BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bakteri flora normal pada rongga mulut manusia sangat banyak, yang berfungsi untuk pertahanan tubuh, bakteri tersebut menjadi patogen bila berpindah habitatnya, sehingga apabila bakteri flora normal mengalami resistensi akan menyulitkan pengobatan antibiotik. Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang dihasilkan oleh mikroorganisme bakteri ataupun jamur. Pada dasarnya tujuan utama penggunaan antibiotic untuk menghilangkan infeksi. Antibiotik berdasarkan daya kerjanya ada 2, yang digunakan untuk membunuh(bakterisid) atau menghambat(bakteriostatik) pertumbuhan bakteri penyebab infeksi pada tubuh manusia atau binatang. Antibiotik pada awal ditemukan dihasilkan oleh mikroba terutama jamur kemudian seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan bisa dibuat secara sintetis. Pemberian antibiotik yang paling baik adalah berdasarkan hasil pemeriksan mikrobiologi dan uji kepekaan kuman tetapi pada kenyataannya tidak selalu demikian (Depkes RI, 2008). Antibiotik yang ideal adalah yang mempunyai toksisitas selektif yaitu yang berbahaya bagi bakteri tetapi tidak berbahaya bagi hospes, hal ini disebabkan karena mekanisme kerja antibiotik diawali dengan merusak
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bakteri flora normal pada rongga mulut manusia sangat banyak, yang
berfungsi untuk pertahanan tubuh, bakteri tersebut menjadi patogen bila berpindah
habitatnya, sehingga apabila bakteri flora normal mengalami resistensi akan
menyulitkan pengobatan antibiotik. Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik
alami maupun sintetik, yang dihasilkan oleh mikroorganisme bakteri ataupun
jamur. Pada dasarnya tujuan utama penggunaan antibiotic untuk menghilangkan
infeksi. Antibiotik berdasarkan daya kerjanya ada 2, yang digunakan untuk
membunuh(bakterisid) atau menghambat(bakteriostatik) pertumbuhan bakteri
penyebab infeksi pada tubuh manusia atau binatang. Antibiotik pada awal
ditemukan dihasilkan oleh mikroba terutama jamur kemudian seiring dengan
kemajuan ilmu pengetahuan bisa dibuat secara sintetis. Pemberian antibiotik yang
paling baik adalah berdasarkan hasil pemeriksan mikrobiologi dan uji kepekaan
kuman tetapi pada kenyataannya tidak selalu demikian (Depkes RI, 2008).
Antibiotik yang ideal adalah yang mempunyai toksisitas selektif yaitu yang
berbahaya bagi bakteri tetapi tidak berbahaya bagi hospes, hal ini disebabkan
karena mekanisme kerja antibiotik diawali dengan merusak lapisan dinding sel
bakteri yang tersusun oleh peptidoglikan sedangkan sel manusia tidak mempunyai
lapisan tersebut sehingga sel-sel tubuh manusia tidak akan rusak oleh antibiotik.
Suatu bakteri dikatakan resisten terhadap antibiotik tertentu bila pertumbuhan
bakteri tersebut tidak bisa dihambat oleh antibiotik pada konsentrasi minimal yang
dapat ditolerir oleh inang atau hospes. Bakteri yang mengalami resistensi
pertumbuhannya tidak terganggu oleh antibiotik.Resistensi mikroorganisme
terhadap antibiotik dibedakan menjadi resistensi bawaan (primer), resistensi
dapatan (sekunder) dan resistensi episomal. Resistensi primer merupakan
resistensi yang menjadi sifat alami dari mikroorganisme tertentu contoh bakteri
pembentuk enzim penisilinase secara alami dapat menguraikan penisilin, bakteri
yang mempunyai kapsul pada dinding sel yang dapat melindunginya dari paparan
antibiotik. Resistensi sekunder terjadi akibat kontak dengan antimikroba dalam
1
2
waktu yang cukup lama dan frekwensi tinggi sehingga terjadi mutasi pada bakteri,
resistensi juga bisa terjadi karena adanya mekanisme adaptasi aktivitas bakteri
untuk melawan obat misal dengan membentuk enzim, bakteri memperkuat
dinding selnya sehingga dinding sel bersifat impermiabel. Resistensi episomal
disebabkan faktor genetik diluar kromosom, terjadi karena berpindahnya plasmid
dari bakteri yang resisten ke bakteri lain sehingga bakteri baru menjadi resisten
(Pratiwi, 2008).
Antibiotik juga dibedakan berdasarkan spektrum kerjanya, ada yang luas
dan sempit. Antibiotik dengan spektrum kerja yang luas bekerja terhadap banyak
jenis mikroba yaitu bakteri gram positif dan negatif, sedangkan yang memiliki
spektrum kerja yang sempit hanya bekerja terhadap beberapa jenis mikroba saja,
gram positif saja, atau gram negatif saja. Dalam praktikum ini, digunakan
antibiotika amoksisilin, amoksisilin+asam klavulanat, eritromisin, dan
klindamisin. Berdasarkan spektrum kerjanya yang memiliki spektrum kerja yang
luas hanyalah amoksisilin, eritromisin dan klindamisin hanya bekerja terhadap
bakteri gram positif saja. Untuk amoksiisilin, diberikannya tambahan asam
klavulanat adalah dengan tujuan untuk meningkatkan ketahanan terhadap enzim
beta lactamase, dengan cara memblokir dan menginaktivasi beta lactamase.
1.1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan suatu masalah
bagaimana efektivitas antibiotika pada kuman rongga mulut.
1.2. Tujuan Penelitian
Untuk mengukur zona hambatan pada kultur kuman rongga mulut dan
membandingkan berbagai macam antibiotika pada kuman rongga mulut.
3
1.4. Tata Kerja
Tata Kerja
1. Alat dan Bahan
1. Kultur kuman rongga mulut
2. Antibiotika:
a. Amoksisilin
b. Amoksisilin + Asam Klavulanat
c. Eritromisin
d. Klindamisin
3. Blood agar
4. Cawan Petri
5. Burner
6. Mikropippet
7. Jangka sorong
Gambar 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum
4
1.4.2. Cara Kerja
1. Kuman yang diambil dari penderita di klinik FKG UA, kemudian dikultur
dalam blood agar dan diinkubasi selama 24 jam.
2. Media Kuman pada cawan petri dibagi menjadi 5 zona, yaitu 4 zona untuk
antibiotik dan 1 zona untuk kelompok kontrol.
3. Antibiotik Amoxyclav, Amoxycilin, Eritromisin, dan Klindamisin berupa
bentuk cair ditaruh dalam tabung yang terpisah, kemudian diambil larutan
antibiotik tersebut dengan menggunakan mikropipet.
4. Larutan diteteskan pada paperdish.
5. Masing-masing zona diberi paperdish yang telah ditetesi antibiotik
6. Setelah diinkubasi selama 24 jam, kemudian ukur zona hambatan yang ada
dengan menggunakan jangka sorong.
Gambar a) Mengambil paperdish, b) Paperdish diletakkan pada zona yang
dikehendaki, c) Mengambil antibiotik
a b c
d e f
5
Gambar d) Menyedot antibiotik, e) Memasukkan mikropipet sampai ke
dasar tabung antibiotik, f) Meneteskan antibiotik pada paperdish.
Gambar g) Media kuman pada cawan petri siap diinkubasi, h) Setelah
diinkubasi selama 24 jam.
gh
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Antibiotik
Antibiotika adalah zat-zat kimia oleh yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri,
yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman,
sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Turunan zat-zat ini, yang
dibuat secara semi-sintesis, juga termasuk kelompok ini, begitu pula senyawa
sintesis dengan khasiat antibakteri. Namun dalam prakteknya antibiotika sintetik
tidak diturunkan dari produk mikroba (misalnya kuinolon).Antibiotika yang akan
digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi pada manusia, harus
mememiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya, antibiotika tersebut
haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk
manusia. Setiap antibiotik sangat beragan efektivitasnya dalam melawan berbagai
jenis bakteri. Kemampuan antibiotika dalam penyembuhan juga bergantung pada
lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut (Tjay &
Rahardja, 2007).
Antibiotik adalah zat biokimia yang diproduksi oleh mikroorganisme, yang
dalam jumlah kecik dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh
pertumbuhan mikroorganisme lain. Antibiotika adalah obat yang sangat ampuh
dan sangat bermanfaat jika digunakan secara benar. Namun, jika digunakan tidak
semestinya antibiotika justru akan mendatangkan berbagai mudharat. Yang harus
selalu diingat, antibiotika hanya ampuh dan efektif membunuh bakteri tetapi tidak
dapat membunuh virus. Karena itu, penyakit yang dapat diobati dengan
antibiotika adalah penyakit-penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
(Harmita dan Radji, 2008).
2.1.1. Amoksisilin
Amoksisilin merupakan antibiotik golongan penisilin dengan spectrum
luas. Amoksisilin bersifat bakterisidal. Obat ini mengganggu sintesis dinding sel
bakteri, sehingga menyebabkan sel menjadi lisis. Amoksisilin aktif melawan
bakteri Gram positif yang tidak menghasilkan β-laktamase, juga lebih mudah
4
7
berdifusi ke dalam bakteri Gram negative sehingga aktif melawan banyak strain
Escherichia coli, Haemophilusinfluenzae, dan Salmonella. Amoksisilin
diinaktivasi oleh bakteri penghasil penisilinase. Organisme yang resisten terhadap
amoksisilin meliputi sebagian besar Staphylococcus aureus, 50% strain
Escherichia coli, dan sampai dengan 15% strain Haemophilusinfluenzae (Kee &
Hayes, 1994; Neal, 2005).
Amoksisilin diabsorpsi dengan baik melalui saluran gastrointestinal 80%
diabsorpsi per oral, sedangkan yang berikatan pada protein sebanyak 20%.
Makanan tidak mencegah absorpsi amoksisilin, sehingga masa kerja lebih
panjang. Umumnya amoksisilin jarang menimbulkan diare karena dapat
diabsorpsi dengan baik (Kee& Hayes, 1994; Udaykumar, 2007).
Setelah diabsorpsi, amoksisilin didistribusikan ke berbagai jaringan tubuh.
Biotransformasi terbagi atas 2 golongan, yaitu pada hospes dan pada mikroba.
Pada hospes, proses biotransformasi tidak bermakna dan belum diketahui
tempatnya yang pasti. Proses biotransformasi pada mikroba, terutama berdasarkan
enzim penisilinase dan amidase. Pengaruh dari penisilinase terhadap pemecahan
Trevor AJ, Katzung BG, Masters SB. 2008. Katzung& Trevor’s Pharmacology: Examination & Board Review. New York: McGraw Hill Medical.
Tripathi KD. 2011. Essentials of Pharmacology for Dentistry. 2nd edition. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd. p. 397.
Udaykumar P. 2007.Textbook of Pharmacology for Dental and Allied Health Sciences.2nd edition. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd. p. 271.
Betrand L, Kremsner PG. Clindamycin as an antimalarial drug: Review of clinical trials. J Antimicrob Chemother. 2002; 46:2315-20
Katzung et al. 2014. Farmakologi Dasar dan Klinik. Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.
Rahman et al. 2011. Uji Stabilitas Fisik dan Daya Antibakteri Suspensi Eritromisin dengan Suspending Agent Gummi Arabici. Pharmacon. Vol. 12. No. 2. Hal. 44-49. URL : http://publikasiilmiah.ums.ac.id/ Diakses pada tanggal 7 Oktober 2014
Sutedjo AY. 2008. Mengenal Obat-Obatan Secara Mudah dan Aplikasinya dalam Perawatan. Amara Books. Yogyakarta.
19
Harmita, Maksum R. 2008. Analisis Hayat: Kepekaan terhadap antibiotik. Ed 3. Jakarta: EGC
Tjay TH, Rahardja K. 2007. Obat-obat Penting. Jakarta: PT Gramedia