h
INTRODUKSI TEKNOLOGI PERTANIANDALAM PENDAMPINGAN
BERBASIS KAWASAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2019
h
INTRODUKSI TEKNOLOGI PERTANIAN DALAMPENDAMPINGAN BERBASIS KAWASAN
Cetakan I : 2019Hak cipta dan hak penerbitan dilindungi Undang-Undang@IAARD Press
Katalog dalam terbitan (KDT)
BADAN PENELITIAN DAN PERKEMBANGAN PERTANIANIntroduksi Teknologi Pertanian Dalam PendampinganBerbasis Kawasan
Jakarta: IAARD Press 2019
xviii, 922 hlm.; 21 cm.
1.Introduksi Teknologi 2. Kawasan Pertanian
I. Judul II. Mardiharini, Maesti III. Tan, Sehat, Siti
IV. Dewi, Anggita,Yovita V. Hanifah, W, Vyta VI. Afaf, Nafi ah
ISBN: 978-602-344-273-7
Editor:
Maesti MardihariniSiti Sehat TanYovita Anggita DewiVyta W. HanifahNafi ah Afaf
Tata Letak:
Agung Susakti
Perancang Cover : Tim Kreatif IAARD Press
PenerbitIAARD PRESS
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Jl. Ragunan No. 29, Pasar Minggu, Jakarta 12540
iii
KATA PENGANTAR
Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional oleh KementerianPertanian telah dilakukan sejak Tahun 2012 hingga kini, dalam rangkamewujudkan program peningkatan produksi komoditas pertanian.
Peran Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) dalambentuk pendampingan inovasi pertanian. Pendampingan oleh BalitbangtantersebutsecaraoperasionaldilakukanolehUnitKerja(UK)danUnitPelaksanaTeknis (UPT) di lingkup Balitbangtan secara sinergi sesuai tugas pokokdan fungsi masing-masing UK/UPT. Secara operasional, pendampinganinovasi pertanian di daerah dilaksanakan oleh Balai Pengkajian TeknologiPertanian (BPTP), dan Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan TeknologiPertanian (BBP2TP) memiliki peran mengkoordinasikan pendampinganyang dilakukan BPTP.
Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional olehpeneliti/penyuluh BPTP ditujukan untuk mendorong motivasi petani untuktahu, mau, dan mampu menerapkan inovasi teknologi yang diintroduksikanuntuk meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman, yang padaakhirnya bermuara pada peningkatan pendapatan.
Seiring dengan dinamika pembangunan pertanian, KementerianPetanian memilah komoditas ke dalam empat kawasan yaitu: (a) TanamanPangan, (b) Hortikultura, (c) Perkebunan, dan (d) Peternakan. Pemilahankawasan ini membawa implikasi pada pola pendampingan, disesuaikandengan karakteristik masing-masing kelompok kawasan dan fokuskomoditas.
Akumulasi kinerja pendampingan selama ini menarik untukdiungkapkan dalam bentuk karya tulis ilmiah, sebagai pembelajarandan umpan balik bagi BPTP dan Balitbangtan secara umum. Berkenaandengan hal tersebut, BBP2TP menerbitkan Buku “Inovasi Pertanian untukPengembangan Kawasan Pertanian Nasional”. Diharapkan buku ini dapatdimanfaatkan dengan baik, sebagai rujukan maupun pembelajaran dalammelakukan pendampingan dan pengembangan kawasan pertanian nasional.
Bogor, Mei 2019Kepala Balai Besar,
Dr. Ir. Haris Syahbuddin,DEA
h
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................iii
PROLOG...................................................................................................xi
MEMACU PENINGKATAN PRODUKSI PERTANIANDENGAN PENDAMPINGAN BERBASIS KAWASAN .......................................xiMaesti Mardiharini
1. TANAMAN PANGAN
PERTANAMAN KEDELAI PADA KEGIATAN PENGEMBANGAN KAWASANKEDELAI NASIONAL DI KABUPATEN TEBO, PROVINSI JAMBI .......................1Endrizal, Jumakir dan Rustam
IMPLEMENTASI MODEL TUMPANGSARI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAIMENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI TANAMAN PANGAN ..................17Erythrina
EFEKTIFITAS SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADUUNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN ADOPSI TEKNOLOGI JAGUNG DI NUSA TENGGARA BARAT ........................................................31Baiq Tri Ratna Erawati dan Awaludin Hipi
PENDAMPINGAN KAWASAN PERTANIAN UNTUK MENINGKATKANPRODUKTIVITAS PADI DI NUSA TENGGARA TIMUR.....................................47Dwi Purmanto, Yeremias Bombo, Irianus R Rohi dan Charles Y Bora
POLA PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN JAGUNG DI KAWASANTANAMAN PANGAN DI JAWA TENGAH......................................................59Renie Oelviani, Sri Catur BS, Hendro Kurnianto, dan Sodiq Jauhari
IMPLEMENTASI TEKNOLOGI PADI JAJAR LEGOWO PADA KAWASANPERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN ACEH UTARA,PROVINSI ACEH .......................................................................................69Cut Nina Herlina dan Cut Maisyura
INOVASI TEKNOLOGI BUDIDAYA DALAM MENINGKATKANPRODUKTIVITAS PADI DI RAWA LEBAK SUMATERA SELATAN ........................77
Suparwoto
PROSPEK PENGEMBANGAN KEDELAI DI LAHAN KERING PROVINSIKALIMANTAN SELATAN..............................................................................89Sumanto, Rosita Galib, Rina DN, A. Sabur, dan Muslimin
PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PADA KAWASAN PERTANIANKOMODITAS PADI SAWAH DI PROVINSI BALI..............................................109Sagung Ayu Nyoman Aryawati
vi
INTRODUKSI INOVASI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL BARU MELALUIPENANGKARAN BENIH DI PROVINSI JAWA BARAT......................................123Ratna Sari dan Oswald Marbun
KEUNGGULAN KOMPETITIF TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI DALAMPENGEMBANGAN BUDIDAYA JAGUNG DI LAHAN TADAH HUJANPROVINSI JAWA TENGAH ..........................................................................133Sodiq Jauhari dan Reni Ulfiani
KINERJA PENDAMPINGAN INOVASI PERTANIAN PADA PENGEMBANGANKAWASAN KEDELAIDI SULAWESI SELATAN...............................................................................147Muh Taufik dan Muslimin
KINERJA PENDAMPINGAN INOVASI PERTANIAN PADA PENGEMBANGANKAWASAN PADI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN .....................................165Muslimin dan Abdul Wahid
PERAN PENDAMPINGAN KAWASAN TANAMAN PANGAN DALAMADOPSI TEKNOLOGI UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI PADIDI SUMATERA UTARA.................................................................................185Setia Sari Girsang dan Akmal
KINERJA PENDAMPINGAN PENERAPAN PENGELOLAANTANAMAN TERPADU PADA PENGEMBANGAN KAWASAN TANAMANJAGUNG DI JAWA TIMUR ..........................................................................197Donald Sihombing, Chendy Tafakresnanto, Wahyu Handayati, danAmik Krismawati
KINERJA PENDAMPINGAN INOVASI PERTANIAN DI PROVINSI BANTEN.......215Resmayeti Purba
BIMBINGAN TEKNIS JAJAR LEGOWO SUPER TINGKATKANPENGETAHUAN PETANI DI KAWASAN PENGEMBANGANTANAMAN PANGAN..................................................................................229Dedy Hertanto dan Nova Maya Muhammad
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KEDELAI MELALUI INOVASITEKNOLOGI DI KABUPATEN NGANJUK,PROVINSI JAWA TIMUR .................241Amik Krismawati dan Chendy Tafakresnanto
KINERJA PENDAMPINGAN INOVASI PERTANIAN PENGEMBANGANKAWASAN TANAMAN PANGAN DI SULAWESI TENGAH .............................. 265Mardiana, Herawati, Yakob Bunga, dan Asnidar
vii
INOVASI TEKNOLOGI JAJAR LEGOWO SUPER LAHAN PASANG SURUTDI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN ..........................................................281Rina D. Ningsih, Sumanto, Aidi Noor, dan Muslimin
PRODUKTIVITAS DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI MELALUIPENDAMPINGAN TEKNOLOGI PADA LAHAN SAWAH IRIGASIDI KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI (Inovasi Teknologi Padidengan Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu) ...................................295Jumakir, Suci P, Marlina Susy R, dan Julistia Bobihoe
2. HORTIKULTURA
KINERJA DISEMINASI INOVASI PERTANIAN PADA KAWASANHORTIKULTURA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR..............................317Bernard deRosari, Tony Basuki, dan Syamsuddin
INOVASI TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHANSUB-OPTIMAL YOGYAKARTA .....................................................................333Sutardi dan Joko Pramono
POTENSI PENGEMBANGAN CABAI DI KABUPATEN SIAK, PROVINSI RIAU ....351Nurhayati, Rachmiwati Yusuf, dan Sri Swastika351
PENGEMBANGAN JERUK SIAM (Citrus nobilis Lour.) DI KABUPATENKAMPAR, PROVINSI RIAU ...........................................................................363Sri Swastika, Rachmiwati Yusuf dan Nurhayati
KINERJA PENDAMPINGAN INOVASI PERTANIAN DENGAN PENERAPANBUJANGSETA JERUK SIAM di PROVINSI JAWA TIMUR..................................377Titiek Purbiati, Lailatul Isnaeni, Yuwoko, Chendy Tafakresnanto dan Noeriwan
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JERUK SIAM BANJAR MELALUITEKNOLOGI BUDIDAYA DI LAHAN PASANG SURUT PROVINSI JAMBI..........391Desi Hernita, Hendri Purnama, Lutfi Izhar dan Syafri Edi
KINERJA PENDAMPINGAN INOVASI PERTANIAN CABAI MERAHDI PROVINSI JAWA BARAT..........................................................................403Enti Sirnawati dan Heru Susanto
PEMUPUKAN ORGANIK DAN ANORGANIK BAWANG MERAH PADALAHAN PASIR PROVINSI YOGYAKARTA .....................................................425Sutardi, A Kasno dan Joko Pramono
KINERJA PENDAMPINGAN CABAI PADA KAWASAN PENGEMBANGANDI KABUPATEN KONAWE PROVINSI SULAWESI TENGGARA ........................439Bungati, Abdul Wahab dan Muh Asaad
viii
INTRODUKSI TEKNOLOGI BUDIDAYABAWANG MERAH VARIETASLANSUNA DI DATARAN RENDAH KABUPATEN MINAHASA UTARA,PROVINSI SULAWESI UTARA.......................................................................457Olvie Grietjie Tandi dan Meivie Lintang
KINERJA PENDAMPINGAN INOVASI PERTANIAN CABAI DI KABUPATENPANDEGLANG DAN KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN .......................473Silvia Yuniarti dan Yati Astuti
PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA JERUK KEPROK DAN RESPONSPETANI TERHADAP TEKNOLOGI BUJANGSETA DI provinsi bengkulu ............483Kusmea Dinata, Rudi Hartono, Wilda Mikasari, Andi Ishak, danDarkam Musaddad
PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI TSS BAWANG MERAHDI KABUPATEN MERAUKE PROVINSI PAPUA ................................................495Sitti Raodah Garuda, Melcki Sedek Nunuela,dan Martina Sri Lestari
PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGGUNAAN BIJI BOTANIBAWANG MERAH DI SULAWESI TENGAH...................................................505Saidah, Muhtar, Syafruddin dan Heni SR
KINERJA PENDAMPINGAN pengembangan KAWASAN HORTIKULTURA.......519Enti Sirnawati dan Siti Sehat Tan
PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMANTERPADU (PTT) CABAI DI KABUPATEN KLUNGKUNG PROVINSI BALI ...........533Jemmy Rinaldi, Nyoman Ngurah Arya, Ketut Mahaputra, dan Rita Indrasti
PENERAPAN INOVASI AMBANG PENGENDALIAN ORGANISMEPENGANGGU TUMBUHAN PADA USAHATANI BAWANG MERAH DI BALI ....547N.N. Arya, N.M.D. Resiani, J. Rinaldi, N.P. Sutami, I M. Sukadana, danI G. M. Widianta,
ADAPTASI VARIETAS UNGGUL CABAI MERAH di KAWASAN AGRIBISNISHORTIKULTURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN......................................567Rosita Galib, Nurmili Yuliani, dan Sumanto
ANALISIS KEPUASAAN PETANI TERHADAP KINERJA PENDAMPINGANPADA KAWASAN PERTANIAN DI JAWA TIMUR.............................................575Siti Sehat Tan dan Maesti Mardiharini
ix
3. PERKEBUNAN
KELEMBAGAAN EKONOMI MENDUKUNG PENGEMBANGANKAWASAN AGRIBISNIS KARET DI PROVINSI JAMBI ......................................593Suharyon, Rustam, dan Hari Hermawan
TINGKAT EFISIENSI LEMBAGA PEMASARAN PINANGDI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI........................607Suharyon, Rustam, dan Hari Hermawa
KINERJA PENDAMPINGAN INOVASI di KAWASAN PERKEBUNANDI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR ......................................................625Made Ratnada
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KOPI ARABIKA MELALUIPENDAMPINGAN TEKNOLOGI BERKELANJUTANDI SULAWESI SELATAN...............................................................................639M. Basir Nappu, Sunanto, dan Abdul Wahid Rauf
KINERJA PENDAMPINGAN INOVASI KOMODITAS KAKAODI SUMATERA BARAT .................................................................................655Syahrial Abdullah dan Heru R. Erlangga
PRODUKSI PUPUK ORGANIK CAIR DARI LIMBAH OLAH KOPIBASAH DAN URINE SAPI SERTA APLIKASINYA PADA TANAMAN....................675I Ketut Kariada, Made Sukadana, dan M.A. Widyaningsih
4. PETERNAKAN
PENGEMBANGAN INOVASI INTEGRASI SAPI-PADI DALAMPENDAMPINGAN KAWASAN DI PROVINSI JAMBI .......................................693Bustami, E. Susilawati dan Zubir
PENGEMBANGAN INOVASI PEMANFAATAN FESES SEBAGAIPAKAN TERNAK DI PROVINSI BALI..............................................................707A.A.N. Badung Sarmuda Dinata dan I Nyoman Suyasa
POTENSI KAPASITAS TAMPUNG TERNAK KERBAU RAWAKABUPATEN MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN.........................................721Masito, Yayan Suryana, dan Aulia Evi Susanti
PEMBERIAN TANAMAN BANGUN-BANGUN UNTUK MENINGKATKANPRODUKTIVITAS babi DAN KEUNTUNGAN PETANI di bali...........................729Ida Ayu Parwati dan N. Suyasa
PEMANFAATAN PAKAN KONSENTRAT UNTUK MENINGKATKANPRODUKTIVITAS SAPI DI KABUPATEN BULELENG, BALI ................................741Luh Gede Budiari dan I Nyoman Adijaya
x
PENERAPAN SISTEM INTEGRASI SAPI-jagung MENDUKUNGPENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN PROVINSI NUSATENGGARA BARAT ....................................................................................753Sasongko Wijoseno Rusdianto, Farida Sukmawati, dan Kaharudin
PEMBUATAN SEMEN BEKU SAPI JAWA BREBES BERDASARKANPERBEDAAN WAKTU TRANSPORTASI DI JAWA TENGAH .............................765Muryanto, Heri Kurnianto, Pita Sudradjad, dan Rahayu Kusumaningrum
KAWASAN PERBIBITAN SAPI PO KEBUMEN MENDUKUNGKETERSEDIAAN SUMBER BIBIT BERKUALITAS DI JAWA TENGAH...................783Subiharta, Muryanto, dan Heri Kurnianto
PEMANFAATAN KULIT BUAH KAKAO FERMENTASI SEBAGAI BAHAN PAKANUNTUK SAPI POTONG DI SUMATERA BARAT ..............................................799Ratna Andam Dewi dan Rahmi Wahyuni
PEMBERIAN PAKAN LIMBAH SAWIT TERHADAP TINGKATPRODUKTIVITAS INDUK SAPI POTONG DI SUMATERA BARAT .....................807
Rahmi Wahyuni dan Ratna Andam Dewi
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INTEGRASI TANAMAN DANTERNAK DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN .............................................815Eni Siti Rohaeni, Siti Nurawaliyah, Muslimin, dan Sara Sorayya Ermuna
PERBIBITAN SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN UPAYAPELESTARIANNYA DI KABUPATEN BLORA, JAWA TENGAH...........................831Subiharta dan Heri Kurnianto
PEMBERIAN PROBIOTIK DAN PENGARUHNYA PADAPENGGEMUKKAN BABI DI KABUPATEN BANGLI, provinsi BALI ....................843N. Suyasa dan Ida Ayu Parwati
PERSEPSI PETERNAK DALAM DISEMINASI TEKNOLOGI PADAPENDAMPINGAN KAWASAN peTERNAKan DI JAWA BARAT.........................855Siti Lia Mulijanti dan Erni Gustiani
PROSPEK PENGEMBANGAN INTEGRASI TANAMAN TERNAK SEBAGAIMODEL PERTANIAN BERKELANJUTAN DI PROVINSI LAMPUNG ...................867Fauziah Yulia Adriyani dan Kiswanto
PERSEPSI PETERNAK TERHADAP TEKNOLOGI BUDIDAYA HIJAUANPAKAN TERNAK DI KABUPATEN SIGI, provinsi sulawesi tengah ....................881Arif Cahyono, Pujo Haryono, Andi Baso Lompengeng Ishak
PENERAPAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM PENDAMPINGANKAWASAN PETERNAKAN OLEH BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGIPERTANIAN ...............................................................................................891Vyta W. Hanifah dan Maesti Mardiharini
xi
EPILOG:
LANGKAH STRATEGIS PENGEMBANGAN PENDAMPINGAN KAWASANPERTANIAN KE DEPAN ...............................................................................907Haris Syahbuddin dan Maesti Mardiharini
KONTRIBUTOR ..........................................................................................911
Index.........................................................................................................919
xii
xiii
PROLOG
MEMACU PENINGKATAN PRODUKSI PERTANIANDENGAN PENDAMPINGAN BERBASIS KAWASAN
Maesti Mardiharini
Sektor pertanian masih tetap menjadi andalan sebagai penyangga ekonomidalam pembangunan nasional. Dalam tataran empiris kegiatan sektorpertanian berjalan dinamis dan memiliki spektrum yang luas. Pembangunan
pertanian tidak hanya berkaitan dengan aspek produksi untuk memenuhikebutuhan pangan pokok rumah tangga, akan tetapi juga berkontribusi pada upayapencapaian kemandirian pangan, ketahanan pangan, pengentasan kemiskinan,dan pada akhirnya bermuara pada kedaulatan pangan nasional. Untuk suksesnyapembangunan pertanian tersebut, pemerintah berkomitmen memberikandukungan insentif yang luas bukan saja berupa insentif ekonomi (subsidi danproteksi), tetapi juga dukungan pengembangan sistem dan usaha agribisnis dalamarti luas (Sudaryanto dan IW Rusantra, 2006).
Komitmen pemerintah itu tercermin dari banyaknya programpembangunan pertanian yang diluncurkan berkaitan dengan optimalisasisumberdaya pertanian. Upaya akselerasi pembangunan pertanian juga terusdigalakkan dengan mengintroduksi berbagai pendekatan. Salah satunyadengan mengintroduksi pendekatan kawasan pertanian berbasis korporasipetani (Permentan No.18 Tahun 2018).
Ruang lingkup pendekatan tersebut mencakup tipologi, lokasikawasan, dan komoditas, manajemen pengembangan kawasan, korporasipetani, dan kelembagaan korporasi petani, serta kegiatan percontohan.Landasan kegiatannya ditujukan pada empat hal, yaitu: fokus komoditas,fokus lokasi, pengutuhan sistem agribisnis, dan korporasi petani.
Penentuan kmoditas dan lokasi yang menjadi sasaran pendampingan,rambu-rambunyaditentukanberdasarkanstatuskegiatan.Bagiprovinsiyangmenjadi “Pilot Project (PP) Pengembangan Kawasan Berbasis Korporasi”,maka lokasi dan komoditas PP dijadikan prioritas utama. Sementara itubagi provinsi non PP, pemilihan lokasi mengacu pada Kepmentan No.472Tahun 2018, keputusan bersama dengan Pemda, atau merupakan lanjutankegiatan tahun sebelumnya dan berpotensi untuk ditumbuhkan pertaniankorporasi.
xiv
Pengutuhan sistem agribisis merefl eksikan terlaksananya semua subsistem dalam agribisnis mulai dari hulu hingga hilir, yang kelakdijadikan titik ungkit menuju terwujudnya korporasi petani. Elemen utamapembentuk korporasi petani tersebut pada intinya meliputi lima aspek, yaitu: a). Konsolidasi petani ke dalam kelembagaan usaha ekonomi, b) Koneksitasdengan mitra industri pengolahan dan perdagangan, c) Aksesibilitasterhadap sarana pertanian, d) Aksesibilitas terhadap permodalan usaha,dan e) Aksesibilitas terhadap fasilitasi dan infrastruktur publik.
Berdasarkan peraturan yang ada, pendekatan pengembangankawasan pertanian berbasis korporasi petani dilakukan untuk memadukanrangkaian rencana dan implementasi kebijakan, program, kegiatan dananggaran pembangunan kawasan pertanian; dan mendorong aspekpemberdayaan petani dalam suatu kelembagaan ekonomi petani di daerahyang ditetapkan sebagai kawasan pertanian agar menjadi suatu kesatuanyang utuh dalam perspektif sistem usaha tani. Tujuan yang ingin dicapaidari pendekatan pengembangan kawasan berbasis korporasi itu utamanyaada tiga hal: Pertama, untuk meningkatkan nilai tambah serta daya saingwilayah dan komoditas pertanian untuk keberlanjutan ketahanan pangannasional. Kedua, untuk memperkuat sistem usaha tani secara utuh dalamsatu manajemen kawanan, dan Ketiga, memperkuat kelembagaan petanidalam mengakses informasi, teknologi, prasarana, dan sarana publik,permodalan, serta pengolahan dan pemasaran.
Dalam konteks akselerasi pembangunan pertanian tersebut BadanLitbang Pertanian berperan menyediakan paket teknologi pertanian inovatifdan rekayasa kelembagaan yang adaptif. Paket teknologi pertanian yangdisediakan mencakup teknologi semua subsektor, meliputi tanaman pangan,hortikultura, perkebunan dan peternakan. Guna menjamin terlaksananyateknologi yang direkomendasikan, Badan Litbang Pertanian menginisiasikegiatan pendampingan teknologi. Pendampingan dilakukan secara intensifdan terstruktur melibatkan unsur-unsur peneliti dan penyuluh di lingkupBalai Pengkajian Teknologi Pertanian, dikoordinasikan oleh Balai BesarPengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.
Output pendampingan yang diharapkan berupa: (a) Peningkatanadopsi dan difusi inovasi pertanian berbasis korporasi secara berkelanjutan,(b) Peningkatan pemanfaatan inovasi pertanian oleh pemangku kepentingan(stakeholders), (c) Peningkatan produksi dan pendapatan wilayah, dan (d)Database pengembangan kawasan pertanian berbasis korporasi.
xv
Meskipun pendampingan itu bukan faktor produksi, akan tetapipendampingan terbukti mampu mendorong terciptanya peningkatanproduksi. Melalui pendampingan teknologi, petani sebagai pelaku utamamaupun pelaku usaha termotivasi melakukan perbaikan tatakelolausahataninya. Disamping itu, pengetahuan, sikap dan keterampilan petanijuga mengalami perubahan kearah yang lebih baik. Petani yang semulatidak mengetahui berubah menjadi tahu, petani yang tadinya bersikapapriori terhadap inovasi teknologi berubah menjadi apresiatif, dan petaniyang tadinya tidak terampil menjadi terampil. Pada akhirnya petani menjaditahu, mampu dan mau mengadopsi teknologi yang diintroduksikan BadanLitbang Pertanian. Kekuatan pendampingan dalam mendorong perubahanperilaku dijelaskan melalui teori perubahan sikap yang berpijak padastrategi persuasi (Hendayana, 2011).
Keberhasilan pendampingan dapat dilihat dari beberapa parameter:input, proses, output, outcome, benefi t dan dampak. Unsur utama dari input pendampingan adalah dukungan sumberdaya manusia dan anggaran.Unsur sumberdaya manusia bertugas mendampingi kegiatan peningkatanproduksi pertanian di lapangan, utamanya terkait dengan kapasitas dankapabilitas pendamping tersebut yang kondisinya beragam.
Dari sisi proses, aspek yang menjadi perhatian adalah efektvitaspendampingan yang dilihat dari kesesuaian kegiatan dengan panduan.Persoalannya, kondisi lapangan cukup beragam sementara itu panduanpendampingan yang ada bersifat umum. Dalam hal ini diperlukankemampuan penanggungjawab pendampingan untuk melakukanimprovisasi. Panduan tidak dijadikan satu-satunya acuan. Peran panduanhanya diposisikan sebagai unsur dasar saja. Oleh karena itu kapasitas dankapabilitas pendamping menjadi faktor kunci.
Dalam hal output pendampingan, diyakini kegiatan di lapangansudah cukup efektif. Hal itu antara lain ditunjukkan adanya perubahantingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan petani sebagai pelaku utamadalam mengimplementasikan inovasi teknologi dalam kegiatan usahataninya. Indikator output yang dapat diperhatikan secara kasat mata adalahcapaian perolehan produk dari komoditas yang diusahakannya, baik padaproduktivitas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan.Dengan asumsi harga produk usahatani di pasaran tidak berubah,maka capaian peningkatan produktivitas yang diperoleh petani berartiterjadinya peningkatan pendapatan, sebagai outcome yang diharapkandari pendampingan. Tercapainya produktivitas pertanian yang meningkat
xvi
sebagai dampak pendampingan pada akhirnya menjadi unsur dalammenyediakan pasokan komodtitas yang bersangkutan. Dengan demikian,akan berdampak luas terhadap peningkatan perekonomian wilayah.
Pada tahap pengembangan, pendampingan tidak berhenti padaadopsi teknologi rekomendasi. Pendampingan diarahkan untuk memotivasiterwujudnya perluasan atau pengembangan usahatani kawasan berbasiskorporasi. Inovasi teknologi yang diintroduksikan ditujukan untukmendukung pengembangan kawasan. Wujudnya bisa berupa teknologiproduksi, panendanpascapanensertateknologipengolahanhasil.Disampingmengintroduksi inovasi teknologi, dilakukan juga rekayasa kelembagaanpendukung yang fokus pada aspek penguatannya. Kelembagaan utamayang menjadi perhatian adalah yang berada di level mikro, baik yangsifatnya internal maupun eksternal. Penguatan kelembagaan internal antaralain terkait dengan eksistensi dan aktualisasi kelembagaan kelompok tani,kelembagaan pengolahan hasil, permodalan dan pemasaran (output daninput). Sementara itu penguatan kelembagaan eksternal, ada kaitan denganpemantapan jejaring atau jalinan kerjasama antar lembaga pendukungtermasuk mitra/swasta.
Buku ini merangkum hasil kegiatan pendampingan yang dilakukanoleh peneliti-penyuluh lingkup Balai Pengkajian Teknologi Pertanian(BPTP). Tercatat ada 20 BPTP yang berpartisipasi menyampaikan naskahnya.Kinerja pendampingan di tiap daerah bervariasi, dari sisi pendekatan, basisagroekosistem, dan inovasi yang diintroduksikan.
Pendekatan pendampingan
Berdasarkan panduan pendampingan yang berlaku, terdapat tujuhpendekatan yang dapat dilakukan dalam melakukan pendampingankawasan pertanian. Ke tujuh pendekatan pendampingan tersebutadalah: (1) Melakukan koordinasi dengan pemda untuk penyusunan danimplementasi masterplan dan action plan, (2) Melakukan identifi kasi potensi, masalah, dan peluang pengembangan kawasan, serta kebutuhan inovasiuntuk melanjutkan kegiatan tahun sebelumnya, (3) Fasilitasi introduksiteknologi dan kelembagaan petani, (4) Menyelenggarakan pelatihan untukpenyuluh dan petani maju, (5) Menginisiasi percontohan inovasi pertanianterbaik dalam skala luas, (6) Melakukan monitoring dan pengawasan, dan(7) Melakukan pengkajian kinerja dan dampak kegiatan.
xvii
Namun demikian, dalam implementasi pendampingan di lapangantidak ada satupun lokasi yang secara lengkap menerapkan ke tujuhpendekatan pendampingan tersebut. Hampir di semua lokasi kegiatan,pendekatan pendampingan yang dilakukan hanya dipilih salah satu ataudua pendekatan berdasarkan pertimbangan rasional baik dari sisi teknismaupun non teknis.
Lokasi agroekosistem
Pendampingan kawasan pertanian yang dilaporkan penulis dalambuku ini tidak terbatas pada lahan sawah irigasi.,Terdapat beberapaagroekosistem lainnya yang juga menjadi target pendampingan, yaitu lahankering, lahan sawah lebak, lahan pasir dan lahan rawa pasang surut.
Penentuan kawasan pertanian berbasis agroekosistem tersebutdisesuaikan dengan kondisi lingkungan di masing-masing BPTP, terutamayang memiliki agroekosistem lahan lebak, pasang surut dan lahan pasir.Pendampingan yang berbasis lahan rawa lebak dan lahan rawa pasang surutumumnya dilakukan di Provinsi Kalimantan Selatan, Sumatera Selatandan Jambi. Lahan pasir ada di Jogyakarta. Sementara itu pendampingankawasan yang sebarannya relatif luas dilaporkan peneliti-penyuluh adalahdi lahan kering dan lahan sawah irigasi.
Sasaran komoditas
Sasaran komoditas yang didampingi diarahkan pada semua komoditasstrategis, baik di sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan danpeternakan.
Pendampingan kawasan pertanian tanaman pangan yang dirangkumdalam buku ini fokus pada komoditas padi, jagung dan kedelai padaagroekosistem lahan sawah irigasi, lahan kering, dan lahan rawa pasangsurut. Pada pendampingan kawasan hortikultura, sebagian besar penulismenyampaikan pengalamannya melakukan pendampingan bawang merah.Selebihnya membahas jeruk siam/keprok dan PTT cabai. Komoditas yangpaling sedikit didampingi adalah komoditas perkebunan. Ada empatkomoditas utama perkebunan yang didampingi pengembangannya, yaitukaret, pinang, kopi arabika dan kakao.
Pada pendampingan kawasan peternakan, basis komoditasnyajuga relatif terbatas. Sasaran komoditas peternakan yang didampingi
Introduksi Teknologi Pertanian Dalam Pendampingan Berbasis Kawasanxviii
mayoritas fokus pada sapi. Di luar sapi ada ternak kerbau dan babi. Dalampendampingan kawasan peternakan ini, sasaran pendampingan tidakspesifi k pada peningkatan produksi ternak.
Introduksi inovasi
Dari sisi inovasi yang diintroduksikan, terdapat introduksi inovasiteknologi PTT, pertanaman budidaya, penangkaran benih, pola tanamtumpang sari, dan aspek kelayakan usahatani. Inovasi teknologi yangdiintroduksikan meliputi: teknologi varietas unggul, model tumpangsaripadi jagung kedelai, SLPTT, teknologi jajar legowo, dan Jajar legowo super.Disamping mengintroduksikan inovasi teknologi dibahas juga efektivitaspendampingan, kinerja pendamping, kemudian keunggulan kompetitifdan bimbingan teknis (bimtek).
Pada kawasan hortikultura, pendampingan ditujukan pada aspek-aspek diseminasi inovasi, budidaya, pemupukan, pengembangan inovasi,PTT, peningkatan pendapatan, dan adaptasi varietas unggul. Aspek inovasiteknologi bawang merah yang didampingi antara lain berkaitan dengankondisi agroekosistem, yaitu pengembangan bawang merah di lahansuboptimal dan penanaman bawang merah di lahan pasir. Adapun unsurteknologi yang diintroduksikan adalah teknologi TTS bawang merah, bijibotani bawang merah dan pengendalian OPT pada budidaya bawang merah.Disamping itu ada juga penulis yang mengungkap kinerja pendamping dantingkat kepuasan petani.
Di sektor perkebunan, pendampingan diarahkan pada adaptasipupuk cair dan peningkatan produktivitas. Pendampingan yang dilakukantidak hanya pada aspek peningkatan produksi, tetapi juga pada aspekkelembagaan utamanya aspek ekonomi/pemasaran.
Sementara itu di sektor peternakan pendampingan lebih ditujukanpada optimalisasi peningkatan pendapatan peternak. Karena itu obyekpendampingan ditujukan pada pola pemeliharaan ternak diintegrasikandengan tanaman.
Dalam buku ini yang dikemukakan penulis antara lain integrasi sapidengan padi, sapi dengan jagung, sapi dengan kakao dan sapi dengansawit. Inovasi lainnya yang diintroduksikan dalam pendampingan adalahtentang formula pakan, bibit ternak, semen beku, pengelolaan limbah, danteknologi penggemukan sapi.
h
Tanaman Pangan
1Pertanaman Kedelai pada Kegiatan Pengembangan Kawasan Kedelai Nasional diKabupaten Tebo, Provinsi Jambi
1
PERTANAMAN KEDELAI PADA KEGIATANPENGEMBANGAN KAWASAN KEDELAI NASIONAL DI
KABUPATEN TEBO, PROVINSI JAMBI
Endrizal, Jumakir dan Rustam
PENDAHULUAN
Komoditas kedelai mempunyai peran strategis dalam memacupertumbuhan ekonomi pada masa yang akan datang. Peran strategistersebut dapat diwujudkan melalui pengembangan kawasan pertanianyang terintegrasi dalam pembentukan kapital, penyediaan bahan pangan,bahan baku industri, pakan dan bioenergi, penyerapan tenaga kerja,sumber devisa negara, sumber pendapatan, serta pelestarian lingkunganmelalui praktek usahatani yang ramah lingkungan (Kementerian Pertanian,2015). Masalah utama dalam upaya peningkatan produksi kedelai, antaralain terjadinya perubahan iklim dan serangan organisme pengganggutanaman (OPT), rusaknya infrastruktur irigasi, lingkungan dan semakinterbatasnya sumber daya air. Masalah lainnya adalah keterbatasan aksespetani terhadap sumber-sumber pembiayaan, kompetisi antar komoditas,tingginya konsumsi beras sebagai pangan pokok sumber karbohidratdan belum sinerginya antar sektor dari Pusat-Daerah dalam menunjangpembangunan pertanian khususnya produksi kedelai.
Sejumlah peluang yang apabila dimanfaatkan dengan baik akanmemberi kontribusi pada upaya peningkatan produksi. Peluang tersebutantara lain kesenjangan hasil antara potensi dan kondisi di lapanganmasih tinggi, sementara sudah tersedia teknologi untuk meningkatkanproduktivitas, potensi sumberdaya lahan sawah, rawa lebak, pasang surut,dan lahan kering yang masih luas (Badan Litbang Pertanian, 2016).
Provinsi Jambi dengan luas wilayah 5,1 juta hektar terdiri dari lahankering seluas 2,65 juta ha dan lahan pertanian tanaman pangan seluas352.410 ha. Berdasarkan identifi kasi dan karakterisasi AEZ terdapat kurang lebih 1.380.700 ha lahan kering untuk lahan pertanian yang sesuai untukpengembangan tanaman padi gogo, jagung dan palawija, sedangkan lahanyang sesuai untuk tanaman padi sawah 246.482 ha. Tanaman padi danpalawija merupakan komoditas penting di Provinsi Jambi sehingga menjadiprioritas pertanian (Busyra et al. 2000).
Introduksi Teknologi Pertanian Dalam Pendampingan Berbasis Kawasan2
Perhatian pemerintah terhadap kedelai semakin meningkat denganterus meningkatnya konsumsi kedelai nasional dari tahun ke tahunsebagai bahan pangan, bahan baku industri maupun sebagai pakanternak. Sedangkan laju peningkatan produksi belum dapat mengimbangilaju peningkatan kebutuhan kedelai sehingga jumlah impor meningkatdari tahun ke tahun. Rendahnya produktivitas kedelai di Provinsi Jambidisebabkan oleh ketersediaan benih bermutu terbatas, waktu tanam karenafl uktuasi perobahan iklim, kekeringan, pemupukan, hama penyakit, pascapanen dan harga (Jumakir dan Endrizal, 2003; Taufi q et al. 2007).
KegiatanpendampinganolehBPTP(penelitidanpenyuluh)merupakanhal yang sangat penting dalam upaya mengatasi kendala, permasalahan danmemanfaatkan peluang yang ada. Pendampingan pengembangan kawasankedelai merupakan upaya pemberdayaan petani dalam skala kawasan,kearah peningkatan adopsi inovasi teknologi usahatani menuju capaianproduksi kedelai sesuai target yang ditentukan Kementerian Pertanian cq.Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (Badan Litbang Pertanian, 2016).
Pertanaman kedelai di Provinsi Jambi mencapai 1.877 hektar, denganproduksi 2,4 ribu ton biji kering. Pertanaman kedelai tersebar di 9 kabupaten/kota. Daerah yang merupakan daerah sentra produksi kedelai di ProvinsiJambi adalah Kabupaten Tebo dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur denganluas masing-masing 16,89% hektar dan 42,83 %. Produktivitas komoditas inimasih rendah yaitu 13,40 kw/ha (Distan Provinsi Jambi, 2014).
Teknologi introduksi untuk peningkatan produktivitas tanamankedelai yang menjadi landasan pengembangan kawasan kedelai bersumberdari Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman pangan (Puslitbangtan)dengan UPT pelaksana adalah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)yang ada di setiap provinsi. Kegiatan pendampingan bertujuan untukmengimplentasikan inovasi teknologi Badan Litbang Pertanian dan rekayasakelembagaan serta sinkronisasi program kegiatan dari dinas/instansi terkaitdengan inovasi teknologi pertanian secara luas dari hulu sampai hilir. Daripelaksanaan kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitastanaman kedelai pada kawasan pengembangan serta dapat meningkatkankemampuan petani untuk mengelola usahatani secara terpadu danberwawasan agribisnis serta berkembangnya perekonomian perdesaan.Implementasi dari pemberdayaan masyarakat salah satunya dilakukanmelalui kegiatan pendampingan dan pengawalan teknologi sehingga usahamasyarakat/petani dapat berkembang secara mandiri (Semiaji, 2011).
3Pertanaman Kedelai pada Kegiatan Pengembangan Kawasan Kedelai Nasional diKabupaten Tebo, Provinsi Jambi
Kawasan Pengembangan pertanian telah ditetapkan menjadipendekatan pembangunan pertanian ke depan. Hal ini tertuang dalamPeraturan Menteri Pertanian Nomor 50/Permentan/OT.140/8/2011 tentangPedoman Pengembangan Kawasan Pertanian (Kementerian, 2011). Daerahsentra pertanian adalah bagian dari kawasan yang memiliki ciri tertentu,di dalamnya terdapat kegiatan produksi suatu jenis produk pertanianunggulan. Sentra pertanian merupakan area yang lebih khusus untuksuatu komoditas yang dalam kegiatan ekonominya telah membudayayang ditunjang oleh sarana dan prasarana produksi untuk berkembangnyaproduk tersebut (Kementan, 2013).
Makalah ini bertujuan untuk mengungkap pola usahatanikedelai di masyarakat, serta kendala dan permasalahan dalam upayapengembangannya dalam suatu kawasan pertanian di Kabupaten Tebo.Hasil identifi kasi tersebut diharapkan sebagai dasar pengembangan model pendampingan dan pengawalan teknologi oleh BPTP maupun pemerintahdaerah.
HASIL- HASIL LITKAJIBANG INOVASI PERTANIAN
Kondisi Eksisting Pertanaman Kedelai
Tanaman Kedelai sebagai komoditas unggulan tanaman pangandiusahakan 1-2 kali setahun, dengan teknologi budidaya sesuai denganrekomendasi dan petunjuk penyuluh pertanian lapang (PPL). Petani sudahbanyak menggunakan varietas unggul Anjasmoro, namun ada waktu-waktu tertentu benih berlabel tidak tersedia. Budidaya tanaman kedelaidengan menerapkan sistem tanpa olah tanah. Walaupun sudah mengikutipetunjuk dari PPL, masih perlu pendampingan untuk lebih meningkatkanproduktivitas dan kualitas tanaman kedelai. Penggunaan benih berlabel danbermutu, pengaturan populasi tanam, pengendalian OPT, dan pemupukanserta pemeliharaan tanaman perlu ditingkatkan untuk mencapaiproduktivitas dan kualitas yang optimal.
Secara geografi s kabupaten Tebo terletak antara 0° 51’ 32” - 10° 54’ 50” LS dan 10° 48’ 57” - 20° 49’ 17” BT. Sebelah Utara berbatasan dengan KabupatenIndra Giri Hulu, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Batang haridan Kabupaten Tanjung Jabung Barat, sebelah Selatan berbatasan denganKabupaten Merangin dan sebelah Barat berbatasan dengan KabupatenBungo dan Kabupaten Dharmasraya. Luas wilayah Kabupaten Tebo 6.461
Introduksi Teknologi Pertanian Dalam Pendampingan Berbasis Kawasan4
km2 tersebar di 12 Kecamatan, dan 101 kelurahan. Sebagian besar wilayahKabupaten Tebo berada pada kategori dataran rendah, sedang dan tinggi.Penduduknya pada tahun 2016 berjumlah 297.735 (BPS, 2016).
Desa Mangun Jaya merupakan salah satu desa yang berada dalamwilayah kerja penyuluh pertanian (WKPP) Kecamatan Tebo Tengah,Kabupaten Tebo Provinsi Jambi dengan luas wilayah 200 ha. Tata gunalahan sebagai lahan sawah 107 ha, kebun 75 ha, topografi datar terletak pada ketinggian 100-150 m dpl dan rata-rata curah hujan 2.400-2.600 mm/tahun(Tabel 1). Tanah di Desa Mangun Jaya memiliki karakterisik antara lainberwarna hitam kelabu sampai coklat tua karena bahan organiknya sudahberkurang, berstruktur remah dan tekstur lempung berpasir, kandunganunsur hara rendah dan pH tanah agak masam.
Tabel 1. Karakteristik Desa Mangun Jaya, Kecamatan Tebo Tengah, Kabupaten TeboProvinsi Jambi.
No Karakteristik Desa Mangun Jaya
1. Sumber daya lahan
- Luas 200 ha
2. Tata guna lahan
- Sawah 107 ha
- Kebun 75 ha
3. Kondisi lahan
- Elevasi 100 -150 m dpl
- Topografi Datar bergelombang
- Kesuburan Rendah-sedang
- Jenis tanah/Tipologi lahan Podsolik Merah Kuning
4. Pola tanam lahan sawah
- Musim hujan (MH) Padi
- Musim kemarau (MK) Padi
- Tanaman utama Padi
Pola tanam lahan kebun
- Musim hujan (MH) Kedelai
- Musim kemarau (MK) Kedelai
- Tanaman utama Kelapa sawit
5. Iklim
- Tipe B
- Curah hujan 2.400-2.600 mm/tahun
6. Kelembagaan
- Kelompok tani 10
- Kios saprotan 1
- RMU 2
5Pertanaman Kedelai pada Kegiatan Pengembangan Kawasan Kedelai Nasional diKabupaten Tebo, Provinsi Jambi
No Karakteristik Desa Mangun Jaya
- Hand traktor 7
- Kelompok tani Mekar Sari
Kondisitanahtersebutmemerlukanperbaikanuntukmengoptimalkanpertumbuhan dan hasil kedelai. Penambahan bahan organik berupa pupukkandang/kompos dapat menambah unsur hara, memperbaiki sifat fi sik tanah dan dapat mengikat unsur hara mikro yang berlebihan (Buckmandan Brady, 1982). Selanjutnya Sanchez (1976) mengatakan unsur hara yangpaling banyak dibutuhkan tanaman adalah nitrogen, fosfor dan kalium.Berdasarkan hasil analisis tanah, beberapa sifat tanah dan ciri tanah yangoptimal untuk mendukung pertumbuhan tanaman adalah : 1) pH antara5,5-6,5, 2) tekstur tanah lempung, berdrainase baik 3) tipe mineral liat 1:1dan bahan induk kaya akan hara, 4) kandungan bahan organik sedang, 5)ketersediaan hara dan mikro cukup (Makarim, 2004).
Keragaan Produktivitas Usahatani dan Sumber Pendapatan
Desa Mangun Jaya di dominasi oleh tanaman perkebunan,yang didominasi tanaman karet dan kelapa sawit dengan pola tanamintercropping. Ditinjau dari segi aksebilitas wilayah lokasi desa ini cukupbaik dan terbuka, dicirikan antara lain tersedianya dukungan sarana danprasarana tranportasi yang memadai dan merupakan jalan lintas ProvinsiJambi dan Provinsi Sumatera Barat. Dari segi jarak, desa ini lebih dekatdijangkau dari ibukota kabupaten. Jarak dari ibukota provinsi ke desa inisekitar 325 km, jarak dari ibukota kabupaten ke desa sekitar 30 km sedangkanjarak dari ibukota kecamatan ke desa sekitar 4 km. Sarana transportasiumum tersedia dengan baik dan lancar, kendaraan roda empat maupunroda dua. Desa ini dihuni oleh penduduk sebanyak 590 kepala keluarga,dengan mata pencaharian utama berusahatani tanaman pangan (padi dankedelai), sayuran, perkebunan (kelapa sawit dan karet), peternakan danperikanan.
Teknologi budidaya tanaman kedelai di Desa Mangun Jaya terusberkembang, dan sebagian besar petani telah mengenal varietas unggulbaru (Anjasmoro), serta menggunakan benih berlabel. Produktivitas kedelairata-rata di desa ini beberapa tahun terakhir ini berkisar antara 1,4 – 1,8 ton/ha, relatif lebih baik dibandingkan dengan rata-rata produktivitas kedelaidi Provinsi Jambi yang hanya mencapai rata-rata 1.38 ton/ha (BPS Jambi,2015), dan produktivitas kedelai nasional yang rata-rata mencapai 1.57ton/ha (Kementerian, 2015). Masalah utama yang dihadapi petani adalahbenih bermutu yang dibutuhkan tidak tersedia setiap awal musim tanam.
Introduksi Teknologi Pertanian Dalam Pendampingan Berbasis Kawasan6
Kebutuhan akan benih kedelai bermutu tidak tercukupi dari sekitar desa,sehingga petani seringkali menggunakan benih yang turun-temurun.
Keragaan Kelembagaan Kelompok Tani
Desa Mangun Jaya mempunyai 3 kelompok tani dengan jumlahanggota sebanyak 60 orang yang di ketuai oleh Miswanto. Keaktifan anggotakelompok sangat tergantung dengan kondisi harga kedelai, jika hargakedelai bagus maka kegiatan anggota kelompok untuk menanam kedelaijuga akan semangat, tetapi jika harga kedelai kurang bagus, maka anggotayang menanam kedelai juga tidak bersemangat bahkan petani tidak maumenanam kedelai, kecuali jika semua prasarana dan sarana dibantu semuaoleh Dinas Pertanian setempat.
Kelompok Tani Mekar Sari ini terus berkembang, dengan kinerjapengurus yang semakin meningkat, baik dalam kegiatan usahatani,maupun mencari dan menyebar kan informasi, penyaluran saprodi sertapengembangan modal. Kemajuan kinerja kelompokini disamping kesadarananggota juga karena dukungan dari Kepala Desa, perangkat desa dan peranserta tokoh masyarakat. Kelompok tani ini masih perlu pendampingandan pembinaan dari PPL dan petugas lainnya dalam hal: administrasikelompok, kepengurusan kelompok, perencanaan kelompok, programkerja, aturan-aturan, mencari informasi pasar, analisa usaha, pemupukanmodal, penyediaan saprodi, dan hal-hal lain yang diperlukan kelompok.BPTP Balitbangtan Jambi didampingi Dinas Pertanian Kabupaten Jambiterus melakukan pendampingan kegiatan penanaman kedelai agar petaniterus mengikuti anjuran yang benar.
Potensi, Masalah dan Peluang Pengembangan Pertanian
Potensi sumberdaya alam Desa Mangunjaya, khususnya lahan danagroklimat sangat mendukung untuk pengembangan komoditas tanamanpalawija terutama tanaman kedelai. Pertimbangan pemanfaatan lahan untukusaha tani tanaman kedelai karena: a) topografi wilayah cukup datar dan hamparan cukup luas sehingga berpotensi untuk pertumbuhan tanamankedelai, b) lahan berada dialiran sungai Batang Hari, sehingga tanah cukupsubur dan lembab dan air tanah tersedia untuk pertanaman kedelai, danlahan ini dapat ditanami sepanjang tahun, dan c) mempunyai sosial budayaberupa kearifan budaya lokal yang berpotensi untuk mengembangkantanaman kedelai.
7Pertanaman Kedelai pada Kegiatan Pengembangan Kawasan Kedelai Nasional diKabupaten Tebo, Provinsi Jambi
Potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal, sehinggaagribisnis tanaman kedelai belum optimal, walaupun talah mulaiberkembang di wilayah tersebut. Hasil identifi kasi masalah yang dilakukan, ada beberapa kendala yang dihadapi dalam usahatani kedelai, antara lain:masalah pengolahan tanah yang belum sesuai anjuran, penggunaan pupukorganik yang relatif sedikit, penggunaan pupuk anorganik belum sesuaianjuran baru mencapai 80%, pengendalian OPT belum mengikuti anjuran,serta penanganan panen dan pascapanen masih rendah. Kendala-kendalaini masih dapat diatasi dengan melakukan penyuluhan-penyuluhan danpendampingan, untuk dapat meningkatkan produktivitas dan kualitastanaman kedelai. Menurut Mejaya et al. (2012), petani belum menggunakanbenih unggul dan teknik pengelolaan tanaman belum optimal. Teknologiproduksi kedelai meliputi: varietas unggul, teknik pengelolaan lahan, air,tanaman dan organisme penggaggu tanaman.
Permasalahan dan kendala di lapangan dapat diatasi jika petani relatifintensif didampingi oleh PPL dan BPTP Balitbangtan Jambi. Pendampinganinovasi yang diharapkan adalah yang sesuai dan tepat dari hulu sampai kehilir, serta penerapan Good Agriultures Praktis (GAP) dan Good HandlingPraktis (GHP), sehingga produktivitas dan kualitas tanaman kedelai dapatditingkatkan.
Teknologi Display Tanaman Kedelai
Petani mengusahakan tanaman kedelai di lahan pekarangan danperkebunan yang umur tanaman sawitnya masih muda. Pola curah hujandi Kabupaten Tebo hampir merata sepanjang tahun dengan curah hujanbulanan tertinggi umumnya terjadi bulan Desember/Januari dan curah hujanterendah bulan Agustus. Biasanya musim hujan dimulai bulan September/Oktober dan musim kemarau pada bulan April/Mei.
Pengamatan pertumbuhan vegetatif tanaman memperlihatkan bahwapenampilan varietas Anjasmoro baik sekali dan pertumbuhannya merata,sehat dan tegar. Hal ini sesuai dengan pendapat Adie, et al. (2013), bahwapenggunaan benih bermutu akan menyebabkan tanaman tumbuh seragamdan rata sehingga memudahkan pengelolaan dan memberikan hasil tinggi.
Varietas unggul juga merupakan inovasi teknologi yang paling mudahdiadopsi petani karena teknologi ini murah dan penggunaannya sangatpraktis. Varietas unggul merupakan salah satu komponen teknologi yangmemiliki peran nyata dalam meningkatkan produksi dan kualitas hasilkomoditas pertanian (Daradjat, 2001 dan Soewito et al.1995).
Introduksi Teknologi Pertanian Dalam Pendampingan Berbasis Kawasan8
Pemeliharaan pertanaman kedelai pada prinsipnya melakukanpemantauan terhadap lingkungan pertanaman, seperti terhadap gangguanorganisme penganggu tanaman (gulma dan hama penyakit). Pemeliharaanyang dilakukan pada pertanaman kedelai adalah pemupukan, penyiangandan pemberantasan hama dan penyakit. Pemupukan diberikan setelahtanaman kedelai berumur 2 minggu. Pupuk yang diguna kan adalah pupukUrea dengan dosis sekitar 50 kg Urea, 75 kg SP36, dan 100-150 kg KCL/ha, diberikan seluruhnya pada waktu 2 minggu setelah tanam. Pemupukandilakukan dengan sistem tugal disamping lubang tanam, dengan jarak 5-7cm dari tanaman. Setelah pupuk diaplikasikan, lubang pupuk harus ditutupkembali dengan tanah.
Hasil tanaman kedelai pada kegiatan Display ini cukup tinggi yaituberkisar antara 2,5 – 3.0 ton/ha, melebihi potensi hasil dari varietas tersebut(2.03-2.25 ton/ha) (Balitkabi, 2008). Hal ini disebabkan karena kegiatanDisplay Kedelai ini menggunakan sistem PTT sehingga pertanaman beradadalam kondisi optimum, dimana dilakukan semua aspek teknologi yaitupenggunaan Good Agriculture Practices (GAP) dan Good Handling Practices(GHP)
Tanaman kedelai termasuk komoditas unggulan di Desa MangunJaya setelah tanaman perkebunan karet dan sawit. Tanaman kedelai rata-rata di tanam 2 kali dalam setahun, dimana petani sudah menggunakanvarietas unggul dan benih berlabel, namun ada waktu-waktu tertentu yangmusim hujannya tidak sesuai dengan kondisi hujan yang biasa, sehinggatanaman kedelai yang diusahakan tidak tumbuh dengan baik. Termasukkegiatan display yang dilaksanakan tahun 2018, curah hujannya sangatkurang dibandingkan pada musim yang sama tahun sebelumnya, sehinggatanaman kedelai pada kegiatan display tidak tumbuh dengan baik. Penu-runan hasil akibat kekeringan pada stadia generatif beragam tergantungvarietas dan tingkat cekaman. Cekaman kekeringan selama fase generatifmenurunkan hasil kedelai sebesar 25% (Suhartina & Suyamto 2005), 34%(Suhartina & Arsyad 2005), dan 46% (Suhartina & Nur 2005). Kekuranganair selama fase pembungaan berakibat pada berkurangnya jumlah polong,jumlah biji per polong, dan ukuran biji (Desclaux et al. 2000). SelanjutnyaLas et al. (1993) bahwa faktor fi sik lingkungan seperti tanah dan iklim sangat dominan mempengaruhi pertumbuhan tanaman dilapangan.
9Pertanaman Kedelai pada Kegiatan Pengembangan Kawasan Kedelai Nasional diKabupaten Tebo, Provinsi Jambi
DESKRIPSI DAN KEUNGGULAN INOVASI PERTANIAN
Deskripsi Inovasi PTT Kedelai
Sejalan dengan pembangunan pertanian yang lebih memfokuskanpada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani, maka perluadanya inovasi baru untuk memacu peningkatan produktivitas kedelai dansekaligus peningkatan pendapatan petani melalui pendekatan pengelolaantanaman dan sumberdaya terpadu (PTT).
BadanLitbangPertanian jugatelahmenghasilkandanmengembangkaninovasi teknologi dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)yang ternyata mampu meningkatkan produktivitas kedelai dan efi siensi input produksi (Deptan, 2008). Selanjutnya Badan Litbang Pertanian melaluiBalai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (BALITKABI)telah merakit teknologi produksi kedelai yang lebih hemat input untuklahan pasang surut, lahan sawah dan lahan kering sehingga diharapkanakan meningkatkan keuntungan usahatani. Dengan penggunanan varietasunggul baru yang adaptif dan teknologi yang tepat diantaranya pemupukan,ameliorasi, dan penggunaan pupuk kandang hasil kedelai di lahan sawahdan lahan kering masam dapat mencapai lebih dari 2,0 ton/ha (Balitkabi,2008).
Teknologi untuk meningkatkan produktivitas usahatani kedelaidengan pendekatan PTT yaitu penggunaan benih berlabel/bermutu,varietas unggul baru Anjasmoro, jarak tanam 40x15 cm, pupuk urea, SP 36,KCL, pupuk kandang dan dolomit (Tabel 1). Kebutuhan benih sebanyak 40kg/ha, penyiapan lahan setelah padi dengan sistem tanpa olah tanah (TOT)dan dibuat saluran drainase setiap 3 m, jumlah biji perlubang 2 biji/lubang,penyiangan gulma 2 kali dan disesuaikan kondisi gulma dilapangan.Pembuatan/perbaikan saluran kemalir untuk pengaturan tata air agar tidakterjadi genangan air dan untuk proses pencucian dari unsur yang meracunitanaman. Pengaturan jarak tanam yang teratur untuk memudahkan dalampemupukan, pengendalian gulma dan pengendalian OPT. Pemupukandilakukan secara larikan 5-7 cm dari tanaman dan dilakukan penutupandengan tanah sedangkan lubang tanam yang sudah diisi benih kedelaiditutup dengan campuran pupuk kandang dan dolomit. Pengendalian OPTdilakukan dengan sistem PHT.
Introduksi Teknologi Pertanian Dalam Pendampingan Berbasis Kawasan10
Hasil pengkajian di lahan sawah irigasi menunjukkan bahwapertumbuhan tinggi tanaman kedelai yaitu 70 cm, jumlah polong isi 68, danjumlah polong hampa 10. Produktivitas yang diperoleh dengan pendekatanPTT adalah 1,80 t/ha, sedangkan produktivitas kedelai cara petani sesuaibase line study diperoleh 1,10 – 1,30 t/ha (Endrizal, et al. 2015). MenurutSubandi et al. (2007) bahwa produktivitas tanaman menggambarkan tingkatpenerapan teknologi produksi oleh petani. Peningkatan produksi kedelaidengan pendekatan PTT dipengaruhi oleh penggunaan benih bermutu, caradan dosis pemupukan selain itu penggunaan pupuk kandang dan dolomit,sehingga mempengaruhi keragaan tanaman seperti tinggi tanaman,polong isi, berat 100 biji dan hasil. Pemberian pupuk organik berupapupuk kandang lebih baik dibanding kompos jerami, karena nisbah C/Nlebih rendah, kadar hara N, P dan K lebih tinggi (Iqbal, 2008). Pemberianbahan organik menyebabkan akar tanaman dapat menembus lebih dalamdan luas sehingga tanaman lebih kokoh dan lebih mampu menyerap haratanaman dan air lebih banyak (Jo, 1990). Bahan organik dapat menyebabkanketersediaan beberapa unsur hara dan meningkatkan efi siensi penyerapan P (Karama et al. 1990).
Tanaman kedelai sebagai komoditas unggulan tanaman pangandi Kabupaten Tebo diusahakan oleh petani rata-rata 1-2 kali setahun,tergantung kondisi iklim. Dengan penerapan teknologi budidaya sesuairekomendasi hasil Litbang Pertanian, dimana petani sudah hampir 80%menggunakan varietas unggul Anjasmoro, dan menerapkan sistempengolahan tanah sempurna. Dalam pelaksanaan kegiatan dilapanganmasih diperlukan pendampingan dari PPL dan Peneliti untuk lebihmeningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman kedelai. Penggunaanbenih berlabel dan bermutu, pengaturan populasi tanam, pengendalianOPT, dan pemupukan serta pemeliharaan tanaman perlu ditingkatkanuntuk mencapai produktivitas dan kualitas yang optimal (Yardha et al,2013).
Analisis Usahatani Kedelai
Untuk mengukur tingkat kemampuan pengembalian atas biayausahatani kedelai, dihitung nisbah penerimaan atas biaya input yangdigunakan sedangkan pendapatan usahatani merupakan selisih antaranilai hasil dan biaya produksi. Hasil analisis usahatani menunjukkanbahwa penerimaan dan pendapatan usahatani kedelai tertera pada Tabel 2.Penerimaan yang diperoleh yaitu Rp. 5.950.000, dan pendapatannya adalahRp 1.063.000. Pendapatan yang diperoleh dipengaruhi oleh hasil yang
11Pertanaman Kedelai pada Kegiatan Pengembangan Kawasan Kedelai Nasional diKabupaten Tebo, Provinsi Jambi
rendah. Bila dilihat dari efi siensi usahatani yaitu R/C ratio usahatani kedelaisebesar 1,22, menunjukkan bahwa usahatani kedelai masih memberikankeuntungan.
Tabel 2. Analisis usahatani kedelai varietas Anjasmoro per hektar kegiatan pendampingandi Desa Mangun Jaya, Kecamatan Tebo Tengah, Kabupaten Tebo, Jambi
UraianVarietas Anjasmoro
Volume Nilai (Rp)
INPUT
- Benih 40 kg 400.000
- Urea 50 kg 130.000
- SP 36 100 kg 260.000
- KCl 50 kg 400.000
- Herbisida 5 l 400.000
- DMA 1 btl 112.000
- Insektisida 2 btl 250.000
Jumlah 1.952.000
Tenaga Kerja
- Semprot rumput Borongan 280.000
- Tanam Borongan 1.500.000
- Pemupukan 2 HOK 150.000
- Penyiangan 3 HOK 225.000
- Pengendalian hapen 4 HOK 300.000
- Panen/Prosesing Borongan 480.000
Jumlah 2.953.000
Total 4.887.000
OUTPUT
- Hasil (kg) 850
- Harga (Rp) 7.000
- Penerimaan (Rp) 5.950.000
- Pendapatan (Rp) 1.063.000
- R/C 1,22
Introduksi Teknologi Pertanian Dalam Pendampingan Berbasis Kawasan12
PENUTUP
• Metoda diseminasi melalui percontohan atau demonstrasi plot(Demplot) kegiatan pendampingan sangat direspon oleh petani karenadapat mendorong petani untuk melakukan perbaikan pengelolaanusahataninya, terutama dalam menerapkan inovasi teknologi sesuairekomendasi/anjuran, penggunaan input usahatani menjadi lebihefi sien dan efektif, yang akhirnya berdampak produktivitas meningkat
• Pertumbuhan tanaman kedelai selama kegiatan pendampingansemenjak tahun 2015, sangat berfl uktuasi yaitu antara 0,98 – 3 ton per hektar. Produksi tertinggi diperoleh pada kegiatan pendampingantahun 2017 dengan produksi 3,2 ton/ha, produksi terendah padakegiatan tahun 2018 (,98 ton per hektar), karena curah hujan sangatrendah. Faktor yang sangat menentukan produksi tanaman kedelaiselain penggunaan benih bermutu dan pengolahan lahan yangsempurna adalah faktor cuaca, dimana jika curah hujan cukup,produksi tanaman kedelai bisa mencapai 3 ton/ha.
• Kegiatan usahatani kedelai sudah dapat dilakukan petani dengan baiksesuai dengan rekomendasi teknologi, namun pendampingan dariPPL dan peneliti masih diperlukan agar dapat memberikan pelatihandan bimbingan teknologi budidaya kedelai secara continue.
• Bahan materi penyuluhan harus di sediakan secara kontinue dalammembina kelompok tani, terutama setiap mengadakan pertemuandan pendampingan di lapangan berupa pemberian leafl et/brosur inovasi teknologi pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Adie,MMuchlishdanAydaKrisnawati.2013.Keragaanhasildankompoenenhasil biji kedelai pada berbagai agroekosistem. Prosiding SeminarNasiional Hasil Penelitian Tanaman Pangan Aneka Kacang danUmbi Tahun 2013.
Adisarwanto T, Budhi S, Marwoto, Suyamto dan Sumarno. 1997. Keragaanpaket teknologi produksi kedelai di lahan sawah. Prosiding KinerjaPenelitian Tanaman Pangan. Buku 5. Kedelai, Kacang tanah, Kacanghijau dan Kacang tunggak. Puslitbangtan. Badan Litbang Pertanian.Bogor
Badan Litbang Pertanian. 2016. Petunjuk Pelaksanaan PendampinganPengem-bangan kawasan Padi, Jagung dan Kedelai. Badan LitbangPertanian. Kementerian Pertanian.
13Pertanaman Kedelai pada Kegiatan Pengembangan Kawasan Kedelai Nasional diKabupaten Tebo, Provinsi Jambi
Balitkabi. 2008. Panduan umum pengelolaan tanaman terpadu kedelai.Badan Litbang. Puslitbangtan. Balitkabi. Malang
BPS. 2016. Tebo Dalam Angka 2015. Badan Pusat Statistik Kab. Tebo.
BPS. 2015. Jambi dalam angka. BPS Provinsi Jambi. Jambi
Daradjat AA. 2001. Program pemuliaan partisipatif pada tanaman padi:Konsep dan Realisasi. Lokakarya dan Penyelarasan PerakitanVarietas Unggul Komoditas Hortikulura melalui PenerapanProgram �Ĵȱȱ�. Jakarta
Departemen Pertanian. 2007. Percepatan bangkit kedelai. Deptan.Direktorat JenderalTanaman pangan. Jakarta
Departemen Pertanian. 2008. Panduan pelaksanaan sekolah lapangpengelolaan tanaman terpadu (SL-PTT) kedelai. BadanLitbang. Puslitbangtan. Balitkabi. Jakarta
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2014. Pedoman Teknis Sekolahlapangan Pengelolaan Tanaman terpadu (SL-PTT) Padi dan JagungTahun 2014. Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal TanamanPangan.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2015. Petunjuk Teknis PengelolaanProduksi Kedelai dan Bantuan Pemerintah Tahun Anggaran 2016.Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Kementerian Pertanian.Tahun 2015.
Dinas Pertanian Provinsi Jambi. 2014. Sasaran Produksi Tanaman PanganTahun 2014.
Desclaux, D., T.T. Huynh, P. Roumet. 2000. Identifi cation of soybean plant characteristics that indicate the timing of drought stress. Crop Sci.40:716-722.
Endrizal, Rima P dan Jumakir. 2015. Keragaan Teknologi dan ProduktivitasKedelai Dengan Pendekatan PTT di Lahan Sawah Irigasi ProvinsiJambi. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian TanamanAneka Kacang dan Umbi. Inovasi Teknologi Tanaman AnekaKacang dan Umbi untuk Mewujudkan Sistem Pertanian BioindustriBerkelanjutan. Pusat Penelitian dan Pengembangan TanamanPangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Malang,
Jumakir dan Endrizal. 2003. Potensi produksi kedelai di lahan pasang surutwilayah Rantau Rasau Provinsi Jambi. Prosiding Seminar NasionalHasil-Hasil Penelitian dan Pengkajian Teknologi Spesifi k Lokasi. Jambi, 18-19 Desember 2003. BPTP dan Badan Litbang Daerahprovinsi Jambi
Iqbal A. 2008. Potensi kompos dan pupuk kandang untuk produksi padiorganik di tanah inceptisol. Jurnal Akta Agrosi Fak. PertanianUNSOED 11(1):13-18
Jo IS. 1990. Eff ect of organic fertilizer on soil physicsl properties and plant growth. Paper presented at Seminar on The Use of Organic Fertilizerin Crop Production, at Suweon, South Korea. 18-24 June.
Introduksi Teknologi Pertanian Dalam Pendampingan Berbasis Kawasan14
Karama AS, AR Marzuki dan I Manwan. 1990. Penggunaan pupuk organikpada tanaman pangan. Prosiding Lokakarya Nasional Efi siensi Pupuk. Cisarua, 12-13 November 1990. Puslitbangtan. Bogor
Kementerian Pertanian. 2011. Peraturan Mentri Pertanian No.45/Permentan/OT.140/8/2011 tentang Tata Hubungan Kerja Antar KelembagaanTeknis, Penelitian dan Pengembangan dan Penyuluhan PertanianDalam Menudkung Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN).
Kementerian Pertanian. 2013. Pedoman Teknis. Sekolah LapanganPengelolaan Tanaman Teradu Padi dan Jagung Tahun 2013.Kementerian ertanaian. Direktorat Jenderal Tanaman Panagan.
Kementan. 2015. Rancangan Model Pengembangan Kawasan Pertanian 2015– 2019. Kementerian Pertanian, Jakarta.
Las I, P. Wahid, Y.S. Baharsyah dan Darwis SN. 1993. Tinjauan iklim datarantinggi Indonesia. Potensi kendala dan peluang dalam mendukungpembangunan pertanian pada PJPT II. Seminar sehari tentang iklim.Padang 6 Pebruari 1993.
Makarim AK. 2004. Teknik identifi kasi wilayah sesuai untuk pengembangan varietas unggul tipe baru. Makalah pelatihan pemasyarakatan danpengembangan padi VUTB. Sukamandi, 31 Maret-3 April 2004
Mejaya MJ, Marwoto dan Suyamto. 2012. Upaya peningkatan produksikedelai menuju swasembada. Prosiding Seminar Tanaman Pangan.Buku 3. Puslitbangtan. Badan Litbang Pertanian. Bogor
Semiaji. 2011. Strategi Pembangunan Masyarakat Melalui PelibatanPartisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan. Bunga RampaiAdministrasi Publik. Lembaga Administrasi Negara. Jakarta.
Soewito T, Z Harahap dan Suwarno. 1995. Perbaikan varietas padi sawahmendukung pelestarian swasembada beras. Prosiding SimposiumPenelitian Tanaman Pangan III. Bogor, 23-25 Agustus 1993. KinerjaTanaman Pangan Buku 2. Puslitbangtan. Badan Litbang Pertanian
Subandi, A Harsono, dan H Kuntyastubi. 2007. Areal pertanaman dan sistemproduksi kedelai di Indonesia. Dalam Kedelai : Teknik produksi danpengembangan. Puslitbangtan. Bogor
Suhartina dan Amin Nur. 2005. Evaluasi galur-galur harapan kedelai hitamtoleran terhadap kekeringan. Laporan Akhir Tahun: Hasil PenelitianKomponen Teknologi Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Tahun 2005.
Suhartina dan Darman M. Arsyad. 2005. Toleransi galur dan varietas kedelaiterhadap cekaman kekeringan. Lokakarya dan Seminar Nasional:Peningkatan Produksi Kacang-kacangan dan Umbi-umbianMendukung Kemandirian Pangan. Puslitbang Tanaman pangan.
Suhartina dan Suyamto. 2005. Evaluasi galur kedelai untuk tolerankekeringan dan berbiji besar. Laporan Akhir Tahun: Hasil PenelitianKomponen Teknologi Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Tahun 2005. Buku II. Balitkabi, Malang.
Syam M. 2009. Padi organik dan tuntutan peningkatan produksi beras.Iptek Tanaman Pangan. Volume 3 nomor 1April 2008. Puslitbangtan.Badan Litbang Pertanian. Bogor
15Pertanaman Kedelai pada Kegiatan Pengembangan Kawasan Kedelai Nasional diKabupaten Tebo, Provinsi Jambi
Taufi q A, Andi W, Marwoto, T. Adisarwanto dan Cipto Prahoro. 2007. Verifi kasi efektifi tas teknologi produksi kedelai melalui pendekatanpengelolaan tanaman terpadu (PTT) di lahan pasang surut ProvinsiJambi. Balitkabi. Malang.
Yardha, Hery Nugroho dan Adri. 2013. Percepatan adopsi varietas unggulbaru kedelai di lahan pasang surut. Prosiding Seminar NasiionalHasil Penelitian Tanaman Pangan Aneka Kacang dan Umbi Tahun2013.
h
17Implementasi Model Tumpangsari Padi, Jagung, dan Kedelai mendukungPeningkatan Produksi Tanaman Pangan
IMPLEMENTASI MODEL TUMPANGSARI PADI, JAGUNG,DAN KEDELAI MENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI
TANAMAN PANGAN
Erythrina
PENDAHULUAN
Kebutuhan bahan pangan utama terus meningkat dari tahun ketahun untuk mengimbangi pertambahan jumlah penduduk. Keterbatasanketersediaan lahan yang sesuai untuk perluasan areal, perubahan iklimyang ditandai oleh pergeseran pola curah hujan, kejadian iklim ekstrimdan naiknya muka air laut ikut mengancam produksi pangan (Agus et al.,2015; Boer, 2011; Erfandi dan Rachman, 2011). Konversi lahan pertanianmerupakan ancaman yang serius dalam pencapaian dan mempertahankankemandirian pangan (Irawan, 2002).
Memenuhi permintaan komoditas pertanian yang beragam,peningkatan produktivitas lahan perlu dilakukan dengan meningkatkanefi siensi penggunaan sumber daya seperti air, unsur hara dan intensitas cahaya (Awal et al., 2006). Tumpangsari sering merupakan sarana untukpenggunaan lahan dan sumber daya yang lebih baik (Shiddieq et al., 2018).Sistem tumpangsari bukanlah merupakan inovasi teknologi baru di sektorpertanian, karena telah dipraktekkan di banyak negara sebagai cara untukmemaksimalkan produktivitas lahan di daerah tertentu pada satu musimtanam. Praktik penanaman dua atau lebih tanaman di lahan yang sama lebihumum di daerah tropis di mana lebih banyak curah hujan, suhu lebih tinggi,dan musim tanam yang lebih panjang sehingga lebih menguntungkan untukproduksi tanaman secara terus menerus (Gao et al., 2010).
Peningkatan produktivitas lahan ditempuh melalui rekayasa sistemtanam secara tumpangsari untuk memperoleh peningkatan total produksidan mengurangi resiko kegagalan panen atau kerugian salah satu tanamanserta mengurangi biaya produksi dan meningkatkan pendapatan usahatani.Sistem tanam tumpangsari memerlukan pengaturan kerapatan tanamandan pemilihan jenis tanaman untuk memperoleh populasi optimal tanpamengabaikan daya dukung lahan, sehingga terjadinya penurunan hasildari masing-masing tanaman akibat kompetisi hara, air dan cahaya,akan terkompensasi dengan populasi yang sama dengan sistem tanammonokultur (Irianto, 2018).
Introduksi Teknologi Pertanian Dalam Pendampingan Berbasis Kawasan18
Mempertimbangkan manfaat dan keunggulan dari sistem tanamtumpangsari untuk peningkatan pendapatan petani dan pencapaianswasembada pangan nasional, pemerintah melaksanakan kegiatanPengembangan Sistem Tanam Tumpangsari Padi, Jagung dan Kedelaisecara nasional. Sasaran kegiatan ini adalah terlaksananya pengembangansistem tanam tumpangsari seluas 22.000 ha di 22 provinsi pada tahun 2018(Ditjentan, 2018).
Review ini bertujuan untuk memberikan informasi tentangkelebihan dan kekurangan sistem tumpang sari, upaya untuk mendapatkanproduktivitas optimal serta indikator penilaian potensi keuntungan sistemtumpangsari.
INISIASI SISTEM TUMPANGSARI
Tumpang sari merupakan sistem bercocok tanam dengan menanamdua atau lebih jenis tanaman secara serentak dengan membentuk barisan-barisan lurus untuk tanaman yang ditanam secara berseling pada suatubidang tanah (Kepustakaan Nasional, 2007). Karena penanaman dua ataulebih tanaman secara bersamaan pada lahan yang sama maka akan terjadiintensifi kasi pada dimensi ruang dan waktu, sehingga terjadi kompetisi antar tanaman untuk mencapai kepadatan optimum. Intensifi kasi pada dimensi waktu merupakan penanaman dua atau lebih tanaman secara berurutanpada lahan yang sama selama satu tahun (Ariska et al., 2017). Tanamankedua ditanam setelah tanaman pertama dipanen, sehingga tidak terjadikompetisi antar tanaman. Pengaturan ruang meliputi vertikal (tanamansemusim dengan tanaman tahunan) dan horisontal (sampai ketinggiantempat tertentu) (Shiddieq et al., 2018).
Manfaat sistem tumpangsari antara lain: (a) peningkatan produktivitassumberdaya(tanah,air,unsurhara,cahaya),(b)mengurangiresikokegagalanpanen karena lebih banyak panen per satuan waktu di area yang sama, (c)pengurangan penguapan air dari muka tanah, peningkatan aktivitas mikrobadi tanah, serta mengurangi erosi permukaan, (d) beberapa famili kacang-kacangan (legume) dapat memperbaiki dan memasukkan nitrogen ke dalamsistem perakaran (e) kontinuitas pekerjaan tetap ada yang memungkinkanmembuka peluang pekerjaan bagi petani menjadi lebih besar. Sebaliknya,kelemahan sistem tumpangsari adalah: (a) persaingan antar tanaman untukcahaya, unsur hara dan air, (b) kelembaban udara mikro yang lebih tinggimendukung pengembangan penyakit, terutama jamur (c) seringkali tidakmemungkinkan untuk melakukan mekanisasi terutama pada saat tanam,menyiang dan panen, serta (d) pemanenan satu komponen tanaman dapat
19Implementasi Model Tumpangsari Padi, Jagung, dan Kedelai mendukungPeningkatan Produksi Tanaman Pangan
menyebabkan kerusakan pada yang lain (Shiddieq et al., 2018; Malezieux etal., 2009).
Interaksi antar individu tanaman dalam sistem tumpang sari terdiridari: (1) Interaksi kompetisi, terjadi bilamana sumberdaya terbatas (tidakmencukupi) untuk memenuhi kebutuhan tanaman; (2) Interaksi nonkompetisi, terjadi bilamana berbagai macam sumberdaya/unsur hara,sama atau lebih besar dari kebutuhan tanaman; (3) Komplementer, terjadibila satu tanaman memberikan kondisi lingkungan yang lebih baik bagipertumbuhan tanaman lainnya. Contoh, tanaman kacang-kacangan denganserealia. Tanaman kedelai melalui bakteri bintil akar dapat memfi ksasi N dari udara sehingga dapat mensuplai sekitar 80% kebutuhan nitrogennya;(4) Suplementer, terjadi bilamana antar jenis tanaman mampu memberikankondisi lingkungan yang mendukung pertumbuhan kedua jenis tanaman;dan (5) Interaksi alelopati, terjadi bila satu tanaman mengeluarkan senyawaorganik yang bersifat meracun bagi tanaman lainnya (Heinemann et al.,2016; Malezieux et al., 2009).
Surat Keputusan Kepala Badan Litbang Pertanian Nomor 115.1 tahun2018 tentang fokus komoditas penelitian dan pengembangan pertanian,telah menetapkan pilihan komoditas untuk tanaman pangan adalahpadi, jagung, dan kedelai. Terdapat tiga alternatif tumpangsari tanamanpangan yaitu: padi-kedelai, jagung-kedelai, dan padi-jagung. Tumpangsaripadi-kedelai, jagung-kedelai, padi-jagung merupakan suatu bentuk polatanam tumpangsari dua jenis tanaman pada satu areal lahan dalam waktubersamaan atau agak bersamaan dengan tidak mengurangi jumlah populasimasing-masing tanaman bilamana ditanam secara monokultur (Irianto,2018).
Tumpang sari pada umumnya dilakukan di lahan kering karena lebihbanyak jenis atau spesies tanaman yang adaptif lahan kering dibandingkanlahan basah seperti lahan sawah irigasi atau lahan rawa (Kumalasari danBergmeier, 2014). Di lahan sawah irigasi atau lahan rawa, sistem tumpangsaridilakukan di musim kemarau (Mutmaidah dan Sundari, 2017; Aminah et al.,2014).
Pilihan VarietasPadi, Jagung, Kedelai (pajale)
Tumpang sari pajale ditanam dengan jarak tanam lebih rapat padakondisi air, hara dan sebagian intensitas cahaya terbatas (Heinemann etal., 2016). Pemilihan varietas harus memperhatikan deskripsi tanaman
Introduksi Teknologi Pertanian Dalam Pendampingan Berbasis Kawasan20
terutama potensi hasil, ketahanan terhadap hama penyakit, umur tanaman,kesesuaian lahan dan sifat-sifat penting lainnya, seperti toleran kekeringan,kemasaman, naungan, genangan, tipe daun dan lain-lain.
Alternatif pilihan varietas padi gogo untuk sistem tumpangsari padigogo – kedelai atau padi gogo – jagung dapat dilihat pada Tabel 1. Pilihanvarietas lebih diarahkan kepada tipe daun tegak sehingga tidak terlalumenaungi tanaman kedelai. Ketahanan terhadap penyakit blas serta tolerankeracunan Al untuk lahan kering iklim basah dan toleran kekeringanuntuk lahan kering beriklim kering (Balitbangtan, 2018). Varietas padi gogoRindang-1 dan Rindang-2 lebih toleran naungan sehingga lebih sesuai untuktumpangsari padi gogo – jagung. Varietas Luhur-1 dan Luhur-2 karenatoleran suhu rendah, diarahkan untuk pertanaman tumpangsari di wilayahdataran tinggi (Gunarsih et al., 2016). Preferensi pasar ikut menentukanpilihan varietas tekstur nasi yang diinginkan konsumen.
Tabel 1. Alternatif pilihan varietas padi gogo untuk sistem tumpangsari.
VarietasUmur(hari)
Bentuktanaman
Ketahananhama/
penyakit
ToleranAbiotik
Teksturnasi
PotensiHasil(t/ha)
Batu Tegi 120 Tegak blasmasam,
kekeringansedang 6,0
Limboto 105 Tegak blasmasam,
kekeringansedang 6,0
StPatenggang
115 Tegak blas Masam pulen 6,0
Inpago 4 124 Tegak blas Masam pulen 6,1
Inpago 5 118 Tegak Blasmasam,
kekeringanpulen 6,2
Inpago 6 113 Tegak Blasmasam,
kekeringansedang 5,6
Inpago 7 111 Tegak Blas Kekeringan pulen 7,7
Inpago 8 119 Tegak blas Masam pulen 8,2
Inpago 9 109 Tegak Blasmasam,
kekeringansedang 8,4
Inpago 10 115 Tegak blasmasam,
kekeringansedang 7,3
21Implementasi Model Tumpangsari Padi, Jagung, dan Kedelai mendukungPeningkatan Produksi Tanaman Pangan
VarietasUmur(hari)
Bentuktanaman
Ketahananhama/
penyakit
ToleranAbiotik
Teksturnasi
PotensiHasil(t/ha)
Inpago 11 111 Tegak blas, HDB Kekeringan sedang 6,0
Inpago 12 111 Tegak blasmasam,
kekeringansedang 10,2
Rindang-1 113 Tegak blasnaungan,masam
pera 7,0
Rindang-2 113 Tegak blasnaungan,masam
pulen 7,4
Luhur 1 124 Tegak blas, WBCsuhu
rendahpulen 6,4
Luhur 2 123agaktegak
blas
suhurendah,
kekeringan,masam
sedang 6,9
Sumber: Balitbangtan, 2018
Hama utama padi rawa lebakadalah werengbatangcoklat dan penyakitblas serta hawar daun bakteri (HDB) (Suprihanto et al., 2016; Khaeruni et al.,2016). Pilihan varietas padi lahan rawa sebaiknya memperhatikan ketahananterhadap hama dan penyakit serta toleransinya terhadap keracunan besi(Fe) dan Al (Tabel 2). Varietas Inpari 29 dan Inpari-30 Ciherang sub1 toleranterhadap rendaman sampai 14 hari sehingga juga sesuai untuk lahan rawalebak (Rumanti et al., 2018).
Tabel 2. Alternatif pilihan varietas padi rawa/lebak untuk sistem tumpangsari
VarietasUmur(hari)
Bentuktanaman
Ketahananhama/
penyakit
ToleranAbiotik
Teksturnasi
PotensiHasil(t/ha)
Inpara-1 131 Tegak HDB - pera 6,67
Inpara-2 128 TegakWBC, blas,HDB
Fe, Al pulen 6,1
Introduksi Teknologi Pertanian Dalam Pendampingan Berbasis Kawasan22
VarietasUmur(hari)
Bentuktanaman
Ketahananhama/
penyakit
ToleranAbiotik
Teksturnasi
PotensiHasil(t/ha)
Inpara-3 127 Tegak WBC, blasFe, Al,rendaman6 hari
pera 5,6
Inpara-6 117 Tegak Blas - sedang 6
Inpara-7 107 Tegak Blas - pera 5,1
Inpara-8 115 Tegak blas, HDB Fe pera 6,02
Inpara-9 114 Tegakblas, HD,RTV
Fe pera 5,6
Inpara-10 126 Tegak HDB, blas Fe sedang 6,8
Indragiri 119 TegakWBC, blas,HDB
- sedang 6
Banyuasin 105 Tegak blas, HDB - pulen 6
Inpari-29 110 Tegak -rendaman> 14 hari
pulen 9,5
Inpari-30sub1
111 Tegak -rendaman> 14 hari
pulen 9,6
Sumber: Balitbangtan, 2018
Alternatif pilihan varietas untuk jagung dan kedelai disajikan padaTabel 3 dan 4. Tergantung wilayah pengembangannya serta kondisi sosialekonomi petani, pilihan varietas jagung bisa komposit maupun hibrida(Yuwariah et al., 2017). Alternatif varietas untuk tanaman kedelai lebihbanyak, baik untuk lahan kering, sawah irigasi, sawah pasang surut, maupunrawa lebak (Aminah et al., 2014; Mutmaidah dan Sundari, 2017).
Tabel 3. Alternatif pilihan varietas jagung untuk sistem tumpangsari.
VarietasUmur(hari)
Ketahananhama/penyakit
Toleranabiotik
Potensi hasil(t/ha)
Lamuru 90-95 bulai, karat 7,6
Sukmaraga 105-110 bulai, karat masam 8,5
Bima-2 100 bulai masam 11,0
Nasa-29 100 bulai, karat 13,5
23Implementasi Model Tumpangsari Padi, Jagung, dan Kedelai mendukungPeningkatan Produksi Tanaman Pangan
Sumber: Balitsereal, 2016Tabel 4. Alternatif pilihan varietas kedelai untuk sistem tumpangsari.
VarietasUmur(hari)
Ketahananhama/penyakit
Toleranabiotik
Potensihasil(t/ha)
Dena-1 78 karat daun, naungan 50% 2,9
Dena-2 81 karat daun, pengisap polong, naungan 50% 2,8
Dering-1 81penggerek polong, karatdaun,
kekeringan 2,8
Anjasmoro 92 karat daun - 2,5
Grobogan 76 - sawah irigasi 3,4
Lawit 84 - lahan pasang surut 2,0
Deja 1 89penggerek polong, pengisappolong,
genangan 2,9
Deja 2 80penggerek polong, pengisappolong,
genangan 2,8
Devon 2 77 karat daun, pengisap polong - 2,9
Detap 1 78 karat daun, pengisap polong - 3,6
Derap 1 76karat daun, pengisap polong,penggerek polong
- 3,2
Sumber: Balitkabi, 2016
Kepadatan Populasi Tanaman
Untuk tujuan peningkatan indeks pertanaman (IP) maka pengaturanjumlah populasi tanaman padi, jagung, dan kedelai dalam sistemtumpang sari padi-kedelai, jagung-kedelai atau padi-jagung, dapat dibuatminimal sama dengan populasi tanamannya dalam bentuk monokultur.Konsekuensinya, secara matematis, di areal pertanaman padi, jagung, dan/atau kedelai monokultur, akan terdapat peningkatan IP menjadi 200%bilamana diterapkan sistem tumpangsari padi-kedelai, jagung-kedelai ataupadi-jagung. Pada jarak tanam yang rapat, hasil tanaman per rumpun lebihrendah tapi dikompensasi oleh jumlah populasi tanaman per satuan luas
Introduksi Teknologi Pertanian Dalam Pendampingan Berbasis Kawasan24
yang lebih banyak (Lampayan et al., 2010; Matsumoto et al., 2017).
Dalam review sistem tumpangsari, Malezieux et al. (2009)mendefi nisikan Nisbah Kepadatan Populasi (Density Equivalent Ratio)sebagai parameter kepadatan populasi tanaman tumpangsari jagung dankedelai sebagai berikut:
populasi tanaman jagung dalam tumpangsari populasi tanaman kedelai dalam tumpangsariNKP = ------------------------------------------------------- + -------------------------------------------------------------
populasi jagung monokultur populasi kedelai monokultur
Berdasarkan rumus tersebut, terdapat tiga pola Nisbah KepadatanPopulasi (NKP) yaitu: (a) penggabungan jumlah dua populasi tanamanmonokultur (additive design), nilai NKP = 2, (b) penggantian jenis tanamandengan populasi yang sama (substitute design), nilai NKP = 1, dan (c) jumlahpopulasi tanaman campuran yang ditanam lebih banyak dari monokultur(intermediate design), nilai 1
25Implementasi Model Tumpangsari Padi, Jagung, dan Kedelai mendukungPeningkatan Produksi Tanaman Pangan
Petunjuk pelaksanaan sistem tanam tumpangsari padi, jagung, kedelaidari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menunjukkan data jarak tanamdan populasi tanaman per hektar dalam sistem tumpang sari pajale. NilaiNisbah Kepadatan Populasi tumpangsari padi gogo-jagung, padi gogo-kedelai, dan jagung-kedelai, dibandingkan dengan populasi monokultur,disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Nisbah Kepadatan Populasi (NKP) tumpangsari padi gogo, jagung, dan kedelaimodel Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2018
TumpangsariJarak
Tanam
Jumlahbiji/
lubang
Populasitanaman/
ha1)
Populasimonokultur
NilaiNKP
Padi gogo –jagung
padi gogo 5baris (20cm x10cm) x 160cm
4-5 250.000 250.0002) 2,43
jagung 4 baris40cm x 12,5cm
1 100.000 70.0003)
Padi gogo-kedelai
padi gogo 5baris (20cm x10cm) x 160cm
4-5 250.000 250.0002) 1,71
kedelai 4 baris30cm x 10cm
2-3 300.000 425.0004)
Jagung-kedelai
jagung 4 baris(40cm x 12,5cm)x 160cm
1 100.000 70.0003) 2,13
kedelai 4 baris30cm x 10cm
2-3 300.000 425.0004)
Sumber: 1)Ditjentan, 2018; 2)Balitbangtan, 2008; 3)Balitbangtan, 2016a; 4)Balitbangtan, 2016b
Kunci Mendapatkan Produktivitas Optimal
Konsep pemupukan berimbang lebih banyak diteliti untuk tanamanmonokultur dibandingkan tumpangsari (Huang et al., 2013; Danmaigorodan Ibrahim, 2014). Pemupukan berimbang adalah pemberian pupuk kedalam tanah untuk mencapai status semua hara esensial seimbang sesuaikebutuhan tanaman dan optimum untuk meningkatkan produksi danmutu hasil, meningkatkan efi siensi pemupukan, kesuburan tanah serta
Introduksi Teknologi Pertanian Dalam Pendampingan Berbasis Kawasan26
menghindari pencemaran lingkungan (Setyorini et al., 2004). Pemupukanberimbang berarti memberi tanaman dengan semua hara yang tidak cukuptersedia dalam tanah dalam jumlah yang tepat.
Kekurangan pupuk akan menimbulkan kompetisi terhadappemanfaatan unsur hara yang ditunjukkan oleh gejala defi siensi tanaman (Setyorini et al., 2004). Karena kepadatan populasi tanaman dalam sistemtumpangsari lebih tinggi dibandingkan monokultur, maka ketersediaanpupuk dan teknologi pemupukan (jenis pupuk, takaran, dan waktupemberian) memegang peranan kunci dalam keberhasilan peningkatanproduktivitas tanaman dan keuntungan usahatani.
Masalah lain yang dihadapi dalam optimalisasi pemanfaatan lahanadalah pengairan tanaman yang hanya mengandalkan curah hujan. Salahsatu solusi yang memungkinkan adalah memanfaatkan air hujan yangditampung di embung yang kemudian digunakan untuk mengairi tanamanpada musim kemarau (Lampayan et al., 2010; Rodenburg et al., 2014).Adanya infrastruktur penampung air dalam bentuk bangunan penampungair berupa embung, dam parit, longstorage, dan sumur dangkal sebagaisumber pengairan tanaman akan sangat membantu petani dalam kegiatantumpangsari di musim kemarau.
POTENSI KEUNTUNGAN SISTEM TUMPANGSARI
Keuntungan secara agronomis dari pelaksanaan sistem tumpangsaridapat dievaluasi dengan menghitung Nisbah Kesetaraan Lahan (LandEquivalent Ratio). Nisbah Kesetaraan Lahan (NKL) secara umum didapatkandengan membandingkan produktivitas tanaman hasil tumpangsari denganmonokultur. Sebagai contoh, penghitungan NKL dalam tumpang sari jagung– kedelai menurut persamaan Mead dan Willey (1980) sebagai berikut:
YJT
YKT
NKL =-------- + -----------Y
JMY
KM
dimana, YJT
adalah hasil jagung dalam tumpangsari (kg/ha)Y
JMadalah hasil jagung monokultur (kg/ha)
YKT
adalah hasil kedelai dalam tumpangsari (kg/ha)Y
KMadalah hasil kedelai dalam monokultur (kg/ha)
Nisbah Kesetaraan Lahan (NKL) mencerminkan luas lahan yangdigunakan untuk menanam dua tanaman dalam sistem tumpangsari
27Implementasi Model Tumpangsari Padi, Jagung, dan Kedelai mendukungPeningkatan Produksi Tanaman Pangan
dibandingkan dengan luas lahan yang digunakan bilamana ditanam dengansistem monokultur. Misalnya nilai NKL tumpangsari >1,50 berarti untukmemberikan produksi yang sama pada sistem monokultur diperlukan luaslahan 50% lebih tinggi. Produktivitas lahan akan lebih tinggi jika NKL >1,bila NKL 1. Bila nilai NKL
Introduksi Teknologi Pertanian Dalam Pendampingan Berbasis Kawasan28
Produksi Tanaman 5(8):1367-1374
Awal, M.A., H. Koshi, and T. Ikeda. 2006. Radiation interception and useby maize/peanut intercrop canopy. Agriculture for Meteorology.139:74–83.
Balitbangtan. 2008. Petunjuk Teknis Pengelolaan Tanaman Terpadu PadiGogo. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. KementerianPertanian. 28 hal.
Balitbangtan. 2016a. Pedoman Umum PTT Jagung. Pusat Penelitiandan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian danPengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. 25 hal.
Balitbangtan. 2016b. Pedoman Umum PTT Kedelai. Pusat Penelitiandan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian danPengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. 25 hal.
Balitbangtan. 2018. Deskripsi Varietas Unggul Baru Padi. Badan Penelitiandan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. 99 hal.
Balitkabi. 2016. Deskripsi varietas unggul kedelai 1918-2016. Balai PenelitianTanaman Kacang-kacangan dan ubi-ubian. Badan Penelitian danPengembangan Pertanian. 87 hal.
Balitsereal. 2016. Deskripai varietas unggul jagung. Balai Penelitian TanamanSerealia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 55 hal.
Boer, R. 2011. The threat of global climate change on Indonesia’s foodsecurity. Agromedia 15, 16–20.
Danmaigoro, O and U. Ibrahim. 2014. Performance of soybean and ricemixture infl uenced by NPK rate and row arrangement. Nigerian Journal of Scientifi c Research 13(1):1-8
Ditjentan. 2018. Petunjuk Pelaksanaan Sistem Tanam Tumpangsari Padi,Jagung, Kedelai. TahunAnggaran 2018. Direktorat Jenderal TanamanPangan. Kementerian Pertanian. 47 hal.
Erfandi, D and A. Rachman. 2011. Soil salinity due to seawater intrusion onrice fi eld. Journal Trop. Soils 16:115–121.
Gao, Y., A. Duan, X. Qiu, J. Sun, J. Zhang, H. Liu, and H. Wang. 2010.Distribution and use effi ciency of photosynthetically active radiation in strip intercropping of maize and soybean. Agronomy Journal102(4):1149-1157.
Gunarsih, C, Nafi sah, dan T. Sitaresmi. 2016. Pembentukan Varietas PadiSawah Dataran Tinggi Toleran Cekaman Suhu Rendah. IptekTanaman Pangan 11(2): 107-117
Heinemann, A. B., J. R. Villegas, A. S. Nascente, W. M. Zeviani, L. F. Stone,P. C. Sentelhas. 2016. Upland rice cultivar responses to row spacingand water stress across multiple environments. ExperimentalAgriculture, 271:1-18
Huang, M., C. Yang, Q. Ji, L. Jiang, J. Tan, Y. Li. 2013. Tillering responses ofrice to plant density and nitrogen rate in a subtropical environmentof southern China. Field Crops Research 149:187-192.
29Implementasi Model Tumpangsari Padi, Jagung, dan Kedelai mendukungPeningkatan Produksi Tanaman Pangan
Irawan, B. 2002. Stabilization of upland agriculture under El-Niño-inducedclimatic risk: Impact assessment and mitigation measures inIndonesia. Centre for Research and Development of Coarse Grain,Pulses, Roots and Tuber Crops in the Humid Tropics of Asia and thePacifi c (CGPRT Centre). Working Paper No. 62.
Irianto, S. G. 2018. Tantangan LTT Padi di Musim Kemarau dan SolusiLTT di Musim Kemarau (power point). Direktur Jenderal TanamanPangan. Kementerian Pertanian, Jakarta, September 2018.
Kepustakaan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru.Pustaka Phoenix. hal 921.
Khaeruni, A., E. Najamuddin, T. Wijayanto, dan Syair. 2016. KetahananBerbagai Kultivar Padi Lokal terhadap Penyakit Hawar DaunBakteri. Jurnal Fitopatologi Indonesia. 12(3):89-95
Kumalasari, N. R. and E. Bergmeier. 2014. Eff ects of surrounding crop and semi-natural vegetation on the plant diversity of paddy fi elds. Agriculture and Food Security 3:1-8
Lampayan R. M, B.A.M. Bouman, J.L. de Dios, A.J. Espiritu, J.B. Soriano,A.T. Lactaoen, J.E. Faronilo, K.M. Thant. 2010. Yield of aerobicrice in rainfed lowlands of the Philippines as aff ected by nitrogen management and row spacing. Field Crops Research 116:165-174
Malezieux, E., Y. Crozat, C. Dupraz, M. Laurans, D. Makowski, H. Ozier-Lafontaine, B. Rapidel, S. de Tourdonnet, M. Valantin-Morison.2009. Mixing plant species in cropping systems: concepts, tools andmodels. A review. Agronomy Sustainability Development 29:43–62
Matsumoto, S., T. Tsuboi, G. Asea, K. Miyamoto, A.Maruyama, M. Takagakiand M. Kikuchi. 2017. Eff ects of plant density on the performance of selected African upland rice varieties. African Journal of AgriculturalResearch 12(26):2262-2272
Mead, R. and R. W. Willey. 1980. The concept of “land equivalent ratio” andadvantages in yields from intercropping. Experimental Agronomy16: 217–228.
Mutmaidah, S. dan T. Sundari. 2017. Efi siensi pemanfaatan lahan untuk memaksimalkan pendapatan dengan pola tumpangsari jagung dankedelai.ProsidingSeminarNasionalHasilPenelitianTanamanAnekaKacang dan Umbi Tahun 2017. Pusat Penelitian dan PengembanganTanaman Pangan. Hal 332-340.
Rodenburg J., S.J. Zwart, P. Kiepe, L.T. Narteh, W. Dogbe, M.S.C. Wopereis.2014. Sustainable rice production in African inland valleys: Seizingregional potentials through local approaches. Agricultural System123:1-11.
Rumanti. I. A., A. Hairmansis , Y. Nugraha, Nafi sah, U. Susanto, P. Wardana, R. E. Subandiono, Z. Zaini, H. Sembiring, I. N. Khan, R. K. Singh, D.E. Johnson, A. M. Stuart, and Y. Kato. 2018. Development of tolerantrice varieties for stress-prone ecosystems in the coastal deltas ofIndonesia. Field Crop Research 223:750-82
Introduksi Teknologi Pertanian Dalam Pendampingan Berbasis Kawasan30
Setyorini, D., L.R. Widowati, dan S. Rochayati. 2004. Teknologi pengelolaanhara lahan sawah intensifi kasi. Dalam Tanah Sawah dan Teknologi Pengelolaannya hal 137-167. Pusat Penelitian dan PengembanganTanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian.
Shiddieq, D., P. Sudira, dan Tohari. 2018. Aspek Dasar AgronomiBerkelanjutan. Gajah Mada University Press. 398 hal.
Suprihanto , S. Somowiyarjo , S. Hartono , dan Y.A. Trisyono. 2016. PreferensiWereng Batang Cokelat terhadap Varietas Padi dan KetahananVarietas Padi terhadap Virus Kerdil Hampa. Penelitian PertanianTanaman Pangan 35(1):1-8
Yuwariah, Y., D. Ruswandi, A.W. Irwan. 2017. Pengaruh pola tanamtumpangsari jagung dan kedelai terhadap pertumbuhan dan hasiljagung hibrida dan evaluasi tumpangsari di Arjasari KabupatenBandung. Jurnal Kultivasi 16(3):514-521
31Efektifi tas Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu untuk Peningkatan Produktivitas dan Adopsi Teknologi Jagung di Nusa Tenggara Barat
EFEKTIFITAS SEKOLAH LAPANG PENGELOLAANTANAMAN TERPADU UNTUK PENINGKATAN
PRODUKTIVITAS DAN ADOPSI TEKNOLOGI JAGUNG DINUSA TENGGARA BARAT
Baiq Tri Ratna Erawati dan Awaludin Hipi
PENDAHULUAN
Jagung merupakan komoditi strategis kedua setelah padi. Jagungmempunyai arti penting dalam pengembangan industri di Indonesia, karenamerupakan bahan baku untuk industri pangan maupun industri pakanternak khusus pakan ayam. Semakin berkembangnya industri pengolahanpangan di Indonesia, maka kebutuhan akan jagung akan semakin meningkatsetiap tahunnya (Bakhri, 2007).
Upaya peningkatan produksi jagung terus dilakukan KementerianPertanian selama 2 (dua) tahun terakhir, dengan capaian target yangmenggembirakan. Pada tahun 2017 swasembada jagung diharapkan dapatterwujud dengan upaya peningkatan eksport dan penurunan import.Berdasarkan data tahun 2016, produksi jagung Indonesia adalah sekitar 23,58juta ton (ATAP, Ditjen Tanaman Pangan) atau meningkat 20,22% dari tahun2015 sebesar 19,61 juta ton. Data perkiraan produksi tahun 2017 kembalimeningkat 10,39 % menjadi 26,03 juta ton (Ditjen tanaman Pangan, 2016).Untuk itu pemerintah melakukan b