Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering terjadi pada kehamilan trimester 1. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala gejala ini kurang lebih terjadi setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50-70% wanita hamil dalam 16 minggu pertama. Kurang lebih 66% wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badan sangat turun, turgor kulit berkurang, keadaan ini disebut Hiperemesis gravidarum dan memerlukan perawatan rumah sakit jika sudah berat. 3 Pemantauan kesehatan ibu dan janin sejak dini agar dapat mengambil tindakan yang cepat dan tepat sebelum berlanjut pada kebidanan darurat salah 1
66

@ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

Feb 05, 2016

Download

Documents

KEdokteran
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar

dan sering terjadi pada kehamilan trimester 1. Mual biasanya terjadi pada pagi

hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala gejala ini

kurang lebih terjadi setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama

kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling

sering kita jumpai pada kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50-70%

wanita hamil dalam 16 minggu pertama. Kurang lebih 66% wanita hamil

memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badan

sangat turun, turgor kulit berkurang, keadaan ini disebut Hiperemesis

gravidarum dan memerlukan perawatan rumah sakit jika sudah berat.3

Pemantauan kesehatan ibu dan janin sejak dini agar dapat mengambil

tindakan yang cepat dan tepat sebelum berlanjut pada kebidanan darurat salah

satunya adalah dimulainya dengan tanda-tanda bahaya yang dikenal dengan

istilah hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum adalah suatu keadaan

ibu hamil yang ditandai dengan muntah-muntah yang berlebihan (muntah

berat) sering terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan

malam hari serta terjadi lebih dari 15 kali dalam sehari, sehingga dapat

menimbulkan, berat badan ibu menurun, tidak nafsu makan, kurang gizi, serta

rasa lemas dan frekuensi nadi meningkat menjadi 100 kali/menit serta dapat

menurunkan kesadaran dan preeklampsi.2

1

Page 2: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

2

Hiperemesis gravidarum merupakan komplikasi mual dan muntah pada

hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi sehingga

cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi.

Hiperemesis gravidarum dapat dideteksi dan dicegah pada masa kehamilan

dengan cara pemeriksaan kehamilan teratur dengan penanganan yang baik

hiperemesis dapat teratasi dengan memuaskan.1

Hiperemesis gravidarum di Indonesia pada tahun 2012 terjadi lebih dari

5000 ibu hamil. Angka ini meningkat setiap tahunnya hingga pada tahun 2013

peningkatannya mencapai 10%-18% dari kehamilan. Menurut hasil

pengumpulan data Tingkat Pusat, Subdirektorat Kesehatan Keluarga dari 325

Kabupaten/Kota menunjukan bahwa pada tahun 2010 presentase ibu hamil

resiko tinggi dengan hiperemesis gravidarumberat yang dirujuk dan

mendapatkan pelayanan kesehatan lebih lanjut sebesar 20,44%. Untuk

provinsi dengan presentase tertinggi adalah provinsi Sulawesi Tengah

(96,53%) dan di Yogyakarta (76,60%) sedangkan yang terendah adalah

provinsi Maluku Utara (3,66%) dan Sumatera Selatan (3,81%) dan Lampung

(3,42%). Secara umum kejadian komplikasi berat pada ibu hamil bisa terjadi

sebanyak 13,23% kehamilan.3

Angka kejadian hiperemesis gravidarum di Propinsi Lampung mencapai

20-35% dari jumlah ibu hamil yang ada yaitu sebanyak 183.256 orang.

Pecegahan dan penanggulangan Hiperemesis gravidarum adalah dengan

pemeriksaan kehamilan secara teratur. Untuk itu perlu kerja keras dan

komitmen bersama antara pemerintah dan masyarakat dalam upaya

menurunkan angka kematian ibu dan meningkatkan dukungan terhadap

Page 3: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

3

pelayanan dan kesehatan ibu/maternal, baik dalam antenatal care (ANC) dan

meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan. 3

Kota Bandar Lampung merupakan salah satu Kota di Provinsi Lampung.

Kejadian hiperemesis gravidarum dilaporkan terdapat 982 kehamilan yang

bermasalah dengan mual dan muntah yang mengalami rawat inap di klinik

maupaun di puskesmas rawat inap dan rumah sakit. Data lain menyebutkan

bahwa 25,1% ibu dengan hiperemesi gravidarum mengalami persalinan

dengan BBLR dan 19,2% ibu mengalami perdarahan akibat kurang gizi dan

anemia. 3

Hasil penelitian menurut Dewi tentang hubungan karakteristik ibu hamil

dengan kejadian hiperemesis gravidarum di RS PKU Muhammadiyah

Gombong, hasil penelitian menggambarkan bahwa sebagian responden dalam

penelitian ini merupakan multigravida yaitu sebanyak 60%, responden yang

memiliki status gizi baik (LILA<23,5 cm) sebanyak 80%, seluruh responden

dalam penelitian ini memiliki janin tunggal sebanyak 100%. Berdasarkan

analisis chi square tidak terdapat hubungan yang signifikan antara gravida (p-

value = 0,002), status gizi (p-value = 0,015) dan jumlah janin (p-value =

0,000) dengan kejadian hiperemesis gravidarum. 4

Jika hiperemesis gravidarum ini dibiarkan maka akan menyebabkan

dehidrasi dan kurangnya nafsu makan sehingga gizi ibu hamil terganggu, hal

ini ditunjukkan dengan adanya penurunan berat badan dan lingkar lengan atas

pada ibu hamil. Status gizi selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan

dan perkembangan janin. Kekurangan asupan gizi pada trimester 1 dapat

menyebabkan kelahiran prematur, kelainan pada sistem saraf pusat, sedangkan

Page 4: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

4

trimester 2 dan 3 dapat mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan janin

terganggu, berat bayi lahir rendah.2

Hiperemesis gravidarum (HEG) dapat menyebabkan komplikasi bahkan

kematian pada ibu dan janin jika tidak tertangani dengan baik. Mual dan

muntah secara terus menerus, mengakibatkan turunnya berat badan hingga

lebih dari 5% berat sebelum hamil, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit

dapat menyebabkan komplikasi maternal seperti kerusakan hati dan ginjal,

robekan pada esofagus, pneumothoraks, neuropati perifer, ensefalopati

Wernicke, dan kematian. Pada janin dengan ibu yang menderita hiperemesis

gravidarum berkepanjangan dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat

bahkan kematian. Perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum dan

kenaikan berat badan dalam kehamilan yang kurang (<7 kg) memiliki risiko

yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, kecil

untuk masa kehamilan, prematur, dan nilai Appearance, Pulse, Grimace,

Activity, Respiration (APGAR) lima menit kurang dari tujuh. 2

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian

tentang hubungan hiperemesis gravidarum terhadap penurunan berat badan

dan lingkar lengan atas pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kemiling,

Puskesmas Sukabumi dan Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung tahun

2015

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini “Adakah hubungan hiperemesis gravidarum terhadap penurunan

berat badan dan lingkar lengan atas pada ibu hamil di wilayah kerja

Page 5: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

5

Puskesmas Kemiling, Puskesmas Sukabumi dan Puskesmas Kota Karang

Bandar Lampung tahun 2015?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan hiperemesis gravidarum dengan

penurunan berat badan dan lingkar lengan atas pada ibu hamil di

wilayah kerja Puskesmas Kemiling, Puskesmas Sukabumi dan

Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung tahun 2015

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi penurunan berat badan pada

ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kemiling, Puskesmas

Sukabumi dan Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung tahun

2015

2. Untuk mencari hubungan hiperemesis gravidarum dengan

penurunan berat badan ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas

Kemiling, Puskesmas Sukabumi dan Puskesmas Kota Karang

Bandar Lampung tahun 2015

3. Untuk mencari hubungan hiperemesis gravidarum dengan

perubahan lingkar lengan atas pada ibu hamil di wilayah kerja

Puskesmas Kemiling, Puskesmas Sukabumi dan Puskesmas Kota

Karang Bandar Lampung tahun 2015

Page 6: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

6

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Responden

Sebagai pengalaman untuk menambah wawasan dan meningkatkan

pengalaman ibu hamil tentang hiperemesis gravidarum terhadap

penurunan berat badan.

2. Bagi Peneliti

Merupakan pengalaman dalaman rangkan menambah wawasan

pengetahuan serta pengembangan diri, khususnya dalam bidang penelitian

lapangan

3. Bagi Tempat Penelitian

Sebagai masukan bagi tenaga medis dan paramedis dalam meningkatkan

mutu pelayanan Kesehatan khususnya tentang hubungan hiperemesis

terhadap penurunan berat badan dan lingkar lengan atas

4. Bagi Pendidikan

Dapat dijadikan sebagai referensi atau sumber informasi untuk melakukan

penelitian selanjutnya dan bahan bacaan bagi mahasiswa

Page 7: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

7

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hiperemesis Gravidarum

2.1.1 Definisi

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan

sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi

buruk.3 Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan

sehingga menimbulkan gangguan aktifitas sehari-hari dan bahkan

membahayakan hidupnya.4

Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan

diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang,

diuresis berkurang, dan timbul asetonuria, keadaan ini disebut

hiperemesis gravidarum.5 Hiperemesis gravidarum adalah vomitus

yang berlebihan atau tidak terkendali selama masa hamil, yang

mengganggu keseimbangan tubuh sehingga dapat menyebabkan

dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atau defisiensi nutrisi, dan

kehilangan berat badan. Hiperemesis gravidarum juga merupakan

suatu keadaan (biasanya pada hamil muda) dimana penderita

mengalami mual-muntah yang berlebihan, sedemikian rupa sehingga

mengganggu aktivitas dan kesehatan penderita secara keseluruhan.5

Berdasarkan berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

hiperemesis gravidarum merupakan kejadian pada ibu hamil yang

disertai dengan gejala mual dan muntah berlebih pada trimester I yang

Page 8: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

8

dapat mempengaruhi ibu dan janin apabila tidak ditangani dengan

cepat. 5

2.1.2 Prevalensi dan Epidemiologi

Hiperemesis gravidarum terjadi di seluruh dunia dengan angka

kejadian yang beragam mulai dari 1-3% di Indonesia, 0,3% di Swedia,

0,5% di kalifornia, 0,8% di kanada, 10,8% di Cina, 0,9% di Norwegia,

2,2% di Pakistan, dan 1,9% di Turki. Literatur juga menyebutkan

bahwa perbandingan insidensi hiperemesis gravidarum secara umum

4:1000 kehamilan. Dari data yang ada tersebut menegaskan bahwa

hiperemesis gravidarum merupakan suatu penyakit yang jarang terjadi.

Mual dan muntah pada kehamilan adalah peristiwa normal yang dapat

berubah menjadi suatu penyakit yang lebih serius yaitu hiperemesis

gravidarum, hiperemesis gravidarum ini banyak terjadi pada orang

Asia dibandingkan orang Amerika atau Eropa. 5

Beberapa faktor risiko penyakit hiperemesis gravidarum antara lain

adalah usia ibu, usia gestasi, jumlah grvida, tingkat sosial dan

ekonomi, kehamilan ganda, kehamilan mola, kondisi psikologis ibu

dan adanya infeksi H.pilory. usia ibu merupakan faktor risiko dari

hiperemesis gravidarum yang berhubungan dengan kondisi psikologis

ibu hamil. Literatur menyebutkan bahwa ibu dengan usia kurang dari

20 tahun atau lebih dari 35 tahun lebih sering mengalami hiperemesis

gravidarum. Usia gestasi atau usia kehamilan juga merupakan faktor

risiko hiperemesis gravidarum, hal tersebut berhubungan dengan kadar

korionik gonadotropin, esterogen, dan progesteron didalam darah ibu.

Page 9: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

9

Kadar hormon korionik gonadotropin merupakan salah satu etiologi

yang dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum.6

Kadar hormon gonadotropin dalam darah mencapai puncaknya

pada trimester pertama, tepatnya sekitar 14-16 minggu oleh karena itu,

mual dan muntah lebih sering terjadi pada trimester pertama. Faktor

risiko lain adalah jumlah gravida. Hal tersebut berhubungan dengan

kondisi psikologis ibu hamil dimana ibu hamil yang baru pertama kali

hamil akan mengalami stress yang lebih besardari ibu yang sudah

pernah melahirkan dan dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum,

ibu primigravida juga belum mampu beradaptasi terhadap perubahan

korionik gonadotropin, hal tersebut menyebabkan ibu yang baru

pertama kali hamil lebih sering mengalami hiperemesis gravidarum.

Pekerjaan juga merupakan faktor risiko penyakit hiperemesis

gravidarum. Pekerjaan berhubungan dengan kondisi sosial ekonomi

yang juga mempengaruhi pola makan, aktifitas dan stress pada ibu

hamil. 6

2.1.3 Etiologi

Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti.

Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga

tidak ditemukan kelainan biokimia. Perubahan–perubahan anatomik

pada otak, jantung, hati dan susunan saraf, disebabkan oleh

kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisi.7

Page 10: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

10

Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh

beberapa penulis sebagai berikut: 7

2.1.3.1 Faktor Predisposisi

1. Gravida

Faktor presdisposisi yang sering ditemukan sebagai

penyebab hiperemesis gravidarum adalah pada

primigravida, gravida berkaitan dengan kehamilan atau

wanita hamil, gravida adalah jumlah kehamilan (lengkap

atau tidak lengkap) yang  dialami oleh seorang perempuan,

gravida diikuti oleh angka romawi atau diawali dengan

bahasa latin (Primi, multi) yang menunjukkan jumlah

kehamilan.

Primigravida adalah seorang wanita yang baru pertama

kali hamil, sedangkan multigravida adalah seorang wanita

yang telah beberapa kali hamil. Sekitar 60-80%

primigravida dan 40-60% multigravida mengalami mual

dan muntah, namun gejala ini menjadi lebih berat hanya

pada 1 dari 1.000 kehamilan, walaupun kebanyakan kasus

ringan dan dengan seiring waktu, satu dari setiap 1000

wanita hamil akan menjalani rawat inap, kondisi ini sering

terjadi pada wanita primigravida dan cenderung terjadi lagi

pada kehamilan berikutnya.

Kejadian hiperemesis gravidarum lebih sering dialami

oleh primigravida dari pada multigravida, hal ini

Page 11: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

11

berhubungan dengan tingkat kestresan dan usia ibu saat

mengalami kehamilan pertama, Pada ibu primigravida

faktor psikologik memegang peranan penting pada penyakit

ini, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap

tanggung jawab sebagai seorang ibu dapat menyebabkan

konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah

sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi

hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.

Ibu primigravida belum mampu beradaptasi terhadap

hormon estrogen dan khorionik gonadotropin. Peningkatan

hormon ini membuat kadar asam lambung meningkat,

hingga muncullah keluhan rasa mual. Keluhan ini biasanya

muncul di pagi hari saat perut ibu dalam keadaan kosong

dan terjadi peningkatan asam lambung

2. Overdistensi Rahim

Hidramnion, kehamilan ganda, estrogen dan HEG

tinggi, mola hidatidosa. Faktor predisposisi yang sering

dikemukakan adalah pada mola hidatiodosa dan kehamilan

ganda. Mola hidatidosa adalah penyakit yang berasal dari

jaringan trofoblast yang bersifat jinak dimana pertumbuhan

atau proliferasi sel-sel trofoblast yangberlebihan dengan

stroma mengalami degenerasi hidropik, villi khorialis

tumbuh berganda berbentuk gelembung kecil berisi berisi

cairan jernih (asam amino, mineral) menyerupai buah

Page 12: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

12

anggur sehingga penderita sering dikatakan hamil

anggur.

Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan

kehamilan ganda memimbulkan dugaan bahwa faktor

hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan

tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk

berlebihan

2.1.3.2 Faktor Organik

Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal,

derubahan metabolik akibat hamil, resistensi yang menurun

dari pihak ibu dan alerg. Pada kehamilan, diduga terjadi infasi

jaringan vili korialis yang masuk ke dalam peredaran darah ibu,

maka faktor alergi dianggap dapat menyebabkan kejadiaan

hiperemesis gravidarum. 8

2.1.3.3 Faktor Psikologis

Rumah tangga yang retak, hamil yang tidak diinginkan,

takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap

tanggung jawab sebagai dan kehilangan pekerjaan Ibu yang

sedang mengalami kehamilan, dituntut tidak hanya harus siap

secara fisik, tetapi juga harus siap secara mental. Hal inilah

yang diperhatikan ibu hamil yang lebih siap dalam menghadapi

perubahan fisik, tetapi tidak siap secara mental. 8

Page 13: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

13

Perubahan secara fisik pada ibu hamil memang mudah

ditebak dan umum terjadi pada setiap ibu yang sedang

mengalami kehamilan, seperti perubahan bentuk tubuh dengan

badan yang semakin besar, munculnya jerawat diwajah atau

kulit muka yang mengelupas. Namun perubahan secara mental

pada ibu hamil sangat susah ditebak dan tidak selalu sama

terjadinya pada setiap ibu hamil ataupun pada setiap kehamilan

dengan hadirnya janin di dalam rahim, maka hal itu akan

mempengaruhi emosi si ibu. Apabila pengaruh emosi ibu tidak

didukung oleh lingkungan keluarga yang harmonis atau pun

lingkungan tempat tinggal maka hal ini akan mengakibatkan

stres pada ibu hamil. 8

Stres pada ibu hamil pasti akan memberikan akibat pada

janin yang dikandungnya karena posisi janin yang berada

didalam rahim merespon apa yang sedang dialami oleh ibu.

Berdasarkan penelitian ini, ibu hamil yang merasakan stres

akan meningkatkan resiko melahirkan bayi prenatur dan bayi

yang lebih kecil. Bahkan bahaya stres pada ibu hamil dapat

mengakibatkan janin keguguran. 8

Kondisi psikologis ibu berpengaruh terhadap terjadinya

hiperemesis gravidarum pada awal kehamilan. Rumah tangga

yang retak, kehilangan pekerjaan, takut akan kehamilan dan

persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu dapat

menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual

Page 14: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

14

dan muntah sehingga ekspresi tidak sadar terhadap keengganan

menjadi hamil rentang sebagai pelarian kesukaran hidup. 8

2.1.3.4 Faktor Endokrin

Penyebab hiperemesis gravidarum lainnya dapat dilihat dari

riwayat penyakit ibu seperti hipertiroid, diabetes dan lain-lain,.

Hipertiroid pada kehamilan (morbus basodowi) adalah

hiperfungsi kelenjar tiroid ditandai dengan naiknya metabolism

basal 15-20%, kadangkala diserta pembesaran ringan kelenjar

tiroid. Penderita hipertiroid biasanya mengalami gangguan haid

ataupun kemandulan. Kadang juga terjadi kehamilan atau

timbul penyakit baru, timbul dalam masa kehamilan seperti

hiperemesis gravidarum.

2.1.3.5 Faktor Pendukung

1. Usia Ibu

Usia ibu mempunyai pengaruh yang erat dengan

perkembangan alat reproduksi. Hal ini berkaitan dengan

keadaan fisiknya dari organ tubuh ibu di dalam menerima

kehadiran dan mendukung perkembangan janin. Seorang

wanita memasuki usia perkawinan atau mengakhiri fase

tertentu dalam kehidupannya yaitu usia repoduksi. 8

Page 15: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

15

Penggolongan usia terdiri dari:

(1) Usia <20 tahun

Ibu hamil berusia kurang dari 20 tahun lebih rentan

terhadap melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

atau bayi prematur, pre eklamsi, perdarahan, gangguan

perkembangan janin, dan keguguran. Hal ini

dikarenakan pada usia ini rahim dan panggul ibu belum

berkembang dengan baik dan relatif masih kecil, secara

biologis sudah siap tetapi psikologis belum matang

serta di usia ini kesadaran ibu akan kesehatan

reproduksi dan gizinya masih belum tinggu sehingga

memiliki faktor resiko terganggunya kehamilan ibu.

(2) Usia 20-35 tahun

Pada usia ini secara biologis dan psikologis Ibu sudah

matang. sehingga usia 20-35 tahun merupakan usia

ideal untuk ibu hamil.

(3) Usia >35 tahun

Pada usia ini kemungkinan terjadi masalah kesehatan

seperti hipertensi, diabetes mellitus, anemis, saat

persalinan terjadi persalinan lama, perdarahan dan

risiko cacat bawaan dan BBLR. Hal ini karena sudah

menurunnya fungsi reproduksi Ibu, sehingga terjadi

gangguan dalam kehamilannya.

Page 16: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

16

Umur ibu mempunyai pengaruh yang erat dengan

reproduksi wanita. Usia reproduksi yang ideal bagi wanita

untuk hamil dan melahirkan adalah 20-35 tahun, keadaan

ini disebabkan karena pada usia kurang dari 20 tahun rahim

dan panggul ibu belum berkembang dengan baik dan belum

cukup dewasa untuk menjadi ibu. Pada usia 35 tahun ke

atas elastisitas otot-otot panggul dan sekitarnya serta alat-

alat reproduksi pada umumnya telah mengalami

kemunduran sehingga dapat mempersulit persalinan dan

selanjutnya dapat menyebabkan kematian pada ibu. 8

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ridwan

dan Wahidudin umur reproduksi yang sehat dan aman

adalah usia 20-35 tahun. kehamilan di usia kurang 20 tahun

dan di atas 35 tahun dapat menyebabkan hiperemesis

karena pada kehamilan di usia kurang 20 secara biologis

belum optimal emosinya, cenderung labil, mentalnya belum

matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang

mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan

kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilanya. Pada usia 35

tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya

tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa

di usia ini. 8

Hiperemesis gravidarum di bawah usia 20 tahun lebih

disebabkan oleh karena belum cukupnya kematangan fisik,

Page 17: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

17

mental dan fungsi sosial dari calon ibu tentu menimbulkan

keraguan jasmani cinta kasih serta perawatan dan asuhan

bagi anak yang akan di lahirkannya. Hal ini mempengaruhi

emosi ibu sehingga terjadi konflik mental yang membuat

ibu kurang nafsu makan. Bila ini terjadi maka bisa

mengakibatkan iritasi lambung yang dapat memberi reaksi

pada impuls motorik untuk memberi rangsangan pada pusat

muntah melalui saraf otak kesaluran cerna bagian atas dan

melalui saraf spinal ke diafragma dan otot abdomen

sehingga terjadi muntah. 8

2. Usia Kehamilan

Usia kehamilan adalah lamanya ibu hamil terhitung

mulai dari hari per-tama haid terakhir yang di hitung dalam

minggu yang tercantum dalam status ibu. Perasaan mual

adalah akibat dari meningkatnya hormon estrogen oleh

karena keluhan ini lebih sering terjadi pada trimester

pertama dan berlanjut sampai trimester ke dua. 8

Mual dan muntah biasanya di mulai pada minggu 9-10

puncaknya terjadi pada minggu 12-14 dan biasanya

berakhir pada minggu 12-14, dan hanya 1-10% kehamilan

kejadian Hiperemesis gravidarum berlanjut sampai minggu

20-22. Mual dan muntah selama kehamilan biasanya

disebabkan oleh perubahan dalam sistem endoktrin yang

terjadi selama kehamilan, terutama disebabkan oleh

Page 18: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

18

tinginya fluktuasi kadar heg (human chorionic

gonadotrophin), khususnya karena periode mual dan

muntah gestasional yang paling umum adalah pada usia 12-

16 minggu pertama, yang pada saat itu, heg mencapai kadar

tertingginya. Mual dan muntah merupakan mata rantai

panjang yang dikendalikan oleh keseimbangan antara

dopamin, serotonin, histamin dan asetilkolin. Menurunnya

serotonin dalam darah dapat meningkatkan terjadinya mual

dan muntah. Kejadian Hiperemesis gravidarum berlangsung

sejak usia kehamilan 9-10 minggu. Kejadian ini makin

berkurang dan selanjutnya diharapkan berakhir pada usia

kehamilan 12-14 minggu. Sebagian kecil berlanjut sampai

usia kehamilan 20-24 minggu. 8 

2.1.4 Patofisiologi

Ada yang meyatakan bahwa, perasaan mual akibat dari

menigkatnya kadar esterogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada

trimester pertama. Pengaruh psikologik hormon esterogen ini tidak

jelas, mugkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya

pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita

hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung

berbulan bulan. Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi

mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat

menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan

alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala ini hanya terjadi

Page 19: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

19

pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor

utama, disamping faktor hormonal. 6

Wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik

dengan gejala tak suka makan dan mual, akan mengalami emesis

gravidarum yang berat. Hiperemesis gravidarum ini dapat

mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk

keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah

ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik

dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan

kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, seingga

cairan ektraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida darah

turun,demikian pula klorida air kemih. Selain itu dehidrasi

menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan

berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat metabolik yang toksik.

Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya

ekskresi lewat ginjal, bertambahnya frekuensi muntah-muntah yang

lebih banyak dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang

sulit dipatahkan .6

2.1.5 Tanda dan Gejala Klinis

Berdasarkan berat ringannya gejala dapat dibagi kedalam 3

tingkatan.6

1. Tingkat I (Ringan)

Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum

penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan

Page 20: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

20

menurun dan merasa nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat

sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit

mengurang, lidah mengering dan mata cekung. 6

2. Tingkat II (Sedang)

Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih

mengurang, lidah mengering dan tampak kotor, nadi kecil dan

cepat, suhu kadang kadang naik dan mata sedikit ikterik. Berat

badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun, oliguria dan

konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena

mempunyai aroma yangkhas dan dapat ditemukan dalam kencing. 6

3. Tingkat III (berat)

Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran

menurun dari somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu

meingkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal terjadi pada susuan

saraf yang dikenal sebagai ensefalopati wernicke, dengan gejala

nistagmus, diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini adalah

akibat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks.

Timbulnya ikterus menunjukan adanya payah hati.6

2.1.6 Komplikasi

Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan

muntah pada hamil muda bila terjadi terus menerus dapat

menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan

alkalosis hipokloremik. 6

Page 21: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

21

1. Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan

karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi.

Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis

dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan

aseton dalam darah

2. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah

menyebabkan dehidrasi sehingga ekstraseluler dan plasma

berkurang. Natrium dan khlorida darah dan khlorida air kemih

turun. Selain itu juga dapat menyebabkan hemokonsentrasi

sehingga aliran darah ke jaringan berkurang

3. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya

ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi muntah-muntah lebih

banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit

dipatahkan

4. Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat

terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (sindrom

Mallory-Weiss) dengan akibat perdarahan gastro intestinal.7

Dampak yang seringkali terjadi pada hiperemesis gravidarum

adalah persalinan dengan BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah). Menurut

WHO, 17% dari 25 juta persalinan per tahun adalah BBLR yang salah

satunya disebabkan oleh hiperemesis gravidarum. Terdapat 48% kasus

hiperemesis gravidarum diakhiri dengan persalinan dengan BBLR.

Dampak tidak langsung hiperemis gravidarum adalah perdarahan

Page 22: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

22

akibat anemia dan kurang gizi sebesar 21% dan persalinan dengan

tindakan yaitu sebesar 19, 2%.8

Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan

karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena

oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan

tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton

dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan

karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler

dan plasma berkurang. Narium dan klorida darah turun, demikian pula

klorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi,

sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan

jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan mengurang pula dan

tertimbunnya zat metabolik yang toksik.9

2.1.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hiperemesis gravidarum sangat beragam

tergantung dari beratnya gejala yang terjadi. Penatalaksanaan dini

dapat berpengaruh baik ada pasien. Ketika menatalaksanai ibu dengan

hiperemesis gravidarum, pencegahan koreksi kekurangan nutrisi adalah

prioritas utama agar ibu dan bayi tetap dalam keadaan sehat. Pasien

dapat dirawat karena mual dan muntah yang berlebihan disertai koreksi

untuk gangguan elektrolit dan cairan. Pemberian nutrisi oral (melalui

mulut) dapat diberikan pada pasien secara perlahan-lahan, dimulai

dengan makanan cair, kemudian meningkat menjadi makanan padat

dalam porsi kecil yang kaya akan karbohidrat. Saran-saran yang

Page 23: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

23

diberikan pada ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum

adalah.10

a. Menyarankan ibu hamil utuk megubah pola makan menjadi lebih

sering dengan porsi kecil

b. Menganjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dan teh hangat

dan menghindari makanan berminyak serta berbau lemak

c. Jika dengan cara di atas tidak ada perbaikan maka ibu hamil

tersebut diberi obat penenang, vitamin B1 dan B6, dan anti muntah

d. Perawatan di rumah sakit bila keadaan semakin memburuk

e. Cairan infus yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein. Bila

perlu ditambahkan vitamin B kompleks, vitamin C, dan kalium

f. Terapi psikologis apabila penanganan dengan pemberian obat dan

nutrisi yang adekuat tidak memberikan respon. 11

2.2 Berat Badan

2.2.1 Definisi Berat Badan

Berat badan adalah ukuran yang lazim atau sering dipakai untuk

menilai keadaan suatu gizi manusia. Surono mengatakan bahwa berat

badan adalah ukuran tubuh dalam sisi beratnya sering ditimbang dalam

keadaan berpakaian minimal tanpa perlengkapan apapun.7

Berat badan selama hamil dapat digunakan sebagai tanda apakah

ada sesuatu yang salah dengan kondisi ibu hamil atau ibu hamil baik-

baik saja. Berat badan bayi yang bertambah pada masa kehamilan

karena tumbuh, perkembangan sistem placenta yang sehat, cairan

ketuban, dan persediaan darah yang meningkat untuk memberikan

Page 24: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

24

nutrisi dan melindungi bayi, dan persiapan dilakukan untuk masa

laktasi.12

Tabel 1 Kenaikan Berat Badan Dan Perinciannya (Semua Berat Badan Adalah Perkiraan). 12

BayiPlasentaCairan ketubanPembesaranJaringan buah dada ibuVolume darah ibuCairan pada jaringan ibuLemak ibu

3,37 kg0,67 kg0,78 kg0,90 kg0,45 kg1,23 kg1,35 kg3,15 kg

Total Rata-rata 11,9 kgSumber: Rustam Mochtar

Berat badan ibu hamil harus memadai, bertambah sesuai

dengan umur kehamilan, Ibu hamil dengan Pertambahan berat badan

normal akan melahirkan bayi dengan berat badan normal juga. Dalam

3 bulan pertama, berat badan ibu hamil akan naik sampai 2 kg.

Kemudian dinilai normal apabila setiap mingggu berat badan naik

0,5 kg. Pada kehamilan tua, rata-rata kenaikan berat badan ibu akan

mencapai 12 kg. Jika kenaikan berat badan lebih dari normal, dapat

menimbulkan komplikasi keracunan kehamilan (pre-eklampsia),

ataupun anak terlalu besar sehingga menimbulkan kesulitan

persalinan. Sebaliknya, jika kenaikan berat badan ibu hamil kurang

dari normal, kemungkinan ibu beresiko keguguran, anak lahir

prematur, berat badan lahir rendah, gangguan kekuatan rahim saat

mengeluarkan anak, dan pendarahan sehabis persalinan. Anak yang

dilahirkan juga berukuran lebih kecil dari rata-rata bayi seusianya. 12

Page 25: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

25

2.2.2 Pengukuran Berat Badan

BMI atau Body Mass Index seseorang, diukur berdasarkan berat

dan tinggi badan. Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui apakah

berat badan seseorang underweight (di bawah normal), normal,

overweight (di atas normal), atau obesitas (jauh di atas normal). BMI

tidak diukur berdasarkan jenis kelamin ataupun usia. BMI juga tidak

bisa dihitung jika orang tersebut dalam keadaan hamil, pada

olahragawan dan anak-anak, karena mereka masih dalam tahap tumbuh

kembang. 14

Rumus perhitungan BMI adalah:

Menurut Guyton jika hasil perhitungannya dibawah 17, orang

tersebut dikatakan underweight, jika angkanya diantara 18 hingga 21,

maka indeks massa tubuhnya normal, jika angkanya di atas 25, orang

tersebut overweight, dan jika di atas 29 artinya orang tersebut sudah

mengalami obesitas.14

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berat Badan Ibu Hamil

Kenaikan berat badan semasa kehamilan dipengaruhi oleh

beberapa faktor, antara lain:15

1. Cairan Ketuban

Puncak volume air ketuban biasanya pada usia kehamilan

36-38 minggu. Cairan ketuban dikatakan kurang bila volumenya

di bawah 500 cc. Kekurangan (oligohidramion) atau kelebihan

Berat Badan = Tinggi Badan

1002

Page 26: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

26

cairan ketuban (polihidramion) dapat dijadikan indikator terjadinya

sesuatu pada janinnya; apakah karena saluran cerna, kelainan tulang

belakang dan lainnya. Adanya ketidak normalan air ketuban

ini baru terjadi setelah usia kehamilan 22 minggu atau sekitar 5

bulan.

2. Pembesaran Organ-Organ

Ukuran Ketebalan dinding rahim normal 1,25 cm,

panjangnya 7,5 cm dengan lebar 5 cm, berat sekitar 50-80 gram.

Sementara itu rahim ibu hamil ketebalan dindingnya sekitar 1,5 cm,

berat 900-1000 gram, panjangnya 35 cm.

3. Peningkatan Jumlah Cairan Tubuh

Air merupakan komponen utama peningkatan berat badan

selama kehamilan. Jumlah air yang teretensi pada kehamilan aterm

(cukup bulan) dapat mencapai sekitar 6,5 liter. Setelah persalinan

(nifas) akan terjadi penurunan berat badan sampai 2.300 gram

dalam 10 hari. Penurunan berat badan ini tergantung 3 hal: jumlah

cairan yang teretensi selama kehamilan, dehidrasi selama proses

persalinan, dan kehilangan darah selama proses persalinan.

4. Adanya Perubahan Metabolisme Selama Kehamilan

Terjadi peningkatan metabolisme sebesar 30% dibanding

perempuan tidak hamil, yang diperlukan untuk peprtumbuhan dan

perkembangan uterus dan janin.

5. Bertambahnya Volume Sel Darah

Mulai usia kehamilan 10 minggu, volume sel darah meningkat

Page 27: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

27

sampai maksimal 30% pada usia kehamilan 30-32 minggu.

Kemudian volume relatif stabil sampai kehamilan cukup bulan

(38-40 minggu) Selain itu, terjadi pula peningkatan volume

plasma (cairan darah), selama kehamilan hingga dapat

mencapai maksimal sekitar 40%. Total peningkatan volume

plasma dapat mencapai 1,3 liter.

2.2.4 Faktor-faktor Pendukung Terjadinya Perubahan Berat Badan ibu hamil

Kenaikan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan

dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang terpenting keadaan gizi ibu

hamil dan makanan ibu selama berlangsung kehamilan. Berat badan

hamil dan makanan ibu selama berlangsung kehamilan. BB sebelum

hamil dan perubahan BB selama kehamilan berlangsung merupakan

parameter klinik yang penting untuk memprediksi berat badan lahir

bayi. Wanita dengan berat badan rendah sebelum hamil, atau kenaikan

berat badan rendah sebelum hamil, atau kenaikan berat badan tidak

cukup banyak pada saat hamil cenderung melahirkan bayi BBLR.

Kenaikan berat badan yang dianggap baik untuk orang Indonesia

adalah 9 kg. kenaikan berat badan ibu tidak sama, tetapi pada

umumnya kenaikan berat badan tertinggi adalah pada umur kehamilan

16-20 minggu, dan kenaikan yang paling rendah pada 10 minggu

pertama kehamilan.19

Adapun faktor-faktor pendukung yang mempengaruhi perubahan

berat badan diantaranya adalah:19

Page 28: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

28

1. Status Gizi Ibu Hamil

Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat

mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Selain itu

gizi ibu hamil menentukan berat bayi yang dilahirkan, maka

pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan. Sebagai

ukuran sekaligus pengawasan bagi kecukupan gizi ibu hamil bisa di

lihat dari kenaikan berat badannya. Ibu yang kurus dan selama

kehamilan disertai penambahan berat badan yang rendah atau turun

sampai 10 kg, mempunyai resiko paling tinggi untuk melahirkan

bayi dengan BBLR. Sehingga ibu hamil harus mengalami kenaikan

berat badan berkisar 11-12,5 Kg atau 20% dari berat badan sebelum

hamil.

2. Pemeriksaan Kehamilan

Pemeriksaan kehamilan adalah pemeriksaan yang dilakukan

untuk memeriksakan kehamilan ibu dan janin secara berkala, yang

diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang

ditemukan. Tujuannya adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat

melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan

selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat. Pemeriksaan antenatal

dilakukan oleh dokter umum, bidan, perawat bidan dan dukun

terlatih. Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal dan

mengidentifikasi masalah yang timbul selama kehamilan, sehingga

kesehatan selama ibu hamil dapat terpelihara dan yang terpenting ibu

Page 29: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

29

dan bayi dalam kandungan akan baik dan sehat sampai saat

persalinan. Pemeriksaan kehamilan dilakukan agar kita dapat segera

mengetahui apabila terjadi gangguan/kelainan pada ibu hamil dan

bayi yang dikandung, sehingga dapat segera ditolong tenaga

kesehatan. Walaupun pelayanan antenatal care selengkapnya

mencakup banyak hal yang meliputi anamnese, pemeriksaan fisik

(umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium atas indikasi serta

intervensi dasar dan khusus (sesuai resiko yang ada), namun dalam

penerapan operasional dikenakan standar minimal 7 T.

3. Penyakit Saat Kehamilan

Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi berat

bayi lahir diantaranya adalah Diabetes mellitus (DM), cacar air, dan

penyakit infeksi TORCH. Penyakit DM adalah suatu penyakit

dimana badan tidak sanggup menggunakan gula sebagaimana

mestinya, penyebabnya adalah pankreas tidak cukup produksi

insulin/tidak dapat digunakan insulin yang ada. Akibat dari DM ini

banyak macamnya diantaranya adalah bagi ibu hamil bisa

mengalami keguguran, bayi lahir mati, bayi mati setelah lahir

(kematian perinatal) karena bayi yang dilahirkan terlalu besar,

menderita edem dan kelainan pada alat tubuh bayi.

4. Sosial Ekonomi

Faktor ekonomi dan sosial meliputi jenis pekerjaan, tingkat

pendidikan dan pengetahuan ibu hamil, kebersihan dan kesehatan

lingkungan serta ketinggian tempat tinggal serta penggunaan Sarana

Page 30: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

30

Kesehatan yang berhubungan frekuensi pemeriksaan kehamilan atau

antenatal care (ANC).

2.3 Lingkar Lengan Atas (LLA)

Penilaian status gizi dapat dilaksanakan secara langsung dengan

antropometri yaitu dengan menggunakan LLA.20

2.3.1 Pengertian

Pengukuran LLA adalah suatu cara untuk mengetahui resiko

kekurangan energi protein (KEP) wanita usia subur (WUS).

Pengukuran LLA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan

status gizi dalam jangka pendek. Pengukuran LLA digunakan karena

pengukuran sangat mudah dan dapat dilakukan siapa saja. 20

2.3.2 Tujuan

Beberapa tujuan pengukuran LLA adalah mencakup masalah WUS

baik ibu hamil maupun calon ibu, masyarakat umum dan peran

petugas lintas sektoral. Adapun tujuan tersebut adalah :

1. Mengetahui resiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu,

untuk menapis wanita yang mempunyai resiko melahirkan

bayi berat lahir rendah (BBLR).

2. Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih

berperan dalam pencegahan dan penanggulangan KEK.

3. Mengembangkan gagasan baru di kalangan masyarakat dengan

tujuan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.

4. Meningkatkan peran petugas lintas sektoral dalam upaya

Page 31: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

31

perbaikan gizi WUS yang menderita KEK.

5. Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran

WUS yang menderita KEK. 20

2.3.3 Ambang Batas

Di Indonesia batas ambang LLA dengan resiko KEK adalah 23,5

cm hal ini berarti ibu hamil dengan resiko KEK diperkirakan akan

melahirkan bayi BBLR. Bila bayi lahir dengan Berat Badan

Lahir Rendah (BBLR) akan mempunyai resiko kematian, gizi

kurang, gangguan pertumbuhan, dan gangguan perkembangan anak.

Untuk mencegah resiko KEK pada ibu hamil sebelum kehamilan

wanita usia subur sudah harus mempunyai gizi yang baik,misalnya

dengan LILA tidak kurang dari 23,5 cm. apabila LILA ibu

sebelum hamil kurang dari angka tersebut, sebaiknya kehamilan

ditunda sehingga tidak beresiko melahirkan BBLR.20

Bila LILA < 23,5 cm berarti ibu tersebut mengalami KEK atau

status gizi kurang, demikian pula pada ibu dengan anemia. Ibu

dengan LILA < 23,5 cm adalah ibu yang beresiko positif

melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah dan ibu dengan

LLA > 23,5 cm adalah ibu yang beresiko negatif melahirkan bayi

dengan berat badan lahir rendah. 21

2.3.4 Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui empat cara yaitu

secara klinis, biokimia, biofisik, dan antropometri, yaitu sebagai

Page 32: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

32

berikut: 21

1) Penilaian secara klinis

Penelitian status gizi secara klinis sangat penting untuk

menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas

perubahan- perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan

ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel

(superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan

mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan

permukaan tubuh seperti kelenjar tiroi. Penggunaan metode ini

umumnya untuk survey klinis secara cepat (rapid clinical

surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat

tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih

zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat

status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu

tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit. 21

2) Penilaian secara biokimia

Penilaian status gizi secara biokimia dilapangan banyak

menghadapi masalah. Salah satu ukuran yang sangat sederhana

dan sering digunakan adalah pemeriksaan haemoglobin sebagai

indeks dari anemia gizi. Disamping itu juga digunakan untuk

suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan

malnutrisi yang lebih parah lagi, banyak gejala klinis yang

kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak

menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik. 21

Page 33: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

33

3) Penilaian secara biofasik

Penentuan status gizi secara biofasik adalah metode penentuan

status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya

jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya

dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja

epidemik (epidemic of night blindness), cara yang digunakan tes

adaptasi gelap. 21

4) Penilaian secara antropometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia.

Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi

berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh

dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dantingkat gizi.

Atas dasar- dasarini ukuran-ukuran antropometri diakui sebagai

indeks yang baik dan dapat diandalkan bagi penentuan status

gizi untuk Negara-negara berkembang. Indikator yang sering

digunakan khususnya untuk penentuan status gizi ibu hamil

dipelayanan dasar adalah berat badan, tinggi badan, lingkar

lengan atas (LLA). 21

2.3.5 Tindak Lanjut Pengukuran LLA

Hasil pengukuran LLA ada dua kemungkinan yaitu kurang

dari 23,5 cm dan lebih dari 23,5 cm. Apabila hasil pengukuran < 23,5

cm berarti resiko KEK dan anjuran atau tindakan yang perlu

dilakukan adalah dengan makan cukup dengan pedoman umum gizi

seimbang, hidup dehat, tunda kehamilan, bila hamil segera

Page 34: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

34

dirujuk sedini mungkin. Apabila hasil pengukuran > 23,5 cm

maka anjuran yang diberikan adalah pertahankan kondisi

kesehatan, hidup sehat, bila hamil periksa kehamilan kepada

petugas kesehatan.

Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan

janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan

bayi dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik,

system reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada

gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan

melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan

kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi

kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas

yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi ibu menderita

anemia. 22

2.4 Hubungan Hiperemesis Gravidarum Dengan Penurunan Berat Badan dan Lingkar Lengan Atas Pada Ibu Hamil

Pengaruh mual dan muntah yang berlebihan disebut Hiperemesis

Gravidarum akan berpengaruh pada ibu yaitu penurunan berat badan lebih

dari 5% dari berat badan sebelum hamil, dehidrasi dan produksi keton

defisiensi zat-zat makanan, ketidak seimbangan metabolisme, kesukaan

beraktivitas pengaruh terhadap janin prematuris, BBLR, dan malformasi

susunan saraf. Mengingat bahaya Hiperemesis Gravidarum yang cukup

banyak dan tidak diperhatikan oleh ibu hamil karena dianggap sebagai hal

Page 35: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

35

yang wajar pada kehamilan muda dan tanpa disadari komplikasi tersebut

dapat mempengaruhi status kesehatan ibu dan janin.23

Pada trimester II dan III kebutuhan janin terhadap zat-zat status gizi

semakin meningkat jika tidak terpenuhi, plasenta akan kekurangan zat

makanan sehingga akan mengurangi kemampuannya dalam mensintesis zat-

zat yang dibutuhkan oleh janin. Untuk mengetahui status gizi ibu hamil

tersebut, dapat menggunakan beberapa cara antara lain: dengan memantau

pertambahan berat badan selama hamil, mengukur lingkar lengan atas (LLA)

dan mengukur kadar hemoglobin. Selain itu gizi ibu hamil menentukan berat

bayi yang dilahirkan, maka pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting

dilakukan. Pengukuran antropometri merupakan salah satu cara untuk

menilai status gizi ibu hamil. Ukuran antropometri ibu hamil yang

paling sering digunakan adalah kenaikan berat badan ibu hamil dan ukuran

lingkar lengan atas (LLA) selama kehamilan.23

Dampak mual dan muntah berlebihan atau hiperemesis gravidarum

dapat berdampak bagi ibu hamil yang nantinya akan malas untuk makan

keadaan inilah yang dapat berakibat ibu hamil dehidrasi, penurunan berat

badan dan kurangnya asupan nutrisi (menurunnya ukuran LLA) pada ibu

hamil tersebut dan dampak mual dan muntah berlebihan atau hiperemisis

gravidarum juga dapat berdampak bagi janin yang dikandungnya, karena ibu

hamil yang mual dan muntah secara terus menerus akan memiliki kadar

human chorionic gonadotropin di bawah rentan normal yang nantinya

berakibat pada janin kurang asupan nutrisi, keguguran dan kelahiran

premature.23

Page 36: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

36

2.5 Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan gambaran dari teori dimana suatu problem

riset berasal atau dikaitkan.9 Berdasarkan teori di atas faktor yang

menyebabkan terjadinynya hiperemesis gravidarum adalah faktor usia ibu,

usia gestasi, jumlah gravida, tingkat sosial dan ekonomi, kehamilan ganda,

kehamilan mola, kondisi psikologis ibu dan adanya infeksi H.pilory.

Gambar 2.1 Kerangka Teori

2.6 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori di atas, maka dapat digambarkan kerangka

konsep sebagai berikut:

a. Usia ibub. Usia gestasic. Jumlah gravidad. Tingkat sosial dan ekonomie. Kehamilan gandaf. Kehamilan molag. Kondisi psikologish. Adanya infeksi H.piloryi. Perubahan hormon

- Peningkatan hormon chorionic gonadotropin

- Hormon esterogen

- Kadar hormon tiroksin

Penurunan lingkar lengan atas

Penurunan berat badan

Perubahan status gizi

Hiperemesis gravidarum

Hiperemesis gravidarum

Penurunan berat badan

Penurunan lingkar lengan atas

Page 37: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

37

2.7 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah

Ha: Ada hubungan hiperemesis gravidarum dengan penurunan berat badan

dan lingkar lengan atas pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas

Kemiling, Puskesmas Sukabumi dan Puskesmas Kota Karang Bandar

Lampung tahun 2015

Ho: Tidak ada hubungan hiperemesis gravidarum dengan penurunan berat

badan dan lingkar lengan atas pada ibu hamil di wilayah kerja

Puskesmas Kemiling, Puskesmas Sukabumi dan Puskesmas Kota

Karang Bandar Lampung tahun 2015

Page 38: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

38

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik yang bertujuan mengetahui

hubungan hiperemesis gravidarum dengan penurunan berat badan dan lingkar

lengan atas pada ibu hamil.

3.2 Rancangan Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka rancangan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatan case control, suatu penelitian analitik yang

menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan

pendekatan “retrospective. 24

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kemiling, Puskesmas

Sukabumi dan Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung dan akan dilaksanakan

pada bulan Juni 2015.

3.4 Subjek Penelitian

3.4.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang

memeriksakan diri ke Puskesmas Kemiling, Puskesmas Sukabumi dan

Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung sebanyak 381 orang.

3.4.2 Sampel

Sampel merupakan sebagian dari keseluruhan objek atau populasi.

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang mengalami

Page 39: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

39

hiperemesis gravidarum. Sampel diambil sebanyak 30% dari jumlah

populasi yaitu sebanyak 115 orang.

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian sesuai dengan kriteria

sebagai berikut:

1. Kriteria Inklusi

a. Ibu hamil dengan usia kehamilan trimester I sampai trimester

III

b. Ibu bersedia menjadi responden dan menandatangani informed

consent

2. Kriteria eksklusi

a. Ibu menderita penyakit kronis seperti hipertensi, kanker,

anemia dan diabetes melitus

3.5 Cara Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah lembar check list

dan kuesioner digunakan untuk mendata data-data yang berhubungan

hiperemesis gravidarum dengan penurunan berat badan dan lingkar lengan

atas pada ibu hamil. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah

lembar check list yang diisi oleh peneliti berdasarkan data dan fakta yang ada

di lapangan. Pengukuran berat badan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu dengan

jarak1-2 bulan. 24

3.6 Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran

yang dimiliki atau didapat atau satuan penelitian tentang suatu konsep

pengertian. 24

Page 40: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

40

Variabel penelitian yaitu hiperemesis gravidarum sebagai variabel bebas

(independent) dan penurunan berat badan dan lingkar lengan atas pada ibu

hamil sebagai variabel terikat (dependent).

3.7 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

dan berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena. Penyusunan definisi operasional variabel perlu dilakukan karena

akan menunjukkan alat pengambilan data mana yang cocok digunakan. 24

Tabel 3.1Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara ukur Hasil Ukur Skala

Independen (X)Hiperemesis gravidarum

Komplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi sehingga cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi

Lembar check list

Mengisi lembar check list

0. Hiperemesis1. Mual/muntah

< 3 kali sehari

Ordinal

Dependen (Y)

Penurunan berat badan

Merupakan ukuran berat badan ibu hamil yang mengalami Hiperemesis gravidarum

Lembar check list

Mengisi lembar check list dan mengukur berat badan

0. Terjadi penurunan

1. Tidak terjadi penurunan

Ordinal

Penurunan lingkar lengan atas

Merupakan ukuran lingkar lengan atas ibu hamil yang mengalami Hiperemesis gravidarum

Lembar check list

Mengisi lembar check list dan mengukur lingkar lengan atas

0. Terjadi penurunan

1. Tidak terjadi penurunan

Ordinal

Page 41: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

41

3.8 Pengolahan Data

Menurut Hastono Data yang telah terkumpul kemudian dilakukan

pengolahan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 24

1. Editing

Melakukan pengecekan formulir atau kuisioner dan check list seperti

kelengkapan pengisian, konsistensi jawaban dari setiap observasi di dalam

penelitian.

2. Scoring

Proses penilaian data dengan memberikan skor setiap item jawaban

dari responden.

3. Coding

Untuk memudahkan dalam pengolahan data dan pengisian dilakukan

berdasarkan jawaban yang telah disediakan dalam daftar pertanyaan.

4. Processing

Merupakan tahapan pemrosesan data dengan menggunakan program

komputer.

5. Cleaning

Mengecek kembali data yang sudah di-entri, apakah ada kesalahan saat

meng-entri ke komputer.

3.9 Analisis Data

3.9.1 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan persentase, hasil dari setiap variabel

ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi. 24

Page 42: @ New Proposal Rian Edit 9 JUni 2015

42

3.9.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara

variabel independent dengan variabel dependen. Penelitian ini peneliti

menggunakan chi square. Uji chi square digunakan karena masing-

masing variabel mempunyai skala kategorik-kategorik. Tingkat

Kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Apabila p-value ≤ 0,05

berarti ada hubungan yang bermakna antara kedua variabel, jika p-

value > 0,05 berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara kedua

variabel. 24