungsi kelenjar tiroid ditandai dengan naiknya metabolism
beraktivitas pengaruh terhadap janin prematuris, BBLR, dan malformasi
susunan saraf. Mengingat bahaya Hiperemesis Gravidarum yang cukup
banyak dan tidak diperhatikan oleh ibu hamil karena dianggap sebagai hal
35
yang wajar pada kehamilan muda dan tanpa disadari komplikasi tersebut
dapat mempengaruhi status kesehatan ibu dan janin.23
Pada trimester II dan III kebutuhan janin terhadap zat-zat status gizi
semakin meningkat jika tidak terpenuhi, plasenta akan kekurangan zat
makanan sehingga akan mengurangi kemampuannya dalam mensintesis zat-
zat yang dibutuhkan oleh janin. Untuk mengetahui status gizi ibu hamil
tersebut, dapat menggunakan beberapa cara antara lain: dengan memantau
pertambahan berat badan selama hamil, mengukur lingkar lengan atas (LLA)
dan mengukur kadar hemoglobin. Selain itu gizi ibu hamil menentukan berat
bayi yang dilahirkan, maka pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting
dilakukan. Pengukuran antropometri merupakan salah satu cara untuk
menilai status gizi ibu hamil. Ukuran antropometri ibu hamil yang
paling sering digunakan adalah kenaikan berat badan ibu hamil dan ukuran
lingkar lengan atas (LLA) selama kehamilan.23
Dampak mual dan muntah berlebihan atau hiperemesis gravidarum
dapat berdampak bagi ibu hamil yang nantinya akan malas untuk makan
keadaan inilah yang dapat berakibat ibu hamil dehidrasi, penurunan berat
badan dan kurangnya asupan nutrisi (menurunnya ukuran LLA) pada ibu
hamil tersebut dan dampak mual dan muntah berlebihan atau hiperemisis
gravidarum juga dapat berdampak bagi janin yang dikandungnya, karena ibu
hamil yang mual dan muntah secara terus menerus akan memiliki kadar
human chorionic gonadotropin di bawah rentan normal yang nantinya
berakibat pada janin kurang asupan nutrisi, keguguran dan kelahiran
premature.23
36
2.5 Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan gambaran dari teori dimana suatu problem
riset berasal atau dikaitkan.9 Berdasarkan teori di atas faktor yang
menyebabkan terjadinynya hiperemesis gravidarum adalah faktor usia ibu,
usia gestasi, jumlah gravida, tingkat sosial dan ekonomi, kehamilan ganda,
kehamilan mola, kondisi psikologis ibu dan adanya infeksi H.pilory.
Gambar 2.1 Kerangka Teori
2.6 Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori di atas, maka dapat digambarkan kerangka
konsep sebagai berikut:
a. Usia ibub. Usia gestasic. Jumlah gravidad. Tingkat sosial dan ekonomie. Kehamilan gandaf. Kehamilan molag. Kondisi psikologish. Adanya infeksi H.piloryi. Perubahan hormon
- Peningkatan hormon chorionic gonadotropin
- Hormon esterogen
- Kadar hormon tiroksin
Penurunan lingkar lengan atas
Penurunan berat badan
Perubahan status gizi
Hiperemesis gravidarum
Hiperemesis gravidarum
Penurunan berat badan
Penurunan lingkar lengan atas
37
2.7 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
Ha: Ada hubungan hiperemesis gravidarum dengan penurunan berat badan
dan lingkar lengan atas pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
Kemiling, Puskesmas Sukabumi dan Puskesmas Kota Karang Bandar
Lampung tahun 2015
Ho: Tidak ada hubungan hiperemesis gravidarum dengan penurunan berat
badan dan lingkar lengan atas pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Kemiling, Puskesmas Sukabumi dan Puskesmas Kota
Karang Bandar Lampung tahun 2015
38
BAB IIIMETODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik yang bertujuan mengetahui
hubungan hiperemesis gravidarum dengan penurunan berat badan dan lingkar
lengan atas pada ibu hamil.
3.2 Rancangan Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka rancangan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan case control, suatu penelitian analitik yang
menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan
pendekatan “retrospective. 24
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kemiling, Puskesmas
Sukabumi dan Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung dan akan dilaksanakan
pada bulan Juni 2015.
3.4 Subjek Penelitian
3.4.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang
memeriksakan diri ke Puskesmas Kemiling, Puskesmas Sukabumi dan
Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung sebanyak 381 orang.
3.4.2 Sampel
Sampel merupakan sebagian dari keseluruhan objek atau populasi.
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang mengalami
39
hiperemesis gravidarum. Sampel diambil sebanyak 30% dari jumlah
populasi yaitu sebanyak 115 orang.
Penentuan jumlah sampel dalam penelitian sesuai dengan kriteria
sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi
a. Ibu hamil dengan usia kehamilan trimester I sampai trimester
III
b. Ibu bersedia menjadi responden dan menandatangani informed
consent
2. Kriteria eksklusi
a. Ibu menderita penyakit kronis seperti hipertensi, kanker,
anemia dan diabetes melitus
3.5 Cara Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah lembar check list
dan kuesioner digunakan untuk mendata data-data yang berhubungan
hiperemesis gravidarum dengan penurunan berat badan dan lingkar lengan
atas pada ibu hamil. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah
lembar check list yang diisi oleh peneliti berdasarkan data dan fakta yang ada
di lapangan. Pengukuran berat badan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu dengan
jarak1-2 bulan. 24
3.6 Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapat atau satuan penelitian tentang suatu konsep
pengertian. 24
40
Variabel penelitian yaitu hiperemesis gravidarum sebagai variabel bebas
(independent) dan penurunan berat badan dan lingkar lengan atas pada ibu
hamil sebagai variabel terikat (dependent).
3.7 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
dan berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
fenomena. Penyusunan definisi operasional variabel perlu dilakukan karena
akan menunjukkan alat pengambilan data mana yang cocok digunakan. 24
Tabel 3.1Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara ukur Hasil Ukur Skala
Independen (X)Hiperemesis gravidarum
Komplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi sehingga cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi
Lembar check list
Mengisi lembar check list
0. Hiperemesis1. Mual/muntah
< 3 kali sehari
Ordinal
Dependen (Y)
Penurunan berat badan
Merupakan ukuran berat badan ibu hamil yang mengalami Hiperemesis gravidarum
Lembar check list
Mengisi lembar check list dan mengukur berat badan
0. Terjadi penurunan
1. Tidak terjadi penurunan
Ordinal
Penurunan lingkar lengan atas
Merupakan ukuran lingkar lengan atas ibu hamil yang mengalami Hiperemesis gravidarum
Lembar check list
Mengisi lembar check list dan mengukur lingkar lengan atas
0. Terjadi penurunan
1. Tidak terjadi penurunan
Ordinal
41
3.8 Pengolahan Data
Menurut Hastono Data yang telah terkumpul kemudian dilakukan
pengolahan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 24
1. Editing
Melakukan pengecekan formulir atau kuisioner dan check list seperti
kelengkapan pengisian, konsistensi jawaban dari setiap observasi di dalam
penelitian.
2. Scoring
Proses penilaian data dengan memberikan skor setiap item jawaban
dari responden.
3. Coding
Untuk memudahkan dalam pengolahan data dan pengisian dilakukan
berdasarkan jawaban yang telah disediakan dalam daftar pertanyaan.
4. Processing
Merupakan tahapan pemrosesan data dengan menggunakan program
komputer.
5. Cleaning
Mengecek kembali data yang sudah di-entri, apakah ada kesalahan saat
meng-entri ke komputer.
3.9 Analisis Data
3.9.1 Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan persentase, hasil dari setiap variabel
ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi. 24
42
3.9.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara
variabel independent dengan variabel dependen. Penelitian ini peneliti
menggunakan chi square. Uji chi square digunakan karena masing-
masing variabel mempunyai skala kategorik-kategorik. Tingkat
Kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Apabila p-value ≤ 0,05
berarti ada hubungan yang bermakna antara kedua variabel, jika p-
value > 0,05 berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara kedua